Part 11

750 98 8
                                    

"Mau apa lo ke sini?"

"Aku mau jenguk Christy sekalian lihat keadaan Kakak." Orang itu menaruh gelas yang dibawanya di atas meja dekat sofa. Chika berdiri di hadapannya, menatap tajam.

"Gue gak butuh itu, perhatian lo palsu, Zee. Lo celakai adik gue karena lo gak suka sama dia."

Ya, benar, orang yang masuk itu adalah Zee. Sebenarnya Zee tidak datang sendiri, ia bersama Ashel yang menunggunya di depan ruangan. Zee tidak akan diizinkan keluar apalagi ke rumah sakit sendiri setelah kejadian tadi siang.

Sedangkan Shani dan Cio ada di rumah bersama Mommy dan Abi yang datang bertepatan dengan Zee yang akan pergi ke rumah sakit.

"Kenapa Kak Chika berpikir gitu? Aku senang malah bisa berteman sama Christy, kenapa Kak Chika menyalahkan aku, emang Kakak melihat kejadiannya di awal?"

"Gue lihat lo dorong adik gue sampai dia jatuh," balas Chika menunjuk Zee dengan kobaran api di bola matanya.

"Apa Kakak udah tanya Christy langsung kejadiannya?"

"Udahlah lo gak usah bela diri gitu, akui aja kesalahan lo."

"Iya, aku salah ... aku gak sengaja. Bukan karena sengaja," ucap Zee menatap Chika.

Chika mendengus tak suka dengan ucapan Zee yang selalu membela dirinya. Sudah tertangkap basah salah, tetapi selalu membela diri.

"Aku ngerasa ada yang dorong aku dari belakang dan sengaja buat aku dorong Christy, tapi yang terlihat malah aku yang seperti sengaja dorong Christy."

Chika melirik ke arah brangkar adiknya, memastikan adiknya masih tidur. Mungkin karena efek obat yang diminumnya, sehingga membuat Christy tak terganggu.

"Lo jangan nuduh orang gitu, siapa yang dorong lo? Hantu? Jelas-jelas lo sendiri yang dorong adik gue," sentak Chika.

"Aku gak tahu, tapi aku ngerasa dorongan orang. Mungkin teman Christy yang -"

PLAK

PLAK

Dua tamparan mendarat di pipi Zee hingga ia tersungkur. Ini pertama kalinya Zee ditampar oleh seseorang setelah dulu ia pernah ditampar oleh kedua orang tuanya. Rasa panas menjalar di kedua pipi Zee, ruam kemerahan bekas telapak tangan Chika terlihat jelas di pipi Zee.

"Astaghfirullah, Zee, lo gak apa-apa?" kata Ashel yang masuk setelah mendengar suara tamparan.

"Lo apaan sih, Kak? Kenapa lo tampar Zee?"

"Karena dia pantas mendapatkan itu," jawab Chika tanpa menatap keduanya.

"Malam ..." Jinan yang baru saja datang pun terkejut melihat Zee yang tersungkur, ia melihat adik kelasnya menutup hidungnya.

"Kalau sampai Zee kayak tadi siang lagi, gue gak akan segan-segan cari lo, Kak. Gue akan buat perhitungan sama lo," janji Ashel membantu Zee berdiri.

"Gue gak peduli, pergi kalian dari sini."

Usiran itu membuat Ashel geram, ia hendak berjalan medekati Chika, tetapi Zee menahannya seraya menggeleng dan Ashel pun menuruti.

"Gue pastikan kalau lo akan menyesal udah memperlakukan Zee seperti ini." Setelah itu Ashel memapah Zee keluar dari ruangan itu. Sekilas Chika melihat Zee menutup hidungnya, membuat ia heran.

"Chik, ada apa?" tanya Jinan menaruh makanan yang dibawanya di atas meja.

"Gak, tuh orang cari gara-gara."

"Maksudnya gimana?"

"Dia ke sini minta maaf dan jelasin kebohongan semata. Gue emosi lah, apalagi dia nuduh teman Christy," ujar Chika kembali duduk di sofa.

About Us : Liebling (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang