part 15. Tepi Perumahan

15 5 0
                                    

Jangan lupa klik tanda bintang dibawah dulu sebelum membaca yaa teman temann....

Ngga akan rugi kok.

niat untuk bantu orang dan menyenangkan hati akuuu....
AKU ngga akan bisa LANJUTIN CERITA ini tanpa DUKUNGAN VOTE dan KOMEN KALIAN...
𝐉𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐚𝐤𝐮𝐧 𝐈𝐧𝐬𝐭𝐚𝐠𝐫𝐚𝐦 𝐚𝐤𝐮 𝐣𝐮𝐠𝐚 𝐲𝐚 @alindasftr_ makasiii🙏😊

"Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis".
- Imam Al-Ghazali

Devan mengingatkan diri sendiri, "Gadis manis, yang paling penting dia cantik," gumamnya dalam hati, seolah-olah mencoba menyakinkan dirinya sendiri atas perasaannya. Pikirannya terus tertuju pada gadis itu, mengingat senyum manisnya yang mencerahkan hatinya dan tatapan matanya yang menawan seolah mencerminkan sejuta cerita yang menarik. Tanpa sadar, Devan terpesona oleh gadis itu, mengingat bahwa sahabatnya, yang juga menyukai gadis itu, sering bercerita tentang keindahan hatinya.

Sehabis ditolong oleh most wanted SMA Pusaka Gemilang, Alea merasa terkejut dan tak menyangka bahwa yang menolongnya adalah Devan, seorang cowok famous yang ia kagumi dari jauh. Rona merah pipinya mulai kentara, mencerminkan perasaannya yang bercampur aduk dan kagum. Ia merasa beruntung bisa melihat sisi yang sebenarnya dari cowok yang selama ini hanya dikenal sebagai sosok populer dan agak dingin.

Alea mulai berjalan melewati gang untuk menuju ke Indomaret terdekat. Dari kejauhan, Alea melihat ada seseorang berseragam SMA yang terduduk di kiri jalan, sebelah perumahan yang sepi. Sosok itu terlihat lemas dan lesu, menarik perhatian Alea. Rasa simpati menyerbu hatinya, membuatnya memutuskan untuk mendekati cowok tersebut. Langkah kakinya terasa lebih cepat dari biasanya, seolah-olah ia ingin segera menolong cowok itu.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Alea dengan penuh perhatian, suaranya lembut.

Cowok itu mengangkat kepalanya dengan lambat, seolah-olah menarik segenap tenaga yang tersisa. Matanya menatap Alea dengan tatapan lelah yang menceritakan sejuta cerita tentang perjuangan dan kesedihan. "Hah, D-Di-Dirga?" ucap Alea dengan ragu, suaranya bergetar sedikit ketika ia mencoba menghubungkan sosok di depannya dengan cowok yang menyebalkan itu. Ingatan Alea berputar cepat, mencoba mencocokkan wajah yang terlihat lelah itu dengan wajah yang pernah menabraknya di kantin.

Dirga mengangkat kepalanya dengan cepat, seolah-olah terkejut dengan penampakan Alea di depannya. "Alea? Lo ngapain di sini?" tanyanya, suaranya terasa lemah dan sedikit bingung. Tatapan matanya mencerminkan kebingungan dan sedikit keheranan. Ia tak menyangka akan bertemu Alea di tempat dan keadaan seperti ini.

"Kok Lo, bisa kayak gini, Lo kenapa??" tanya Alea, Ia menunjuk luka memar yang terlihat jelas di pipi dan di dahi Dirga. "Kok, bisa sampai seluka itu?" lanjutnya, mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada Dirga.

Dirga hanya menghela napas dalam-dalam, seolah-olah mencoba menahan rasa sakit yang menyerbu hatinya. Ia tak bisa menceritakan langsung kejadian tahun lalu kepada Alea. "Gue ngga papa," jawab Dirga dengan suara lemah, mencoba menutupi perasaannya.

Alea merasa tak tega melihat keadaan Dirga yang terlihat lemah. Ia membantu Dirga berdiri, meletakkan tangan Dirga di atas pundaknya dengan lembut. "Ayo, kita duduk di sana," ajak Alea, menuntun Dirga ke tempat duduk di tepi perumahan itu. Alea berniat untuk mengobati luka memar di wajah Dirga.

"Makasih Al," ucap Dirga, mengucapkan terima kasih atas pertolongan Alea.

"Lo habis berantem ya? Kenapa Lo bisa kayak gini sih, pasti sakit ya," kata Alea, mencoba mencari tahu penyebab luka Dirga. Meskipun Alea tau kalau Dirga adalah cowok yang nyebelin banget, tapi ia merasa tak tega ketika melihat Dirga dengan keadaan seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALGA (BERSAMBUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang