Chapter 8 : Mama Patah Hati

107 9 2
                                    

Aku ada cerita baru juga yang bakal aku update barengan sama cerita ini
Udah dimasukin ke daftar bacaan belum? Yuk diramaikan 💗

Happy Reading

☁️☁️

"Masih suka sama Fay?"

Arkie tersenyum tipis sekali mendengar pertanyaan dari Gibran. Ia menghisap rokoknya kembali. Haruskah ia jujur pada pria di sampingnya ini? Arkie tak yakin pada pilihan itu.

Kekehan ringan terdengar dari Gibran, pria itu menoleh sekilas karena Arkie tak kunjung memberi jawaban.

"Gue tau, Ar, kalau lo mantan Fay. Meskipun gue nggak tahu apa yang bikin kalian break up, tapi gue nggak masalah kalau lo dan Fay masih tetap berteman."

Arkie masih belum menjawabnya, ia berperang dalam hati. Di satu sisi, ia ingin memperjuangkan Fay kembali, namun ia tidak mungkin merebut kekasih orang lain, itu sama sekali bukan dirinya. Sebisa mungkin, sekeras yang ia mampu, ia akan tetap mengingat batasan itu. Jika ia yang berada di posisi Gibran, ia pun tidak ingin kekasihnya didekati pria lain.

"Yang penting lo tahu batasan, Ar." Gibran mengembangkan senyumnya yang tulus itu kepada Arkie, hingga Arkie pun tak mampu untuk mengabaikan itu.

"Tenang, Gib. Gue tahu posisi gue."

Sepertinya memang ini yang terbaik untuk semua orang. Arkie tidak ingin merusak hubungan orang lain, tidak ingin merusak kebahagiaan Fay, serta kepercayaan Gibran. Ia tahu ini akan sulit untuknya, tapi biarlah semua berjalan sebagaimana mestinya.

"Oke, gue rasa lo bisa dipercaya. Titip Fay di kerjaan ya, lo tahu sendiri terkadang di dunia permodelan ada campur tangan yang aneh-aneh, gue takut Fay ada di lingkungan yang salah."

Arkie mengangguk. "Gue jamin, artis atau model di bawah naungan agensi gue nggak akan mengalami hal-hal buruk itu, termasuk Fay."

"Thanks, Ar. Gue sayang banget sama Fay."

Entah harus bagaimana Arkie menanggapi ini, ia hanya tersenyum, menyesap rokoknya kembali dengan isi kepala yang sangat berisik.

☁️☁️

Fay sudah siap melakukan pemotretan, namun tim dari brand yang akan menjadikan ia sebagai modelnya masih terjebak macet. Sebenarnya Fay tidak masalah jika ia tidak memiliki rencana lain, masalahnya ia sudah berjanji pada Gibran akan menjenguk bundanya Gibran, Tante Sarah.

"Siv, ini masih lama lagi nggak ya?" tanyanya dengan gelisah.

Sivia yang berjalan kesana kemari kini memberhentikan langkah kakinya. "Nggak tau nih, kak. Kayaknya macetnya parah banget deh," ujar Sivia.

"Duh gimana ya," kata Fay sembari melihat ponselnya. "Saya sebentar lagi ada janji."

Saat ini Sivia akan menghubungi Wena, tiba-tiba datanglah tim dari brand yang mereka tunggu-tunggu. Sivia bernafas lega, mempersilahkan mereka untuk segera memulai pemotretan. Mereka mengucapkan permohonan maaf atas keterlambatan yang di luar dugaan mereka.

"Saya benar-benar meminta maaf atas keterlambatan ini, semuanya jadi harus menunggu kami. Sekali lagi mohon maaf."

"Sebenarnya saya nggak apa-apa, kak. Tapi emang kebetulan hari ini saya ada janji lain, jadi agak nggak tenang pas tahu kalian semua terjebak macet," ujar Fay yang sudah berdiri tersebut.

Lalu selanjutnya mereka memulai pemotretan. Dengan berusaha fokus dan berharap Gibran tidak terlalu lama menunggunya, akhirnya Fay bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Semuanya sesuai apa yang ia harapkan, ia bisa menyelesaikan ini dengan waktu yang terbilang cepat.

Hello, My Ex! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang