Bab 2 🪔

1.8K 152 7
                                    

Minho langsung menepis tangan pria itu dan berusaha untuk keluar dari sana.

"Santai... santai" katanya sambil memegang pundak Minho sehingga dia tak bisa berkutik.

"Maksud ku, bekerja dengan ku. Kau tenapa sangat tegang. Usia mu nampaknya masih muda" katanya. Minho berusaha mengatur napasnya, jujur dia sangat takut.

"Aku itu orangnya sakit-sakittan, jadi aku mungkin butuh obat dan seorang dokter mungkin. Selain itu aku juga tidak punya siapapun yang bisa menemani ku" katanya.  Minho berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh pria itu.

"Lagipula kau sudah dipecat, setelah ini kau akan sengat sulit mencari pekerjaan. Aku akan membayar mu lima kali lipat" katanya. Mata Minho langsung terkejut, jujur saat ini dia sangat butuh uang.

"Maafkan saya Tuan" katanya tiba-tiba.

"Jangan begitu, kau terlalu buru-buru namanya. Ini kartu ku, di sana ada nomor ku. Kau bisa menghubungi aku kapan pun jika kau bersedia" katanya. Minho langsung mengambilnya dan melihat.

Matanya terbelakak saat melihat identitas pria ini, dia adalah seorang pengusaha sukses di tempat itu.

"Baiklah ayo keluar" katanya.

***

Minho menatap kartu itu, jujur dia sangat dilema. Setelah dipecat dia hanya diam saja di rumah sambil menatap ke jendela.

"Bagaimana jika mereka datang lagi?" Tanya Minho. Detak jantungnya menjadi cepat saat mendengar suara tawa khas itu.

"Bagaimana ini? Mereka datang" katanya. Minho pun langsung mengambil tas dan keluar lewat pintu belakang. Karena tubuh yang kurus itu dia dengan mudah berlari dari sana.

"Aku harus ke mana sekarang?" Gumam Minho. Tapi entah kenapa tiba-tiba sebuah mobil hitam nyaris menabrak dirinya.

"Hah hah hah untung saja" gumamnya. Mobil mewah bermerk luar negeri itu benar-benar hampir menabrak dirinya.

"Itu dia!!" Suara itu langsung membuat mata Minho terbelakak. Tanpa berpikir panjang dia langsung bangun dan pergi dari sana.

"Dapat! Kelinci kecil seperti mu tidak akan bisa kabur" katanya. Minho langsung berusaha melepaskan diri saat mereka berusaha membawanya ke sebuah gang sepi.

"Hah cukup" kata Minho yang terengah-engah saat mereka memukul dirinya.

"Di mana uangnya?" Tanya pria itu. Minho diam tak bisa mengatakan apapun.

"Memang ya" kata pria itu berusaha akan memukul kepala Minho dengan sebatang besi. Minho sudah menurup matanya mengambil ancang-ancang merasakan sakitnya. Tapi entah kenapa besi itu tertahan.

"Apa yang kalian lakukan? Hmmm" kata seorang pria. Minho membuka matanya, dia melihat sepasang kaki panjang dibalut celana formal dan sepatu mahal itu.

"Kau siapa? Beraninya" katanya.

"Ayo bangun" tiba-tiba tangan penuh urat itu terulur pada Minho. Pria manis itu menerimanya dan berusaha bangun.

"Hai! Siapa kau? Beraninya kau ikut campur. Minho itu punya hutang pada kami" katanya. Pria itu pun menatap Minho.

"Memangnya berapa?" Tanya pria itu.

"1 miliar" katanya. Pria itu pun mengangguk.

"Aku akan bayar semuanya" katanya langsung mengambil ponsel di sakunya.

"Katakan nomor rekeningnya" katanya dengan santai. Minho langsung menghentikan pria itu.

"Jangan Tuan" katanya. Akhirnya transaksi mereka pun selesai.

PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang