E p h e m e r a l -1

398 19 1
                                    

'Give and take' tolong pakai prinsip itu, aku nulis cerita semaksimal mungkin buat hibur kalian and i hope kalian kasih aku vote sama comment biar sepadan. Okay baby?

~ e p h e m e r a l ~

"Za!"

"Eza!"

"Ezakiel!!"

"EZAKIEL HARRISON!!"

Si pemilik nama menolehkan kepalanya dengan malas, raut wajahnya datar tanpa ekspresi sama sekali. Menatap perempuan yang berdiri dengan nafas ngos-ngosan di depanya.

"Lo budek apa gimana, sih?! Dipanggil dari tadi juga!"

Eza, laki-laki yang memakai topi namun dibalik itu mengedikkan bahunya acuh tidak peduli dengan perempuan di depanya.

"Apa?"

"Jadi selama ini cake itu buatan lo, ya?"

Eza menggelengkan kepalanya.

"Terus?"

"Nyokap."

"Ohhh gue tahu! Nyokap lo jualan cake?"

Laki-laki di depanya menganggukkan kepalanya.

"Kok gue baru tahu sih," gumam perempuan yang memakai cardingan warna ungu itu.

Eza mendengus lalu berbalik badan, berjalan santai meninggalkan perempuan seumuranya itu.

"Non, Key, ada telfon dari nyonya!" Teriakan dari belakang membuat perempuan yang dipanggil Key itu tersenyum sekilas.

"Mama telfon?" Tanya Key pada pembantunya.

Keylova Fransisca namanya. Teman satu kelas dengan Ezakiel, perempuan yang paling berisik di kelas 11 MIPA 2.

Key berjalan cepat untuk menerima telfon dari Mamanya, dia melupakan sosok laki-laki yang mendengarkan ucapan pembantunya tadi.

"MAM! KEY KANGENN!!"

Di dekat sepeda ontelnya, Eza menarik suduk bibir sebelah kanannya, menyunggingkan senyuman tipis mendengar ucapan cempreng dari perempuan paling berisik di kelasnya itu.

Sebelum pergi meninggalkan kediaman Key, laki-laki itu menyempatkan diri menoleh kearah rumah mewah milik perempuan itu sekilas.

"WOI EZA!!! GUE BELUM SELESAI NGOMONG, JANCOKK!!"

Eza menarik sudut bibirnya lagi, ia menggelengkan kepalanya pelan, kakinya tetap lanjut menggayuh sepeda ontelnya.

"Woi cuyy!"

Eza memarkirkan sepedanya di halaman rumah milik sahabatnya, Vraka. Laki-laki itu hanya mengangguk menyahuti sapaannya.

"Tumben lo gak belajar?" Ronald melemparkan kulit kacang kearah Eza yang akan duduk bergabung dengannya.

Tidak menyahut, seperti biasa. Dia hanya mendengus lalu melemparkan balik kulit kacang itu kepada Si pelempar tadi.

"Dari mana, lo?"

"Biasa." Tangan Eza mengambil minuman kaleng bersoda yang disediakan Vraka, Si tuan rumah.

Biasa yang Eza maksud itu adalah membantu Bundanya menghantarkan pesanan cake. Jangan berfikir bahwa hidup Eza itu berkelimangan harta, bukan. Dia bukan anak sultan.

Dia hanya Ezakiel yang hidupnya sederhana, membantu Bundanya yang kerja dengan jualan cake sejak dirinya masuk SMA tahun lalu.

Eza tidak malu, tidak akan pernah. Lagi pula, dia malah bangga sebab cake buatan Bundanya sangat enak. Dia juga bangga sebab mempunyai teman yang tidak pernah memandang kehidupanya.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang