1.kalimat sabar

1.7K 75 1
                                    

Dokter Akmal menggeleng dengan kelakuan sahabatnya yang benar- benar nekat meningkatkan rumah, entah alasan apa yang ia berikan pada keluarganya sehingga mereka dengan mudah percaya,tapi setidaknya Fathan mau berobat dan segera pulih

"yang semangat berobatnya supaya cepat kembali ke rumah."

Kata itu menjadi penutup topik mereka pada pertemuan kali ini,ini sudah bulan ke 4 Fathan berobat dan sama sekali belum ada pulang ke rumah, hanya panggilan video yang mampu mengobati rasa rindunya terhadap keluarga kecilnya

setelah kepergian Fathan dari rumah,Neisya jarang sekali di perhatikan oleh Gita, wanita itu sibuk mengurus Keisya

Neisya selalu mengeluh pada Gita namun berujung di suruh sabar dan mengerti, apakah anak sekecil Neisya sudah paham dengan namanya pengertian
"Bun, kemarin kakak dihukum karena lupa pake dasi pas upacara" adu Neisya saat mereka sedang sarapan

Gita sibuk menyuapi Keisya yang makannya masih belum rapih padahal sudah menduduki kelas 3 SD, berbeda dengan Neisya yang masih duduk di teman kanak-kanak sudah pintar makan sendiri "ya udah besok lebih teliti lagi ya, kakak kan tau bunda bukan ngurusin kakak aja jadi belajar mandiri ya, searching aja cara pake dasi yang benar gimana, atau nanti bunda belikan dasi langsungan ya biar gampang" ucap Gita sambil memasukkan suapan nasi terakhir ke mulut Keisya

Neisya menatap Gita dengan tatapan kecewa, 'kenapa bunda jadi berubah? padahal anaknya kan dua bukan satu' batin Neisya,ia berusaha tersenyum pada bundanya "Iya bund, terimakasih banyak sebelumnya"

"iya kak, sama sama" 

ucapan Gita membuat selera makan Neisya hilang akhirnya ia sekolah hanya sarapan sedikit,biarlah nanti jajan di bi Diwih aja pikirnya sambil turun dari kursi bersiap pergi sekolah

hari ini jadwal Fathan melakukan pengobatan kembali, makin hari ternyata Fathan semakin ada kemajuan,saat berjalan Fathan melihat ada anak laki-laki mungkin sebaya dengan anak pertamanya dengan penampilan kumuh tak terurus sedang menangis memeluk lutut,rintihan tangisnya mampu menggerakkan langkah Fathan untuk menghampirinya "hey kenapa menangis?" Fathan tepuk pundak yang hanya tulang itu membuat anak tadi menoleh namun hanya diam, sepertinya takut pada Fathan

"jangan takut saya tidak akan jahat sama kamu,kalo boleh tau, kamu sedang apa disini sendirian?"

anak lelaki itu menghentikan tangisnya lalu menghadap ke arah Fathan "ibu om,ibu meninggal dan ninggalin aku sendirian"

sungguh malang,Fathan iba menatap anak malang itu "ayah mu kemana?"

dia menggeleng "gak tau om, selama ini aku cuman tinggal sama ibu dan sekarang ibu udah gak ada, ibu juga bukan ibu kandung aku, aku gak tau harus pulang kemana,kami tinggal di kolong jembatan,tadi aku ke sana tapi di usir sama orang orang dan aku kembali kesini tapi ibu udah di kubur om"  Fathan tebak sepertinya dia anak gelandangan yang tidak memiliki keluarga

Fathan memeluk erat tubuh kurus anak itu tanpa rasa jijik, keinginannya memiliki anak laki-laki sepertinya terwujud sekarang "kamu mau tinggal sama saya? ikut saya pulang dan saya akan jadikan kamu anak saya,kamu panggil saya ayah,mau?"

anak itu diam "jangan takut, saya bukan orang jahat"

"siapa namamu?" tanya Fathan sambil melepaskan pelukannya

"Rayen Om"

"mau ya Rayen ikut sama saya, nanti akan saya urus semua persyaratannya jika kamu mau tinggal sama saya,kamu akan jadi putra saya Rayen"

akhirnya Rayen mengangguk, dalam hati ia berdoa semoga orang ini benar benar baik tidak akan menjahatinya

***

janji yang Fathan katakan tidak ada satupun yang terlaksana,bahkan di hari ulang tahun Neisya yang tidak dirayakan itu pun Fathan tidak sempat pulang ,Neisya kecewa padahal Fathan sudah mengatakan akan pulang "bund kenapa ayah gak pernah pulang,ayah sebenernya kemana?"

Gita menghampiri putrinya yang berdiri di ambang pintu,ia habis menidurkan keisya "sabar ya kak,kan ayah sudah bilang gak bisa ke sini karena urusan kerja,ayah kan udah nepatin janjinya buat beliin kakak handphone baru"

Neisya sudah mulai muak dengan kata sabar, harus sampai kapan dia sabar dengan semua ini "yang kakak butuhin sosok ayah bund bukan handphone"

"kakak ngertiin ayah dong,kan ayah kerja buat kita sabar aja ya nanti juga bakal pulang" entah ucapan yang keberapa kali kata itu, selalu saja seperti itu jawab bunda ketika Neisya menanyakan perihal ayah yang pergi kemana

with you till Jannah [dalam peroses perubahan alur]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang