Chan duduk sambil menatap ponselnya, dia jadi merasa bersalah saat mengatakan hal tadi pada Minho.
"Aku benar-benar tidak bisa mengontrol diri" gumam Chan sambil mengacak rambutnya. Padahal dia benar-benar tidak ingin pria itu pergi darinya.
"Jujur aku tidak tahu harus merasakan apa? Tapi aku takut" kata Chan tiba-tiba. Pria itu pun mengambil ponselnya untuk berusaha menelepon ke rumah.
"Sebaiknya aku bicarakan nanti sore" katanya lagi.
***
Tubuh Minho menggigil, tubuhnya juga penuh keringat saat ini. Untung saja bayinya tidur lelap, jadi Minho bisa istirahat.
"Arhhh" dia meringis keras, sejak tadi payudaranya sakit dan bengkak. Dengan sisa waktu yang dimilikinya, Minho berusaha istirahat sebentar sebelum bayinya bangun.
"Hai!"
"Hei" suara itu membuat Minho terbangun, rupanya sudah sore. Apa dia tidur selama itu.
"Kau sakit?" Tanya Chan saat melihat Minho bangun. Si manis mengambil bayinya dan seperti biasa memberinya minum.
"Aduh sakit hiks" Minho menangis saat bayinya mengusu, melihat sang ibu menangis bayi itu juga ikut menangis. Chan kemudian mengambil si bayi dari Minho.
"Bengkak ternyata" katanya melihat itu. Minho terlihat sesenggukan.
"Aku akan belikan dia susu dulu" katanya langsung berlari keluar.
Chan pun mengambil ponsel sambil mencari tahu penyebab dan cara menanggulangi keadaan Minho saat ini.
"Hmmmm ayo minum sayang" kata Chan setelah memberikan bayinya minum. Si bayi langsung kembali tidur lelap. Sesekali pria itu menatap Minho yang tengah duduk dengan tatapan kosong.
"Kau sudah makan?" Tanya Chan. Minho pun mengangguk pelan, padahal dia bohong.
"Makan apa? Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dapur. Jangan bohong" katanya lagi. Minho pun tiba-tiba kembali menangis. Chan tahu apa yang terjadi juga pada psikis Minho sekarang.
"Sudahlah coba aku lihat mana yang sakit" kata Chan sambil mengusap mata Minho. Bagaimana caranya dia berusaha selembut mungkin sekarang. Pria itu membuka kancing bajunya.
"Tunggu ya" kata Chan. Pria itu pun pergi.
"Arhhh" Minho meringis saat dikompres oleh Chan.
"Kenapa tidak menelepon" kata Chan lagi. Minho hanya diam sambil mengusap air matanya. Mana dia punya keberanian menelepon pria itu.
"Kita keluarkan dulu susunya" kata Chan. Saat Chan akan menyentuhnya Minho langsung menangis sakit.
"Kau sangat cengeng, jangan menangis terus. Atau aku yang isap" katanya. Minho terkejut saat pria itu tiba-tiba menyesap putingnya. Minho meringis kesakitan, tapi semakin lama sakitnya menghilang.
"Arhhh" Minho meringis saat Chan menindih tubuhnya. Sudah lama sejak terakhir mereka melakukan itu.
"Aku pikir kau tidak akan keberatan" kata Chan membuka celana Minho. Pria itu tanpa basa-basi membuka kaki Minggu dam mengeluarkan juniornya.
"Jangan sakit" kata Minho takut, Chan tersenyum dan mendekatkan tubuhnya.
"Apa pemanasan dulu?" Tanyanya. Minho membuang muka dengan wajah merah, tapi tiba-tiba Chan memegang wajahnya.
"Ya atau tidak?" Tanya Chan, mata mereka beradu saat ini. Minho tak bisa menghindari, dia pun mengangguk. Saat itu juga Chan mendekatkan hidungnya hingga menempel di hidung mancung Minho.
"Tolong jangan pergi" tiba-tiba Chan mengatakan itu. Minho terkejut mendengarnya, apalagi tiba-tiba Chan menempelkan bibir mereka dan mencium Minho dengan sangat lembut. Minho sampai menurup matanya menikmati ciuman Chan.
"Ahhh" si manis terkejut saat Chan memasukan kepunyaannya ke anal Minho. Pria ini memang bisa melakukan dua hal hal dalam satu kesempatan.
Mereka masih berciuman, sesekali keduanya mendesah penuh nikmat. Semakin lama gerakan Chan semakin membuat Minho candu. Apalagi saat dia merasakan cairan hangat itu membuat darahnya berdesir.
"Aku keluarkan atau tidak?" Tanya Chan seketika. Minho entah kenapa tidak rela, dia tiba-tiba menggeleng dengan mata berair itu.
"Ayo bersuara" kata Chan.
"Jangan Tuan" katanya kemudian. Chan terkekeh kemudian kembali mencumbui bibir si manis. Keduanya melakukan beberapa ronde, entah kenapa suasana begitu kondusif.
"Cukup Tuan" kata Minho saat Chan membersihkan tubuhnya dari sperma dengan tisu. Ini benar-benar pertama kalinya dia dilakukan seperti itu. Selain itu Chan juga memakaikan Minho pakaian hingga keduanya rapi.
"Ayo tidur di sini" kata Chan sembari menepuk tempat di sampingnya. Minho menurut dan naik ke sana. Chan tiba-tiba merangkul Minho dengan erat sembari mencium pipi si manis beberapa kali.
"Aku pinjam jadi mu" kata Chan sambil memegang jari mungil milik Minho. Dia mengusapnya dengan lembut sambil memandanginya.
"Setelah ini jadi mu tidak akan kasar lagi" katanya tiba-tiba. Minho tak mengerti maksudnya, dia saat ini hanya gugup. Tangan Chan tiba-tiba menyenatkan sesuatu di jari manis Minho.
"Tuan ini cincin apa?" Tanya Chan. Chan tiba-tiba mencium kening Minho.
"Ini milik ibu ku, sebelum dia meninggal dia menyuruhku menyimpannya untuk diberikan pada menantunya nanti" katanya. Minho terdiam dan berpikir.
"Tuan harus menyimpannya dengan baik" kata si manis sambil melihat Chan.
"Mulai sekarang ini milik mu, kau yang akan menyimpan untuknya" kata Chan. Minho tiba-tiba terdiam dan menatap pria itu.
"T...Tuan apa maksud mu?" Tanya Minho terbata-bata. Chan tersenyum dan mengusap punggung Minho.
"Kau mau kan Minho?" Tanya Chan sambil memegang kedua tangan si manis.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️
FanfictionJika saja uang bukan menjadi sebuah hal yang sangat penting di dunia ini. Karena uang hidup Minho seperti neraka, andai dia bisa memutar waktu dan tidak berurusan dengan uang. Banginho Fanfiction - Warning 21+ - Penyiksaan - Tidak untuk anak-anak