E p h e m e r a l - 5

134 8 2
                                    

'Give and take' tolong pakai prinsip itu. Aku nulis semaksimal mungkin buat kalian terhibur, jadi tolong kasih feedback kalian lewat vote sama comment, ya? Oke frend? Thank's 💗🌷.

E z a k i e l


"Eza ayo akui gue sebagai pacar lo, gue takut." Keylova berbisik sangat pelan di ceruk leher Eza karena dia tidak bisa berjinjit utuk membisiki tepat di telinga Eza.

Ezakiel menatap Keylova yang sudah ketakutan, ditambah jari perempuan itu yang mencakar lenganya beberapa kali.

"Dia natap dada gue, Eza. Dia cabul banget!" Keylova masih berbisik dengan suara pelanya tetapi emosinya tersampaikan.

Pandangan Eza langsung mengarah ke depan, benar yang dikatakan Keylova jika preman yang kerap dia sapa itu matanya sudah jelalatan kemana-mana.

"Ezaaa ..." suara Keylova kian memelas, dia benar-benar tidak nyaman ditatap intens oleh orang asing.

"Iya, Bang. Dia pacar saya." Ezakiel memberi pengakuan.

"Ealah, gue kira bukan. Yaudah lanjut sono!" Tanpa mengucapkan kata permintaan maafnya dua laki-laki tadi beranjak dari sana.

Keylova menghela nafasnya lega. "Dih, bukanya minta maaf malah lanjut sono!" Wajahnya membrengut kesal, dia mengepalkan jari-jarinya dan memukul angin.

Ezakiel hanya menatapnya datar, tangan laki-laki itu mendorong tubuh Keylova untuk menjauh darinya.

Sontak, Keylova menatap Eza dengan kesal. "Gak usah dorong-dorong juga, kali! Kayak virus aja gue!!" Makinya.

Kaki Eza sudah siap menggayuh sepedanya. "Emang." Dia segera kabur dari sana sebelum mendengar Keylova berteriak.

"EZA!" Keylova mengacungkan jari tengahnya.

"Jancok lo, Eza!!" Umpatnya.

Keylova mulai mengayuh sepedanya lagi, dia mencoba menyamai posisinya dengan Eza.

"Eza ini cakenya dianter ke mana emang?" Key bertanya setelah berhasil menyamakan posisinya di sebelah Ezakiel.

"Depan sana," jawab Eza.

Keylova tidak berbicara lagi, dia fokus mengayuh sepedanya, sesekali dia berhenti saat angin kencang yang membuat roknya menyibak ke atas.

Eza mendengus, dia tidak memakai jaket yang bisa menutupi paha Key saat roknya tertiup angin. Jadi dengan sabar saat Key berhenti dia ikut berhenti.

"Di sini, Za?"

Ezakiel meninggalkan sepedanya di depan pagar rumah besar yang saat ini berada di depan pandangan Keylova. Laki-laki itu hanya berdehem sembari tanganya menggapai cake yang berada di keranjang sepeda Keylova.

Sebelum melangkah masuk ke halaman rumah itu, Eza menoleh kearah Keylova yang tetap diam tidak mengikutinya.

"Gue di sini aja, deh." Papar Keylova.

Eza mengendikkan bahunya acuh.

"Permisi, Tante," sapanya ramah seperti biasa.

"Waahhh, Nak, Eza. Sudah jadi memang cakenya?" Balas ramah dari wanita paruh baya.

"Stres, kalau udah dianter ya udah jadi, lah. Gak jelas." Roasting Keylova yang masih mampu mendengar suara balasan tadi. Dia melihat Eza mengangguk sembari tersenyum.

"Mampir dulu, yuk. Sinta di rumah nih,"

Ezakiel ingin menolak tetapi tidak enak karena wanita itu adalah teman dekat Bundanya juga langganan cake milik Jehani.

EPHEMERALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang