Part 8

668 81 1
                                    

Sudah sebulan sejak kejadian di Taman itu, Marsha masih belum menemukan cara untuk membuat Zee menerimanya lagi. Walau bukan sepenuhnya kesalahan Marsha, tetapi ia merasa ikut andil dalam penderitaan yang Zee rasakan.

"Aku harus gimana lagi biar Kak Zee mau terima aku?" batin Marsha.

Saat ini Marsha sedang duduk termenung di mobilnya, Sang Ayah heran melihat putrinya yang biasanya ceria, akhir-akhir ini sering melamun dan tak bersemangat.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Sang Ayah yang sedang menyetir.

"Gak apa-apa," jawab Marsha lesu.

"Ada yang kamu pikirkan?"

"Gak ada."

"Gak biasanya kamu gak semangat dan ceria kayak biasanya. Cerita sama Ayah sayang, kamu gak nyaman di sekolah barumu?"

"Nyaman."

Lagi-lagi Marsha menjawab singkat pertanyaannya dilakukan Ayahnya, membuat Sang Ayah terheran-heran. Tak terasa mereka sudah sampai di gerbang sekolah Marsha membuat gadis itu bergegas turun tanpa menyalami Ayahnya.

"Marsha kenapa?" heran Afran, lalu menjalankan mobil ke kantornya.

***

Siang ini pelajaran Olahraga di kelas 10 IPA 1 dan IPA 2, karena guru Olahraga di kelas IPA 2 berhalangan hadir. Maka, Pak Oniel ditugaskan untuk mengisi kelas IPA 2 menggantikan Pak Vion yang sakit.

"Selamat Siang anak-anak," sapa Pak Oniel.

"Siang, Pak," koor semua siswa.

"Berhubung Pak Vin sakit, maka saya menggantikan beliau untuk mengajar kalian. Nah, untuk pelajaran Olahraga hari ini, kita akan melanjutkan materi kemarin, yaitu Permainan Bola Basket."

"... Hari ini kita akan bermain mini game ya, kelas IPA satu melawan IPA dua. Untuk perempuan main di lapang ini dan laki-laki bermain di lapangan sebelah kiri. Apakah ada pertanyaan?"

"Untuk timnya bagaimana Pak?" tanya salah satu siswa IPA 1.

"Bapak percayalah pada ketua kelas masing-masing, yang pastinya semua harus main secara bergantian, paham?"

"Paham, Pak."

"Kalau begitu silakan ke lapangan yang Bapak katakan tadi."

Tanpa 2 kali perintah, mereka langsung berpencar sesuai pembagian tadi.

***

Di lapangan laki-laki sudah bersiap-siap pemanasan dan pembagian tim, kedua tim sudah siap dengan posisinya masing-masing. Permainan laki-laki cendrung santai, sedangkan dapat dilihat jika permainan basket putri lebih energik dan seru.

Di tim IPA 1 ada Christy, Eli, Muthe, Mira, dan Ayana. Sedangkan di tim kelas IPA 2 ada Zee, Adel, Ashel, Kathrina, dan Fiola.

Bola dikuasai oleh Christy, gadis yang jago dance itu ternyata bisa bermain basket. Ia mendribble bola, lalu melakukan passing pada Eli yang diterima dengan baik oleh Eli. Ia berlari menuju Ring lalu melakukan Shooting yang diblok langsung oleh Zee.

"Ah, kurang ajar," desah Eli kecewa.

"Tenang, kita balas," ujar Christy yang kemudian berlari mengejar Zee.

Zee seakan menyatu dengan bola itu, ia mendribble bola hingga area Three point, mengira Zee akan menshooting bola itu, membuat Christy meloncat dan memblok. Sayang sekali dugaan Christy salah, Zee mengoper pada Adel yang ada di samping kanannya yang langsung diselesaikan oleh Adel dan masuk dengan mulus.

About Us : Liebling (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang