tengah asik memotret awan keoren orenan tiba tiba seorang nenek menghampiri Neisya menawarkan dagangan asongnya berupa air mineral
Neisya langsung Iba melihat wajah pucat dan lelah yang tergurat dari nenek itu, bahkan tangan yang nenek itu gunakan untuk menyodorkan air padanya terlihat gemetar, Neisya ajak duduk setelah membeli satu air mineral yang tadi di tawarkan "nenek udah makan?" tanya Neisya sangat lembut
nenek itu menggeleng lemah
"Jualan saya baru laku sedikit, karna tadi saya jualannya Siang. saya lagi gak enak badan" Jawab nenek itu dengan suara bergetar,Neisya tak kuat jika membiarkan begitu saja la ajak nenek itu untuk makan di lestoran terdekat atau mengajaknya ke kafe milik bunda "mau ya Nek makan sama saya, kita cari lestoran terdekat"
ucapan Neisya membuat nenek dengan baju motif kembang kembang itu tersenyum dan menggeleng "enggak dek, sekedar nasi bungkus aja uang saya gak cukup"
Neisya semakin Iba, padahal niat Neisya bukan hanya mengajak tapi membelikan untuk nenek itu
"kita cari warung nasi terdekat ya Nek, Jangan Pikirin uang rezeki pasti datang untuk kita" sebenarnya mudah saja bagi Neisya makan di lestoran mewah tapi ia tidak mau membuat nenek Itu merasa direndahkan nantinya,niat Neisya ingin menolong tapi diam-diam tak mau hura hura dan berujung ria,Salah satunya kehalang gengsi juga.
Nenek tua itu tampak berfikir 'kalo saya makan uangnya tidak cukup, kalo gak makan nanti makin sakil' batin nenek itu kebingungan
"ayo nek keburu laper banget nanti perut neneknya"
akhirnya nenek mengikut ajakan gadis bertopi itu ia berdoa semoga Allah membantunya, karna Jujur saja nenek itu sudah tidak bisa menahan rasa laparnya
hendak memasuki sebuah bangunan bertuliskan lestoran Nenek itu menghentikan langkahnya "kenapa berhenti nek?" tanya Neisya sambil menghampiri nenek yang tertinggi di belakang
"uang saya gak cukup kalo makan disini"
mau tak mau akhirnya Neisya berbohong, rasanya susah untuk mengatakan bahwa ia mampu membayar berapa pun makanan yang nenek makan "nenek makan aja sepuasnya biar aku yang bayar, kebetulan kalo makan disini terus Pesennya banyak bakal ada Potongan harga nek"
"serius? saya takut merepotkan dan gak bisa ganti uang kamu"
Neisya membawa masuk nenek itu dan duduk di salah satu kursi "udah nenek tenang aja, makan Sepuasnya ya"
Neisya melihat buku menu lalu memesan beberapa makanan setelah meyakinkan nenek yang sedikit keras kepala itu, walau begitu Neisya Paham kenapa nenek itu banyak menolak
"kamu uangnya ada? saya takut merepotkan"
Neisya tersenyum tulus "doakan saja Usaha bunda saya diberi kelancaran ya nek. Oh iya kalo boleh tau nama nenek siapa?"
Nenek itu balas tersenyum "nama saya Ratih, nama kamu Siapa sayang?"
"nama saya Neisya"
"cantik seperti orangnya" keduanya terkekeh baru kali Ini Nek Ratih menemukan anak muda yang peduli pada sesama manusia, wajah Neisya pas awal-awal memang menakutkan tapi nyatanya hati gadis itu begitu mulia dan istimewa
"bunda kamu usaha apa?" kepo nek Ratih jadi Penasaran,melihat penampilan Neisya sepertinya anak itu dari kalangan berada pikir Nek Ratih
" bunda saya usaha warkop kecil kecilan nek"
Nek Ratih hanya mengangguk la takut Neisya tak nyaman dengan Pertanyaannya Yang merupakan sebuah Privasi.
"rumah nenek di mana ? biar saya antar udah sore banget soalnya" Neisya sudah siap dengan makanannya begitu dengan Nek Ratih, la sedang menunggu Pesanan nasi bungkus untuk di bawa ke rumah Nek Ratih nantinya
"rumah saya jauh di tengah hutan, biarlah nanti saya pulang Sendiri saya sudah banyak merepotkan kamu"
lagi-lagi Neisya menggeleng "gak ada yang repot nek"
Benar saja, ternyata rumah Nek Ratih berada di tepi kota tengah hutan. mobil taksi yang mereka tumpangi Neisya suruh tunggu di tepi jalan sedangkan ia bersama Nek Ratih berjalan menyusuri Jalanan kecil yang diisi batu batu kerikil
kini keduanya tiba di rumah yang amat sederhana terbuat dari kayu
"ini tempat tinggal nenek"" kapan kapan aku boleh main nek?" Nek Ratih mengangguk antusias
"kapanpun kamu mau nenek dengan senang hati menyambut kamu, tapi nenek tinggal sendirian kalo rumah kosong berarti nenek lagi dagang"
Neisya mengangguk dan tak lama ia pamit pulang karna hari sudah Sore bukan khawatir bunda mencari karena itu hal yang amat mustahil melainkan Neisya kasihan pada taksi yang menunggunya di tepi jalan.
berkali-kali Nek Ratih mengucap terimakasih pada Neisya terlebib Saat Neisya memberikan nasi bungkus untuk makan malam Nek Ratih
"iya nek sama-sama. Saya janji besok akan kembali kesini"***
Pulang kerumah ternyata Neisya sudah di tunggu oleh adiknya, Keisya si cerewet yang sibuk menanyakan kemana saja Neisya Pergi
sedangkan sang bunda seperti biasa, sibuk pada kegiatannya bersama laptop, tidak menyapa atau sekedar melirik barang sebentar pun
"kakak gak tau adek nunggu dari asar, tadi adek sama bibi buat lapis pokoknya kakak harus cobain"
Neisya di seret ke dapur oleh Keisya yang menghubungkan baju warna biru Wardah cocok dengan kerudung putih yang menyatu dalam model tubuh Keisya, harus mencoba karya tangan adiknya bersama asisten rumah tadi siang
disana terlihat bi Neri yang seminggu lalu baru pulang dari kampung halamannya sedang mencuci Piring "kakak Sudah makan?" tanyanya yang sudah biasa menyebut Neisya dengan sebutan Kakak
" adek nanyain Kakak terus, kenapa gak pulang pulang katanya" bi Neri terketeh mengingat betapa ributnya Keisya tadi
"Iya adek udah cerita tadi bi"
Neisya mencoba lapis buatan adiknya yang diberi warna beragam, bukan seperti pelangi lagi melainkan seperti jemuran, tapi soal rasa eumm..... boleh lah
"gimana kak! enak?" Neisya mengangguk membuat adiknya itu kegirangan
"kakak ke kamar dulu mau mandi"
KAMU SEDANG MEMBACA
with you till Jannah [dalam peroses perubahan alur]
RomansaBlurb: "Kalo dia jodoh kita.kenapa harus dengan cara berlari kita mengejarnya, sedangkan kita diam di tempat saja,dia akan datang bila sudah waktunya" •• "Bukan dijodohkan.tapi memang sudah jodohnya" _________ Notes: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRA...