Chapter 3 : Unit Sebelah

183 14 0
                                    

Happy Reading

️☁️

Gibran menutup pintu apartemen Fay yang baru. Akhirnya mereka selesai juga memasukkan semua koper dan tas Fay ke dalam, tinggal nanti menatanya sesuai dengan keinginan Fay. Gibran meregangkan otot-ototnya, menghampiri Fay.

"Ini beneran mau kamu tata sendiri?"

Fay mengangguk, "Iya sayang." perempuan itu mengusap kantung mata kekasihnya yang terlihat menggelap. "Kamu sering banget begadang ya? Lihat nih, udah kayak mata panda."

Kekehan pelan keluar dari mulut Gibran. "Aku begadang karena kerjaan aku banyak banget."

Gibran adalah lulusan sarjana arsitektur di universitas yang sama dengan Fay, Fay berada di fakultas seni rupa. Dulu Gibran mendekati Fay saat Fay melalui proses move on dari Arkie, namun laki-laki itu tidak memaksa Fay. Dia menjadi sahabat yang baik bagi Fay, selalu membantu dan melindungi Fay, dan menyayangi Fay.

Mendekati semester terakhir, Gibran menyatakan cintanya pada Fay, dan Fay menerimanya. Meluluhkan hati Fay bukanlah perkara yang mudah. Gibran tak menyangka bahwa sudah selama enam tahun ini mereka selalu bersama.

"Kamu harus jaga kesehatan ya, aku nggak mau kamu sakit, ngerti?"

"Ngerti sayang, makasih ya." Gibran mencuri satu kecupan di pipi kanan Fay.

Mereka akan menghabiskan malam bersama, Gibran yang mengajak Fay untuk pergi dinner. Laki-laki itu selalu mengusahakan apapun untuk Fay, meluangkan waktunya untuk bisa bertemu kekasihnya.

"Oh iya, minggu depan aku mau jenguk bunda, kamu mau ikut?"

"Minggu depan ulang tahun bunda kan?" tanya Fay, langsung diangguki oleh Gibran. "Aku pasti ikut dong, tapi setelah aku pemotretan ya? Aku ada jadwal pemotretan buat majalah."

"Iya sayang, gapapa kok, pasti bunda seneng banget ketemu calon menantunya ini." dengan gemas jari Gibran mencubit pipi Fay, membuat Fay meringis pelan.

"Ih bisa aja kamu!" membalas cubitan Gibran, kini Fay mencubit lengan laki-laki itu. "Kamu mandi dulu aja, aku nyiapin baju dulu."

"Siap sayang!"

☁️☁️

Pulang dari dinner, Gibran mengantarkan Fay pulang. Karena sudah terlalu malam, Fay tidak tega membiarkan Gibran pulang, jadi perempuan itu meminta Gibran menginap dulu di apartemennya. Gibran tak melakukan hal-hal di luar batas, ia mampu menjaga itu semua.

Pagi tadi Fay memasakkan sarapan untuk Gibran, mumpung Gibran menginap di sana. Sekarang Gibran bersiap-siap untuk pulang, ia memeluk Fay sekali lagi.

"Berat banget kalau mau pulang gini, padahal masih kangen kamu."

"Aku juga masih kangen tau, tapi ya gimana lagi." Fay mengusap punggung Gibran saat mereka berpelukan. "Besok-besok kan masih bisa ketemu sayang."

Gibran melepas pelukan itu, mengecup bibir Fay. "Ya udah, aku pulang ya?"

"Iya sayang, hati-hati ya."

"Harus dong. Jangan lupa ya, kalau kamu butuh bantuan, apapun itu langsung hubungin aku."

"Siap sayangku, nanti kabarin ya kalau udah sampai rumah."

Setelah cukup berpamitan, Gibran pergi dari sana. Fay masih tersenyum hingga pintu itu ia tutup. Lalu pandangannya mengarah pada lemari es, ia lupa membeli susu untuk persediaan. Karena merasa bosan dan tidak ada kegiatan, Fay berniat pergi membeli bahan-bahan masakan lagi, ia lebih suka memasak sendiri dan mencoba berbagai resep.

Hello, My Ex! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang