Bab 21. Memerangi Nahi Munkar

3 0 0
                                    

Nina melirik Aya yang hampir menangis. Gadis itu tidak tahan melihat kondisi Tristan yang mengenaskan. Padahal jika mau, Tristan mampu mengalahkan anak buah Pak Subandri. Aya pernah melihat Tristan berkelahi dengan anak geng saat belum dekat dengan dirinya. Semua anak geng yang terdiri dari sepuluh orang itu lari terbirit-birit dihajarnya. Sebenarnya dia pun ingin memprotes perlakuan semena-mena Om Nina pada Tristan.

Subandri memerintahkan anak buahnya untuk menyadarkan pingsan pemuda tak berdaya itu. Salah satu dari mereka menjambak rambut Tristan hingga wajahnya mendongak sedangkan yang lainnya mengambil air dengan ember yang ada di pojokan gudang . Aya berlari mencegah orang itu.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Orang itu meminta pendapat bosnya dengan pandangan matanya. Lelaki berkumis tebal itu mengedipkan mata pertanda setuju.

"Mengguyur orang itu dengan air."

"Kamu nggak lihat kondisinya yang memprihatinkan itu? Tolong jangan lakukan." Aya memohon pada orang itu. Dia berusaha merebut ember berisi air dari tangan anak buah Subandri. Kekuatan Aya tidak sebanding dengan kekuatan lelaki berbadan kekar yang membawa ember itu. Sekali dorong dengan sikunya, tubuh ramping Aya Latifa terpental menabrak tumpukan kayu dan barang-barang bekas lainnya.

"Allahu Akbar!" Dia menjerit kesakitan karena keningnya terantuk kayu.

Aya meraba keningnya yang terantuk sudut kayu. Darah merembes dari lukanya dan membasahi jarinya. Gadis itu meringis menahan nyeri. Mereka tidak bisa dimaafkan. Kemungkaran yang mereka lakukan sudah keluar batas. Dengan membaca basmallah dan berniat memerangi nahi mungkar, gadis berhijab itu berlari hendak merebut ember berisi air itu lagi sebelum mengenai tubuh Tristan yang terikat. Ember itu terangkat dan langsung ...

Byur!

Tubuh Aya basah kuyup. Sebagian air itu masih mengenai wajah Tristan yang ada di belakangnya. Aya mengusap wajahnya yang basah. Kedua matanya terasa pedih terkena air. Saat akan merebut ember dia merasa kalah cepat dengan orang itu sehingga dia memutuskan mengumpankan dirinya untuk melindungi Tristan.

"Lepaskan dia!" Aya mendorong orang yang masih menjambak rambut Tristan. Kekuatan gadis yang sedang marah itu mampu membuat anak buah Subandri terjengkang ke belakang.

"Tristan, sadar. Buka matamu!" Kedua tangan gadis itu menepuk-nepuk pipi pemuda bertato itu.

Aya merasakan jilbabnya dijambak seseorang dari belakang. Dia berusaha melihat orang itu. Subandri telah mendengkus kesal di belakangnya.

"Jadi kau temannya?" bisik lelaki berkumis itu. "Kamu juga datang ke sini untuk menolongnya, Nina?" Dia menoleh pada Nina.

Nina melangkah mundur dua langkah. Matanya nanar melihat kemarahan adik ibunya itu. Otak licik Omnya telah mengendus niatnya datang ke tempatnya. Keangkuhannya sebagai keponakan Subandri lenyap. Dua orang anak buah Subandri segera menangkap lengannya.

"Lepaskan!" bentak Nina. Dia tidak sudi diperlakukan seperti maling yang tertangkap basah.

"Bawa dia pergi!" perintah Subandri sambil tetap menjambak rambut Aya. Tangan Aya menggapai-gapai hendak memberi perlawanan.

"Lepaskan aku. Lepaskan!" Aya terus berontak.

"Om, lepaskan Tristan! Jangan sakiti dia!" Nina berteriak-teriak memohon pada omnya. Subandri melambaikan tangan pada anak buahnya yang meringkus Nina agar cepat dibawa pergi.

"Om ...! Kalau Om seperti ini akan aku laporin ke Dady."

"Om tidak takut pada ayahmu. Dia sudah tidak punya taring apa pun untuk diandalkan," ejek Subandri pongah. Hati Nina sangat terpukul  mendengar ejekan omnya. Orang tuanya saat ini memang telah bangkrut. 'Taring' yang selama ini diandalkan telah patah.

Shirath Cinta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang