Minho meneguk salivanya, walaupun sudah berkali-kali dia melakukannya dengan pria ini tak membuat Minho terbiasa. Dia masih sangat ketakutan.
"Kali ini bagaimana pun caranya kau harus memanjakan ku. Jika tidak aku akan menghukum mu" katanya. Minho pun mengangguk.
"Ayo buka baju ku" katanya. Si manis mendekat dan mulai membuka pakaian pria itu satu persatu mulai dari baju sampai ikat pinggang.
Saat membuka resleting celana itu Minho benar-benar sangat gugup melihat gundukan besar itu. Pasti milik pria ini kini telah ereksi.
"Kenapa kau ragu?" Tanya pria itu kemudian. Minho pun menggeleng dan berusaha fokus.
"Aiss kau sangat lama" kata Chan, dia menepis tangan Minho dan mengeluarkan batangnya yang besar itu.
"Ayo turun ke bawah" katanya. Minho menurut dan duduk di lantai sedangkan pria itu duduk di ranjang.
"Jilat dan isap" katanya. Minho tercengang dengan itu, apa pria ini ingin dia melakukan oral?
"T...tapi Tuan saya" kata Minho berusaha menolak. Melihat reaksi Minho membuat Chan kesal dan langsung menarik rambut pria manis itu.
"Arrhhh" dalam sekejap Chan memasukan penisnya ke sana dengan paksa. Minho tak bisa bernapas karena batang itu menutupi saluran napasnya.
"Aku ini sangat keras kepala ya" katanya kemudian. Minho pun melepaskannya dan terengah-engah.
"Lakukan dengan benar" katanya. Minho dengan ragu memegang batang itu dan mulai menjilatinya dan sesekali memasukannya ke mulut. Karena sentuhan itu Chan sampai keluar dua kali dan jujur ini sangat menggairahkan menurutnya.
"Aku tak menyangka, ternyata kau adalah pemain yang handal" katanya. Pria itu pun menepuk kedua pahanya mengisyaratkan Minho untuk duduk di sana.
"Ayo aku ingin melihat keahlian lain milik mu" katanya. Minho menurut dan duduk di sana. Kedua tubuh mereka saling berhadapan satu sama lain.
"Tuan apa kau bisa pelan-pelan?" Tanya Minho dengan ragu. Pria itu nampak tersenyum miring.
"Aku serahkan Semuanya pada mu malam ini" katanya dengan menyandarkan kedua tangannya ke belakang di ranjang.
Minho mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir mereka. Dia mulai menyesapnya dengan lembut dan intens.
"Apa hanya di sini? Bagaimana dengan yang dibawah?" Tanya Chan. Minho pun paham apa maksudnya. Salah satu tangannya kemudian ke belakang dan masuk ke lubangnya sendiri.
"Nghhh ahhh tunggu" desahnya saat berusaha pemanasan. Dalam hitungan menit lubang Minho sudah basah. Setelah dirasa cukup, si manis memberanikan dirinya memegang penis milik Chan dan mengarahkannya ke bokong miliknya.
"Nghhh ahhh nghhhh" dia mendesah karena permainnya sendiri. Chan hanya diam saja melihat pertunjukan langka itu.
"Arrkhhh" Minho tersentak kuat saat pria itu menghentakan tubuhnya hingga penis milik Chan masuk sangat dalam. Si manis terengah-engah, sungguh rasanya tidak nyaman. Dia memegang tubuh Chan agar pria itu tak menggerakan tubuhnya.
"Tuah ahhh tunggu ahh rasanya aneh" kata Minho. Chan melihat itu jadi terkekeh dan mengangguk.
"Sepertinya aku perlu membantu mu bergerak" katanya. Pria itu langsung memegang pinggang Minho dan menggerakannya sekilas. Minho tak bisa menahan desahnnya saat itu.
"Tuah ahh cukup" kata Minho yang tiba-tiba memeluk Chan dengan sangat erat. Chan meneguk salivanya saat mendengar detak jantung Minho yang sangat cepat itu.
"Kau memang tidak berguna" katanya lalu membawa Minho ke ranjang dan memulai pemainnya sendiri.
***
Minho menatap dirinya di cermin, tubuhnya penuh dengan tanda dan luka gigitan saat itu.
"Sampai kapan aku seperti ini?" Gumamnya sedih. Setiap hari dia digauli oleh pria itu siang malam tanpa ampun.
Pagi itu dia pun bangun dan pergi dari sana. Karena bosan hanya duduk meratapi nasib, Minho berusaha menyibukkan dirinya melakukan pekerjaan rumah.
Saat dia masuk ke dapur, benar-benar seperti tidak pernah ada kehidupan. Dapur itu seperti sangat baru tak pernah terpakai sama sekali.
"Ahh ada telur dan sosis" kata Minho. Dia pun mencari di beberapa rak dan menemukan bahan makanan seadanya.
"Bau apa ini?" Guman Chan yang masih memeluk gulingnya. Pria itu kemudian bangun dan melihat ke samping.
"Di mana dia?" Gumam Chan. Dia pun bangun dan berusaha mencari Minho. Saat Chan sampai di dapur dia melihat pria itu tengah sibuk memasak.
"Tuan Chan" sapanya sambil tersenyum. Chan sebenarnya agak aneh, tapi setelah apa yang Chan lakukan dia masih bisa tersenyum.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Chan mendekat dengan tubuh yang ditutupi handuk.
"Aku memasak, ayo mandi dan makan" katanya. Chan melihat dua piring nasi goreng dengan telur di atasnya.
"Ahh jadi kau saat ini berlagak sebagai seorang nyonya besar untuk mengesankan ku?" Tanya Chan dengan senyuman miringnya.
"Bukan Tuan, saya hanya bosan" katanya.
"Apa kau berusaha meracuni aku?" Tanyanya. Minho agak sedih, padahal dia hanya ingin bersikap baik tapi pria ini terus berpikir buruk.
"Tidak Tuan, bagaimana pun kau sudah membayar semua hutang ku. Walaupun kau memperlakukan ku dengan tidak baik tapi aku masih berhutang budi pada mu" katanya. Chan pun pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.
"Simpan saja untuk mu, aku tidak perlu" katanya ketus.
Minho duduk di meja makan itu menunggu Chan, dia sudah membungkus masakannya dalam kotak bekal yang ada di sana.
"Tuan Chan ini" kata Minho bangun. Pria itu menghela napas.
"Aku tidak makan makanan sampah" kaya Chan lagi. Minho benar-benar sedih tapi dia menyodorkan paksa kotaknya.
"Memang sangat sederhana tapi rasanya tidak seperti sampah. Ayo bawa" katanya. Chan pun kalah dan membawanya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️
FanfictionJika saja uang bukan menjadi sebuah hal yang sangat penting di dunia ini. Karena uang hidup Minho seperti neraka, andai dia bisa memutar waktu dan tidak berurusan dengan uang. Banginho Fanfiction - Warning 21+ - Penyiksaan - Tidak untuk anak-anak