"Gimana, nih? Jadi konsulnya?"
Aya membuka lembar demi lembar note-nya di depan Nina yang mulai jengkel. Dia merasa gadis berjilbab pashmina ini sengaja mengejeknya.
"Nggak! Tapi aku pastikan kelak kamu yang harus bikinin gaun pengantinku bersama Tristan." Gadis itu melotot pada Aya sebelum menyusul Tristan, sedangkan Aya hanya diam tanpa ekspresi. Gadis itu sejak tadi sudah mati-matian menahan dirinya agar tetap tenang dan sabar tanpa terpengaruh tindakan Nina yang terlalu arogan.
"Bu Aya kok sabar banget ngadepi orang itu. Kalau aku, udah aku jambak rambutnya. Ah, ternyata dia ceweknya Mas Tristan. Gimana sih tuh cowok? Bukannya dia dulu selalu ngejar-ngejar Bu Aya, ya? Dia selalu bilang kalau cinta mati sama ibu," cerocos Aisyah mulai sebal. Kedua tangannya mengepal gemas.
"Cowok seganteng dan se-cool Mas Tristan yang katanya cinta mati sama Bu Aya Latifa aja hatinya bisa berbelok. Gimana sama yang tampang pas-pasan?" Aisyah mulai membayangkan yang bukan-bukan tentang laki-laki yang kelak menjadi suaminya.
"Yah, namanya klien. Mereka itu, kan, raja. Kita harus menghadapinya dengan kesabaran dan melayaninya dengan sepenuh hati. Aish, antar aku ke rumah. Aku capek banget. Rasanya aku ingin istirahat." Aya membereskan buku dan pensil yang rencananya akan dipakai mendesain gaun pengantin Nina. Semua peralatan itu dimasukkan ke dalam tas punggungnya.
Dua gadis cantik pekerja keras di Ayagown itu beranjak dari tempatnya saat perempuan berambut pendek yang berkalung mutiara menghampiri mereka.
"Maaf, kalau nggak salah Anda ini owner Ayagown, kan?" sapa perempuan itu ramah. Tangan berkulit putih itu terulur pada Aya. Aya menyambutnya dengan tidak kalah ramah.
"Benar. Saya Aya Latifa owner Ayagown. Mbak ini siapa, ya?" Aya balik bertanya. Dia belum pernah bertemu perempuan cantik berpenampilan modis ini sebelumnya.
Perempuan itu tersenyum lebar dengan gigi putih berderet rapi. Warna lipstik merah menyala yang menghiasi bibirnya menambah pesona wajahnya yang sensual. Untuk sesaat hati kecil Aya menyatakan kekagumannya pada perempuan yang masih muda itu. Tidak hanya cantik, perempuan itu juga terlihat smart dan berdedikasi tinggi.
"Senang bisa bertemu dengan perempuan hebat yang selalu menciptakan gaun-gaun pengantin berhijab yang keren. Kenalkan nama saya Norberta. Saya salah satu owner Pumkin Resto ini." Suaranya tenang dan merdu.
Aya dan Aisyah tidak menyangka jika saat ini berhadapan langsung dengan pemilik resto yang sedang viral karena tempatnya asyik dan pelayanannya memuaskan itu. Namun, mereka tidak tahu bahwa Norberta adalah kakak sulung Tristan. Mereka sempat berbincang-bincang sebentar sebelum sama-sama memisahkan diri karena kesibukan masing-masing.
Norberta mengikuti kedua gadis bertalenta itu hingga hilang di antara rerimbunan tanaman hias sebagai pelengkap eksterior desain dari Pumkin Resto.
"Cewek yang menarik. Pantas dia begitu mencintainya. Ah, sayang. Dia terjerat laba-laba betina itu lagi." Norberta mendesah panjang memikirkan hubungan adik dan gadis yang baru dia kenal tadi itu.
Mobil yang dikendarai Aisyah meluncur di jalanan kota Semarang. Tepat pukul dua siang mereka sampai di rumah dengan desain minimalis tapi cukup asri. Seorang lelaki setengah tua berbadan kurus membantu membukakan pintu pagar. Mobil terparkir di garasi dekat tumbuhan merambat. Langkah kaki mereka disambut gemericik air kolam dengan ikan mas berenang gemulai di dalamnya.
"Bu Aya tampak letih, saya panggilkan Lorena's Massage? Biar ibu dipijat sekalian melakukan perawatan komplit."Aisyah mengusulkan agar bosnya itu dipijat langganannya karena tidak hanya terlihat lelah, tapi wajah halusnya juga telah kusam. Aya pun menyetujui usul gadis yang telah dia anggap sebagai adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirath Cinta (End)
RomansaPerjalanan cinta seorang putri Kyai desa yang menjadi desainer gaun pengantin. Dalam hati dia sangat mencintai Tristan tetapi orang tuanya tidak memberi restu. Bagaimanakah kisah keduanya? Bisakah hati seorang Aya Latifa menerima pinangan Imran?