Part 3

800 93 3
                                    

Hari-hari yang dilewati Zee tak lagi sama seperti awal semester satu ia bersekolah di SMA Antariksa, ia tidak merasakan lagi ketenangan saat istirahat dan tidak lagi merasakan kesunyian. Itu semua karena Kakak kelasnya yang dari hari ke hari semakin gencar mendekatinya sudah dua bulan lamanya Chika mengganggu hidupnya.

Seperti saat ini, Zee ditarik untuk ke kantin oleh Chika. Awalnya Zee menolak, tetapi Chika dengan keras kepalanya memaksa Zee untuk ikut yang akhirnya membuat Zee pasrah.

"Nah, gitu dong jangan nunggu dipaksa dulu, Zee." Chika menggandeng tangan Zee agar gadis itu tidak lari, Zee mendengus mendengar ucapan Chika.

"Senyum dikit kek, jangan terpaksa gitu mukanya." Chika menarik ujung bibir Zee agar tersenyum.

Jika kalian bertanya, ke mana Ashel? Maka jawabannya adalah Chika menyuruh Ashel untuk pergi ke kantin bersama teman-temannya yang lain. Sehingga, saat ini hanya ada dirinya dan Zee.

"Iya, Kak," ucap Zee malas.

"Gemes banget sih adik gue ini," ujar Chika terkekeh seraya mengusap puncak kepala Zee, membuat ia tiba-tiba mematung sehingga langkahnya terhenti.

"Kok berhenti?" tanya Chika menatap mata Zee yang terlihat tak terbaca.

Dahi Chika mengerut bingung, "Ada apa dengan, Zee?" batin Chika.

"Ini kenapa? Dada aku kenapa sesak?" ucap Zee dalam hati, tanpa sadar tangannya meremas dada kirinya.

Chika yang melihat itu panik, ia khawatir dengan Zee menggenggam tangan kanan Zee yang berada di dadanya. Ia dapat merasakan tangannya yang dingin dan bergetar. Lalu, ia membawa Zee duduk di bangku depan Laboratorium Kimia.

"Hey, Zee ... It's oke, gue di sini sama lo. Calm down, Zee," kata Chika lembut mengelus tangan Zee.

Zee menatap Chika kosong dengan wajah yang pucat pasi, entah apa yang terjadi pada gadis itu. Chika merasa bersalah sekaligus bingung mengapa Zee memegang dadanya.

"Tarik napas dalam, terus keluarkan pelan-pelan." Zee mengikuti instruksi Chika, melakukannya secara berulang hingga dirinya mulai merasa membaik.

"Gimana, Zee? Apa yang sakit?"

Melihat raut khawatir Chika membuatnya merasa bersalah, ia tersenyum tipis membalas genggaman tangan Chika. "Aman, Kak, aku gak apa-apa."

Chika terkejut melihat senyum tipis Zee yang terlihat tulus tanpa paksaan, untuk pertama kalinya Chika melihat senyum tulus Zee meski tipis. "Ya Tuhan, tadi Zee senyum? Ini keajaiban sih," batinnya.

"Yakin? Ayo, kita ke kantin. Lo kuat kan?"

"Yakin."

Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan ke kantin, tanpa sadar Zee menggenggam erat tangan Chika, membuat si empunya tangan merasa senang menganggap itu sebuah kemajuan dan respon yang baik.

***

"Zee dan Kak Chika ke mana sih? Lama banget," ucap Ashel tak tenang, ia melihat terus ke pintu masuk kantin menunggu Zee dan Chika yang tak kunjung datang.

"Sabar, Shel, mungkin Kak Chika lagi bujuk Zee," ucap Kathrina teman sekelas Ashel yang saat ini duduk di samping kanan Ashel.

"Kan lo juga tahu sendiri, kalau Zee paling susah buat diajak ke kantin," timpal Adel yang duduk di sebelah kiri Ashel.

"Udah, lo tenang aja. Kakak gue gak mungkin celakai Zee, kita tunggu aja mereka datang." Kali ini Christy yang duduk di sebrang Ashel angkat suara mengomentari kegusaran yang dirasakan Ashel, ia memaklumi kekhawatiran Ashel pada Zee.

About Us : Liebling (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang