Pagi itu, di SMA Antariksa terlihat siswa-siswa yang masuk gerbang sekolah dengan berjejer rapi, mereka sedang diperiksa olah anak osis dalam kelengkapan atribut. Pemandangan yang terjadi setiap pagi di SMA Antariksa, ada siswa yang memasang wajah takut, ada juga yang memasang wajah biasa saja, serta ada yang memasang wajah senang.
"Yeay, akhirnya ketemu bidadari juga," ucap seseorang yang menunggu giliran diperiksa dengan raut sumringahnya.
"Seneng banget, kenapa?" tanya teman di depannya itu.
"Jelas dong, gue sih seneng tiap pagi diperiksa kayak gini. Karena ada bidadari dari kayangan, gue juga kagum sama dia karena tegas," jawabnya dengan penuh semangat.
"Siapa?"
"Tuh si ketua osis yang cantiknya gak ada obat." Ia menunjuk seorang gadis yang berdiri beberapa meter di depan mereka, gadis yang terlihat cantik namun jutek menurut sebagian anak yang sering dihukum mereka.
"Kok kamu bisa suka sa..." Obrolan mereka terhenti karena kini giliran mereka yang diperiksa.
"Mana dasinya? Kenapa gak ada?" tanya seorang anggota osis.
"Ketinggalan, Kak," jawab gadis itu dengan santai.
"Kenapa bisa ketinggalan? Tahu peraturan sekolah kan?"
"Tahu."
"Terus kenapa tidak mengikuti peraturan sekolah?"
"Lupa." Dengan santainya ia menjawab tanpa merasa bersalah. Sang ketua osis yang mendengar jawaban santai itu pun segera mengambil alih.
"Lupa? Hukuman tetaplah hukuman, sekarang ikut saya untuk hukuman kamu," ucap Yessica Tamara -Ketua Osis- dengan tegas, sedangkan gadis yang melanggar aturan itu hanya berdeham pelan. Kemudian mereka pergi meninggalkan gerbang yang diiringi tatapan khawatir teman gadis itu.
"Semoga lo gak dihukum yang aneh-aneh," batinnya.
***
Setelah mereka sampai di ruangan Osis, sang ketua pun menjelaskan hukuman yang harus dijalankan oleh adik kelasnya itu.
"Hukuman kamu kali ini bersihkan toilet perempuan yang ada di dekat perpustakaan, setelah selesai, kamu cari saya dan minta tanda tangan saya serta guru piket untuk bisa masuk ke kelas, paham?" jelas Yessica atau yang kerap disapa Chika dengan tegas.
Orang di hadapan Chika mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama, menatap lawan bicaranya dengan raut acuh tak acuh. "Paham," jawabnya singkat.
"Kalau begitu saya permisi," tambahnya membalikan badan bersiap melangkah menuju toilet yang tidak jauh dari sana.
"Tunggu dulu," ucap Chika menahan tangan orang itu, ia menambahkan, "nama kamu siapa dan kelas berapa? Biar saya catat di buku pelanggaran siswa."
"Azizi Asadel, sepuluh IPA dua," jawabnya datar, Chika mencatatnya di buku pelanggaran.
Begitulah Zee, selalu bersikap cuek, dingin, dan datar terhadap orang yang tidak dikenalinya. Bukan berarti sombong, hanya saja tidak mudah untuknya berteman dengan sembarangan orang. Dapat dikatakan bahwa Zee adalah orang yang selektif dalam pertemanan, karena ia hanya memiliki 2 orang sahabat yaitu Ashel dan Marsha yang saat ini berada di Jepang untuk melanjutkan sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us : Liebling (END)
FanfictionTentang kisah perjalanan hidup seorang gadis yang penuh lika-liku di hidupnya. Banyak yang harus ia lewati, pun banyak masalah yang menerpanya serta seseorang yang selalu menemaninya sejak kecil. Awalnya semua berjalan baik-baik saja, hingga seseora...