Chapter 7 : Teman Baik

109 10 0
                                    

Hallo hallo, apa kabar? Semoga selalu sehat ya

Kalian baca ini pas lagi ngapain?

Jangan baca terlalu larut malam ya, harus istirahat biar nggak kecapekan.

Happy Reading

☁️☁️

Fay menyalakan ponselnya, di sana menunjukkan jam 11 malam. Tidak terasa mereka merayakan ulang tahun Sherly selama itu. Tapi untungnya sekarang Fay sudah berada di dalam mobil Arkie menuju apartemennya.

Kini Arkie dan Fay sama-sama masih diam, membuat suasana di mobil itu menjadi canggung. Namun diam-diam Arkie sesekali melirik Fay, lalu fokus lagi dengan kemudi mobilnya. Arkie bisa melihat raut wajah Fay yang terlihat lelah.

"Capek ya?" akhirnya Arkie yang berinisiatif membuka percakapan terlebih dahulu.

Kepala Fay menoleh ketika Arkie bertanya padanya, lalu kembali melihat jalanan. "Dikit sih."

"Sorry ya..." Arkie berdeham setelahnya. "Kamu harus semobil sama aku, padahal jelas-jelas selama ini kamu berusaha menghindar."

Fay sedikit membenarkan kalimat Arkie, bahwa dia selama ini memang berusaha menghindari pria di sampingnya itu, tapi untuk beberapa hari ini Fay menghindari Arkie bukan karena dia membenci pria itu seperti biasanya. Kali ini hatinya mulai goyah, rasa bersalah itu malah balik menyerangnya, was-was jika memang benar bahwa putusnya dengan Arkie hanya karena keegoisannya.

Dan sekarang ucapan Arkie membuatnya bersalah.

"Gue yang harusnya minta maaf karena jadi numpang."

"Aku nggak apa-apa kok kalau Gibran nitipin kamu pulang sama aku, cuma aku nggak enak aja sama kamu."

Kepala Fay menggeleng. "Nggak usah merasa gitu." pandangan Fay lurus, namun dia melirik Arkie sebelum membicara. "Gue juga nggak tau, kenapa Gibran malah nyuruh gue pulang sama lo. Padahal kayak cerita orang-orang gitu, biasanya seorang pacar bakal nyuruh pacarnya jaga jarak sama mantannya."

Arkie mendengarkan dan menyetujuinya. Itu juga menjadi sebuah pertanyaan dalam dirinya sendiri saat Gibran meminta tolong padanya.

"Kalau dibilang baik, Gibran itu kelewat baik malah. Dia nggak pernah marah sama gue, nggak pernah larang gue untuk tetep stay di apartemen padahal dia tau lo tinggal di sebelah, dia bahkan nyuruh gue untuk tetep berteman sama lo."

Penjelasan Fay sepertinya memang berhasil menyentil Arkie. Arkie jadi tahu, pria seperti apa Gibran itu, bagaimana Gibran dengan sangat baik memperlakukan Fay. Dia bersyukur selama ini Fay tidak terjerumus dengan pria brengsek di luaran sana, Fay justru malah bertemu dengan pria sebaik Gibran. Tapi jauh di dalam sana, Arkie cemburu menyadari bahwa Gibran memang memiliki hati Fay.

"Kalau gitu, dia emang baik banget dong. Lo harus bersyukur."

Fay mengangguk, "Gue bersyukur kok, seneng juga. Tapi terkadang gue merasa nggak sebaik itu buat dia."

"Nggak, Fay. Lo nggak boleh mikir kayak gitu, lo sama dia sama-sama baik untuk memiliki satu sama lain."

Justru di sini Arkie yang merasa tidak sebaik itu, dirinya sangat berbanding terbalik dengan kekasih Fay.

Kalimat yang diucapkan Arkie rasanya tertanam baik di pikiran Fay, sampai perempuan itu merenungkannya. Fay menoleh untuk melihat ekspresi Arkie. Arkie terlihat tenang, itu membuat Fay berpikir lagi, apakah Arkie benar-benar menerima kenyataan bahwa dia sekarang sudah memiliki Gibran?

Hello, My Ex! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang