Bab 4. 🪔

1.7K 116 2
                                    

"Lepaskan ahhh tolong" kata Minho terus memohon-mohon. Chan benar-benar tidak pernah puas melakukan itu.

"Ohh jadi kau mau aku lepaskan?" Tanyanya. Minho langsung mengangguk dengan mata berair itu.

"Ayo tanda tangan" katanya. Dia tiba-tiba menyerahkan sebuah kertas. Tanpa berpikir panjang Minho langsung melakukannya.

"Bagus mulai sekarang, kau akan jadi peliharaan ku. Jadi siapkan diri mu" kata Chan sambil melepaskannya. Minho terengah-engah dan berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh pria itu.






***





"Tunggu" guman Minho saat merasakan hal aneh. Saat dia menggerakan kakinya suara gemericik itu terdengar.

"Apa? Kenapa aku di rantai" katanya. Si manis langsung bangun dan menatap dirinya. Kedua tangan dan kakinya di rantai, serta pada lehernya juga diikat sebuah choker.

"Apa yang akan dia lakukan?" Guman Minho, tubuhnya juga saat itu telanjang. Dengan panik dia langsung berusaha melepaskan dirinya.

"Dia benar-benar pria gila" kata Minho sambil menangis. Jujur kenapa dia bisa berurusan dengan pria seperti Bang Chan.

Suara pintu itu terdengar dari luar, hal itu membuat Minho menjadi panik dan langsung bersembunyi di belakang ranjang. Suara kaki melangkah membuat bulu kuduknya merinding. Aroma parfum maskulin itu saat dia tahu.

"Minho aku tahu kau bersembunyi" katanya. Minho memeluk dirinya dan bungkam.

"Keluar, jika tidak mau di hukum. Aku benar-benar butuh kau" katanya. Minho masih diam dan menurup kedua telinganya.

"Baiklah aku akan berhitung, saat hitungan ketiga jika kau tidak keluar artinya kau memang pantas di hukum" katanya.



Satu



Dua






Minho dengan ragu kemudian keluar dari sana, suara rantai itu terdengar jelas.  Chan nampak tersenyum dan mendekat ke arah sana.

"Kenapa dengan wajah mu?" Tanya pria itu. Minho nampak diam berdiri sambil menunduk. Jujur dia sangat takut sekarang.

"Ayo bicara" katanya. Minho masih diam tak menjawab. Karena kesal Bang Chan menarik semua rantai itu hingga membuat si manis jatuh ke ranjang.

"Jangan pernah mendiamkan ku" katanya marah sambil mencengkram pipi Minho. Pria manis itu kini menangis dalam diam.

"Buka kaki mu untuk ku" katanya. Minho berusaha memberontak saat pria itu dengan paksa membuka kakinya.

"Aiss sialan kau" katanya, tapi bukan Bang Chan namanya jika tidak mendapatkan keinginannya.

"Nghh ahhh Tuan jangan sakit" kata Minho menjerit saat pria itu masuk tanpa pemanasan sedikit pun. Chan memegang kedua tangan Minho agar tidak melawan dan terus menghentakan pinggulnya.

"Sakit ahhh sakit" kata si manis menangis. Chan tak peduli, dia hanya berusaha mencari kepuasan dan kenikmatannya saja. Bagaimana pun juga dia sudah membayar mahal untuk ini.

"Ahhh sial" katanya sambil melepaskan penisnya. Nampak lubang Minho sudah lecet dan keluar cairan putih yaitu sperma milik dirinya.








***




"Kau kenapa? Aku melihat akhir-akhir ini kau terlihat sangat berbeda" kata rekan kerja Chan, lebih tepatnya sekretaris pribadinya.

"Iya aku mendapatkan yang selama ini aku cari" katanya sambil mengobrak-abrik berkas-berkas di atas mejanya.

"Apa maksud mu? Bukannya sedih saat nenek mu meninggal kau malah sangat ceria dan bugar" katanya. Chan pun menatap pria itu.

"Kau sangat ingin tahu?" Tanyanya. Pria itu pun mengangguk pelan.

"Aku mendapatkan kepuasan" katanya. Changbin nama si sekretaris itu terkekeh pelan saat ini.

"Kepuasan apa maksud mu?" Tanyanya.

"Kau juga seorang lelaki, jadi pasti kau tahu" katanya. Changbin pun mendekat dan duduk di depan meja Chan.

"Apa kau berkencan?" Tanyanya.

"Kencan? Itu tidak ada di dalam kamus ku, lagipula aku sudah berkomitmen tidak akan menikah" katanya. Changbin pun mengangguk pelan.

"Baiklah terserah Tuan Bang Chan" katanya kemudian.

Di sisi lain, Minho saat itu tengah seperti kegiatan sebelumnya berusaha melepaskan dirinya dari sana. Jika terus di sini mungkin tubuhnya bisa hancur karena pria itu. Sepertinya lebih baik Minho dipukul oleh para rentenir itu daripada di sini.

"Tuhan tolong aku" katanya sambil menangis. Minho tidak tahu berapa lama dia dikurung di sana. Tenaganya sudah sangat habis dan dia belum makan sama sekali.

"Aku ingin makan" katanya kemudian. Seperti rasanya dia mau mati saja sekarang. Setiap hari dan setiap saat pria itu selalu menggauli dirinya dengan penuh nafsu.

Minho tiba-tiba mencium aroma itu, sangat enak dan membuat air liurnya menetes. Tiba-tiba pintu itu terbuka dan nampak seorang pria masuk dengan sebuah nampan.

"Ini makanan mu" katanya. Minho menatap makanan yang di taruh di atas kasur itu. Tanpa basa-basi dia langsung melahapnya.

"Benar-Benar seperti binatang" kata pria itu saat melihat Minho. Pria manis itu tiba-tiba makan pelan-pelan dan mengusap mulutnya.

"Ayo cepat makan, setelah itu kau harus mandi" katanya. Dan benar setelah itu pria itu melepaskan semua borgol itu dan membawa Minho ke kamar mandi.

Suasana nampak canggung di ruangan sempit itu. Hanya suara shower itu terdengar.

"Ayo menungging" katanya. Minho dengan ragu menuruti apa yang pria itu katakan. 

"Ahhh sakit Tuan Bang" kata Minho meringis saat pria itu menyentuh lubangnya. Benar-benar sangat lecet.

"Satu ronde sepertinya tidak masalah" kata pria itu sambil memasukan jarinya ke dalam sana. Minho berusaha mengatur napasnya, jika dia kaku atau menolak rasanya akan sakit.

"Nghhh ahhh Tuan ahh" Minho merasa aneh saat jari Chan menyentuh sebuah titik dalam dirinya.

"Kenapa? Kau suka aku menyentuh ini?" Tanya Chan sambil mempermainkan pria itu.






TBC

Jangan lupa vote dan komen ya








PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang