Chan memegangi Minho saat itu di mobil kursi belakang dan Changbin yang mengendarainya.
"Tuan sakit sekali ahh" katanya sambil merekas pakaian Chan. Pria Bang itu berusaha menenangkan Minho dengan mengusap punggungnya. Hari itu pun anak mereka lahir.
"Sangat mirip dengan dia" kata Changbin pada Chan.
Tiba-tiba terdengar suara langkah lemah menuju ke sana. Seorang pria berpakaian rumah sakit dengan membawa tiang infus berdiri di samping mereka.
"Dia sangat mirip dengan ku" katanya.
"Kenapa kau di sini? Ayo masuk ruangan" kata Chan pada Minho. Pria manis itu tersenyum dengan wajah pucatnya.
"Aku ingin melihat anak Tuan Chan" katanya. Chan pun mengangguk dan membawa Minho kembali ke ruangannya.
Malam ini Minho benar-benar sibuk mengurus bayinya, putingnya sangat sakit saat bayi itu mengisapnya.
"Apa kau tega meninggalkan langsung? Katanya minum air susu dari mu lebih baik dari susu formula" kata Chan di samping Minho.
"Tapi aku harus pergi" katanya. Chan pun mengambil bayi itu dari Minho.
"Kalau begitu pergi sekarang" kata Chan kesal. Minho melihat bayinya menangis saat direbut Chan.
"Sstttt tidak tidak" kata Minho kembali mengambilnya dan memberikannya minum lagi.
"Aku tidak mau dia minum susu formula pokoknya" kata Chan.
***
Semakin lama Minho nampak semakin kurus, dia sangat kewalahan mengurus bayinya. Saat itu dia hampir terlelap sambil menggendong si kecil. Tapi tiba-tiba Chan mengambil bayinya dan menidurkannya di boks.
"Aku tidurlah" kata Chan. Minho menggeleng pelan dan mendekat ke boks itu.
"Sudah aku katakan tidur, istirahat" katanya. Minho pun mengurungkan niatnya dan merebahkan dirinya ke ranjang.
"Mendekat ke sini" kata Chan. Minho menurut dan mendekat. Chan pun memeluk Minho dan mengusap punggung Minho.
"Sakit ya di sini?" Tanya Chan. Minho mengangguk, jujur rasanya nyaman. Sampai dia pun tak sengaja terlelap di pelukan pria itu. Chan menatap wajah lelah itu.
"Bagaimana pun caranya aku harus menahan mu agak tidak pergi Minho" bisik Chan sambil mencium kening si manis.
***
Jujur Minho sangat pusing mendengar bayinya yang menangis dari tadi pagi. Diperiksa dia tidak ada buang air tapi dia tidak mau minum sejak tadi.
"Iya tunggu" kata Minho sambil menggunakan baju dengan tergesa-gesa. Saat sampai dia langsung mengambil bayinya dan berusaha menggendongnya.
"Nak kau kenapa terus menangis?" Tanya Minho sambil berusaha memberinya minum. Bayi itu pun mengisap puting milik Minho dan saat itu pun di manis merasa nyeri.
"Hati-hati ibu sakit" katanya meringis. Tiba-tiba bayi itu menangis lagi, semakin lama semakin keras. Minho jadi berkeringat dingin mendengar itu, dia sudah sangat lelah sejak tadi.
"Tolong diam ya" katanya berusaha menenagkan si kecil. Tiba-tiba pintu dibuka dan Chan datang dengan wajah tegang.
"Ada apa ini?" Tanyanya dingin, Minho menatapnya dengan berkaca-kaca. Chan sekilas melihat penampilan Minho yang berantakan itu.
"Kau sudah makan?" Tanyanya sambil mengambil alih bayi mereka. Minho menatap bayi yang ada di gendongan Chan. Chan mengajak bayi itu mengobrol dan menepuk sesekali bokongnya dengan ajaib bayi itu diam dan terlihat mengobrol.
"Kau ibunya kan? Kenapa merawat anak saja tidak becus" kata Chan. Minho hanya diam sambil mengusap hidungnya.
"Lihat diri mu berantakan sekali, sana mandi dulu terus makan" katanya. Pria manis itu tiba-tiba berkaca-kaca tapi dia menurut.
Chan menghela napas melihat Minho seperti itu. Bukannya saat bayi mereka lahir Minho senang namun sebaliknya.
Minho melihat Chan saat itu masih menggendong si kecil. Dengan mata sebab pria manis itu mendekat, jujur dia takut. Saat bersama Minho bayi itu selalu menangis. Apa dia tak menginginkan dirinya?
"Duduk di sana" kata Chan saat melihat Minho datang dengan rambut berantakan dan masih basah. Penampilannya tak kalah berantakan dari sebelum mandi.
Minho duduk sambil menunduk di depan meja rias itu, Chan pun datang membawa bayi mereka.
"Berikan dia minum" katanya. Si manis menurut dan membuka dua kancing bajunya. Dia seketika meringis saat bayi itu menyesap putingnya. Chan melangkah pergi dan tak lama kemudian dia datang dengan sebuah handuk kecil dan kering. Pria itu kemudian mengeringkan rambut si manis dengan lembut setelah itu dia menyisirnya hingga rapi.
"Sekarang sudah terlihat lebih baik" kata Chan sambil merapikan poni yang sudah agak panjang itu. Entah dari mana, tiba-tiba Minho merasakan sebuah kecupan di keningnya.
"Kau harus semangat, jangan sedih" kata bisik Chan. Dari sejak itu, Chan selalu memberikan Minho semakin. Walaupun tak secara blak-blakan dilakukannya.
"Tuan Chan kapan aku boleh pergi?" Tanya Minho tiba-tiba saat melihat pria itu tengah sibuk berkutat dengan laptopnya. Chan berbalik dan menatap pria kurus itu.
"Jika kau pergi siapa yang akan mengasuh dia?" Tanya Chan. Minho seketika bergetar, jujur dia tahu pasti Chan tidak akan menepati janjinya.
"Kalau begitu aku akan pergi bersamanya" kata Minho. Chan terlihat menurup laptopnya secara paksa. Dengan wajah dingin dia bangun dan mendekati pria itu.
"Beraninya kau" kata Chan sambil menunjuk dada Minho. Si manis tak bisa menahannya, dia menangis di depan Chan.
"Aku lelah, aku ingin pergi. Tolong biarkan aku pergi, aku tidak akan meminta uang sepeserpun" katanya dengan tersengal-sengal.
"Kau boleh pergi saat aku sudah menikah, aku tidak kau anak ku terlantar karena punya ibu yang tidak bertanggung jawab seperti mu" katanya lalu pergi. Setelah Chan mengatakan itu, Minho menangis dan disusul dengan tangisan bayinya.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️
FanficJika saja uang bukan menjadi sebuah hal yang sangat penting di dunia ini. Karena uang hidup Minho seperti neraka, andai dia bisa memutar waktu dan tidak berurusan dengan uang. Banginho Fanfiction - Warning 21+ - Penyiksaan - Tidak untuk anak-anak