Bab 12 🪔🔞

1.5K 106 7
                                    

Minho membantu Chan makan saat itu, suasana masih sama seperti sebelumnya. Minho sangat ingin bicara, tapi dia masih takut dan canggung.

"Cukup" kata Chan sambil menolak sendok dari Minho.

"Kau tidak makan?" Tanya Chan. Minho nampak menggeleng pelan.

"Ayo duduk di sini" kata pria itu tiba-tiba menggeser tempatnya di ranjang itu. Minho seketika menggeleng, tapi Chan memaksanya. Chan tiba-tiba menyandarkan diri ke bahu Minho sambil bernapas dalam.

"Apa sakit?" Tanya Minho. Pria itu pun menggeleng. Tiba-tiba Chan menepuk pahanya. Minho entah kenapa jadi ingin menangis dan naik ke sana.

"Kau ringan, apa tidak makan selama aku tidur?" Tanya Chan saat Minho duduk di sana. Minho pun menggeleng pelan.

"Aku tidak suka kau kurus seperti ini" katanya. Tiba-tiba Minho tersenyum, Chan akhirnya mendapatkan itu. Dia terpama, apalagi pria itu tiba-tiba mencium bibirnya.

"Aku tidak bisa makan jika tidak ada Tuan" katanya. Entah kenapa tiba-tiba Minho menurunkan celananya dan memegang milik Chan.

"Tuan harus cepat sembuh" kata si manis sambil mengurut benda itu hingga keras dan memasukannya ke lubangnya.

"Nghh hmmm" Minho memejamkan matanya saat milik Chan dia masukan.

"Kau melakukan apa?" Tanya Chan seketika.

"Melakukan tugas ku" kata Minho. Chan pun memeluk Minho. Dia memeluk pria itu dengan erat sambil mengusap kepala Minho dengan lembut.

"Nghh Tuan jangan diam saja" kata Minho sambil berusaha. Chan pun membantu Minho untuk menekan bokongnya agak Minho bisa bergerak.

"Hah ahh" suara desahan keduanya memenuhi ruangan itu. Hanya mereka berdua di sana.

"Tuan ahh aku hamil" kata Minho tiba-tiba. Chan tersenyum tak menjawab dan terus membebaskan Minho menggenjot dirinya.





***




Setelah beberapa hari akhirnya Chan kembali pulih dan bugar kembali. Saat itu Minho tengah menyajikan makanan di meja makan untuk mereka pagi itu.

Aroma parfume itu dapat Minho cium, tiba-tiba tangannya di tarik.

"Tuan kenapa?" Tanya Minho saat Chan mendudukan Minho ke meja makan. Pria itu tak menjawab, dua tanpa basa-basi menautkan bibir mereka satu sama lain dan melepaskan kemeja Minho.

Bibir Chan turun menyusuri kulit leher si manis, tak kehilangan kesempatan dia memencet sekilas puting Minho yang menebal dan puluhan kecukan mendarat di perut buncit itu di mana keturunannya tinggal.

"Tuan Chan masih pagi" kata Minho. Chan memberanikan diri mengeluarkan milik Minho dan memasikannya ke dalam mulut. Jujur Minho benar-benar syok dan menutup mulutnya menahan diri.

"Hmmm"

Suara itu membuat mereka terkejut, ternyata Changbin datang tanpa permisi tak disadari oleh siapapun.

"Maafkan aku" katanya lalu pergi. Minho berusaha melepaskan Chan tapi pria itu menahan paha Minho.

"Diam" katanya sambil memanjakan pria manis ini. Akhirnya Chan mendapatkan cairan itu dan merapikan dirinya. Setelah itu dia pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.

"Dia kenapa?" Batin Minho dengan wajah bersemu.







***






Minho mengira setelah kejadian itu, sikap Chan akan lebih hangat tapi tak sama sekali. Dia sama dinginnya seperti dulu.

"Makan" katanya memberikan lauknya. Minho selaku kena mental saat bersamanya. Setelah itu kau harus tidur agar berat badan mu bertambah. Aku tidak mau anak ku kurus karena mu" omelnya. Minho pun mengangguk pelan dan makan.

"Tuan Chan apa setelah melahirkan aku boleh pergi?" Tanya Minho seketika. Chan tampak menatap dirinya sinis.

"Sudah hampir satu tahun aku melayani Tuan, sepertinya sudah cukup melunasi hutang ku 1 miliar itu kan? Aku sudah melakukan semua yang Tuan katakan dan menamani Tuan" katanya.

"Tolong izinkan aku pergi" katanya. Chan pun mengangguk pelan. Jujur Minho lega mendengar itu.

"Kau harus janji, saat anak Tuan lahir anda tidak akan sendirian lagi" lanjut Minho. Chan pun mengangguk membuat Minho tersenyum.

"Apa aku boleh jalan-jalan ?" Tanya Minho.

"Tidak" jawab Chan singkat padat dan jelas.

"Kenapa? Aku lelah hanya di sini" katanya.

"Ya sudah kalau begitu pergi saja" kata Chan. Minho pun menghela napas dan pergi dari sana. Dia menangis saat itu di kamar.

"Kenapa menangis?" Tanya Chan. Minho hanya diam tak menjawab. Pria itu pun menyusulnya naik ke ranjang.

"Buka kaki mu, aku mau masuk" katanya. Minho hanya diam saja. Chan pun kesal dan membuka kaki pria itu.

"Aku tidak mau, sakit" kata Minho. Chan menyambar bibir tipis itu bulat-bulat dan membuka celana milik Minho perlahan tapi pasti.

"Nghh ahhh" Minho tersentak saat Chan masuk. Seperti lubang Minho saat ini sudah pas dengan penis Chan terbukti saat sekali hentakan lubang itu dengan mudah melahap milik Chan.

"Nghhh Tuan ahh pelan-pelan" kata Minho sambil meremas seprei. Chan entah kenapa sangat bernafas saat itu. Dia terus menghentak-gentakan miliknya dengan keras membuat Minho kesakitan.

"Tuah ahh saat" katanya sambil meremas rambut pria itu. Minho sepertinya merasakan sensasi sangat itu berupangkali tapi entah kenapa Chan tak melepaskannya.

"Lepas ahh sakit" kata Minho dengan paksa. Tapi tiba-tiba Chan marah dan mengigit puting milik Minho.

"Aku benci kau! Kau kasar" kata Minho menangis. Pria itu pun melepaskan penisnya dan bangun.

"Terserah" katanya lalu pergi dari sana. Minho berusaha duduk, jujur tubuhnya sakit sekali. Lubangnya juga sakit. Karena itu keduanya tak bicara, Minho benar-benar kesal karena perlaukan Chan tempo hari. Padahal saat ini Minho tengah mengandung anaknya.

Saat Minho membersihkan ruang tamu. Tiba-tiba dia melihat tetesan darah dari kakinya.

"Apa ini?" Gumam Minho diam. Tak lama kemudian tetesan lainnya muncul dan banyak.

"Kenapa dengan ku?" Gumam Minho panik, apalagi perutnya seketika sakit. Minho berusaha mencari satpam di gerbang rumah Chan.

"Tuan kenapa?" Tanyanya.

"Paman tolong telepon Tuan Chan, perut ku  sakit" kata Minho. Satpam itu dengan panik langsung menghubungi majikannya.




TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

PELIHARAAN [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang