Chapter 6 : Explain

126 13 2
                                    

Ketemu lagi di cerita Arkie-Fay yang masih nano-nano ini.
Nyicil dulu perchapter yang aku pikir udah fiks baru aku publish, yang lain masih ada di draft.

Semoga suka ya, pencet dulu dong votenya 😘

Selamat membaca

☁️☁️

Setelah pertemuan terakhir saat makan siang bersama, Fay tidak bertemu Arkie lagi. Entah kemana pria itu pergi, yang pasti Fay sedikit tidak kesusahan untuk menghindarinya. Dia jadi leluasa pergi bekerja.

Hubungan sebagai partner kerja antara Fay dan Sivia terjalin dengan baik, keduanya sama-sama cocok. Mungkin Sivia masih canggung pada Fay, tapi Fay menyuruhnya untuk menganggap Fay adalah temannya, bukan atasan.

Fay sudah mulai aktif bekerja, seperti menjalani pemotretan majalah, menjadi bintang iklan untuk beberapa brand, brand ambassador, bahkan menjadi pembicara di berbagai acara atau seminar.

Seperti sekarang ini, Fay diundang untuk menjadi pembicara di acara yang diadakan oleh mantan SMA-nya dulu, SMA Adiwangsa. Tentunya ini semua atas persetujuan Arkie. Untuk memperingati Hari Kartini, mereka mengadakan berbagai acara, seperti fashion show, sosialisasi, dan bazar.

Acara pertama, mereka akan mengadakan pembukaan yang dilanjut dengan fashion show, lalu berkumpul di aula untuk sesi sosialisasi, lalu yang terakhir mereka bisa menikmati makanan dan minuman atau membeli beberapa kerajinan tangan.

Rasanya Fay seperti kembali ke masa lalu saat kakinya untuk pertama kali kembali lagi ke sekolah tersebut, dia sangat senang. Setelah tugasnya menjadi pembicara selesai, kini Fay yang ditemani Sivia sedang berkeliling melihat bazar di sana. Fay suka antusias para murid di sana. Tak ada yang berubah, dari zaman angkatan Fay hingga sekarang, SMA Adiwangsa memang melahirkan murid-murid yang berkualitas.

"Rame banget ya, Kak Fay." gumam Sivia.

Fay mengangguk, "Bener, apalagi di stand makanan."

"Kak Fay mau beli apa? Biar saya yang antri beli."

"Saya sebenernya juga udah lapar sih," perempuan itu terkekeh pelan. "Ayo kita cari makanan, nggak usah kamu yang harus antri sendirian, kita antri bareng."

Bibir Sivia melengkung, dia pikir sikap Fay padanya akan membatasi jarak antara atasan dan asisten, ternyata tidak. Beberapa hari yang lalu, Fay juga membelikannya banyak sekali makanan saat perempuan itu tahu bahwa dirinya tinggal sendirian di kota tersebut.

"Ayo, Kak."

Keduanya berjalan, lalu memilih salah satu stand yang menjual makanan khas Korea, yaitu tteokbokki, rabokki, kimbap, odeng, hotteok, dan gimmari.

"Saya beli semua menu di sini ya, masing-masing menu saya minta sepuluh porsi. Terus masing-masing menu dijadikan satu paket." pesan Fay kepada murid perempuan di stand tersebut.

"Baik, Kak, ditunggu ya."

Sivia mendekat dan berbisik. "Kak, kok banyak banget pesannya? Kita kan cuma berdua."

"Saya sengaja pesen banyak, buat stock. Kamu juga bisa ambil buat dibawa pulang, kok."

"Nggak usah repot-repot, Kak Fay. Saya makan sekali aja cukup, kok."

Kepala Fay menggeleng. "Saya nggak nerima penolakan."

Sivia mengerucutkan bibirnya, namun setelahnya tersenyum. "Makasih ya, Kak Fay baik banget."

"Sama-sama, Siv. Saya seneng sama kerja kamu, jadi anggap aja ini bonus dari saya."

Sivia menggangguk, dia beruntung bisa bekerja dengan Fay. Pantas saja perempuan itu disukai banyak orang, tak hanya cantik, ternyata hatinya juga baik.

Hello, My Ex! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang