07

2.5K 377 43
                                    

Chapter 07 | Hari Pertama di Rumah

•••

Kana mengerjap, mulutnya mencebik ketika ia bergerak dan merasakan kalau seluruh tubuhnya terasa sakit sekaligus ngilu.

Ia membuka mata lalu dihadapkan oleh langit kamar yang tinggi dengan ukiran yang menurutnya aneh namun terlihat bagus. Jendela disamping kiri dan kanan bahkan sangat tinggi hingga bisa melihat gedung-gedung pencakar langit.

• Arkana's Room

"Dimana?" Gumamnya, ia bangun dan menurunkan kakinya memakai sendal berbulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana?" Gumamnya, ia bangun dan menurunkan kakinya memakai sendal berbulu.

Walaupun lukanya masih terasa sakit, Kana lebih mementingkan rasa penasarannya. Ia berjalan mendekati jendela kaca, kedua tangan yang terbalut perban itu terangkat untuk memegang kaca. Matanya memandang takjub pemandangan diluar.

"Kana baru tau kalo London cantik di liat dari atas." Gumamnya dengan mata berbinar. Namun seakan teringat sesuatu ia langsung mengernyitkan dahi. "Tapi Kana harus keluar. Cedrik bilang yang cantik sama bagus itu biasanya jahat."

Anak itu lalu memandang menyeluruh, mencari dimana sekiranya pintu keluar. Kana tersenyum ketika melihat salah satu pintu geser dan langsung berjalan menghampiri.

Wajahnya berubah ketika melihat isi di dalamnya, baju-baju bagus, sepatu dan sendal serta pakaian lainnya. Itu Walk In Closet. Kana masuk melihat-lihat baju yang sekiranya akan cocok ia pakai.

"Ini dia, ini style Kana." Ucapnya senang mengambil celana pendek bahan sutra dengan baju kaus panjang bergambar gajah di dada.

"Kana juga butuh ini biar ngga di gigit nyamuk demam berdarah." Ia juga mengambil sepasang kaus kaki bersalur Harimau dan memakainya.

Setelah selesai memakai pakaian baru, ia tersenyum dan kembali berdiri dengan susah payah. "Kana siap! Kana siap pulang ke rumah buat ketemu Cedrik." Ucapnya semangat.

Setelah keluar dari Walk In Closet ia kembali memperhatikan sekitar. Kamar ini sangat luas, berkali-kali lipat dari tempat tinggalnya. Setelah berjalan kesana-kemari dan tak menemukan pintu keluar, ia menghela nafas lelah, wajahnya mulai berubah memucat.

"Dulu Kana ngga secape ini kerja di Minimarket." Gumamnya menghapus air mata yang entah sejak kapan luruh.

Anak itu juga mengusap kepalanya yang masih terbalut perban. "Kepala Kana sakit hiks Kana mau di bius aja biar ngga sakit hiks."

Lebih dari 3 menit menangis, ia baru sadar kalau yang berada di depannya adalah pintu. Pintu itu terlihat mewah, mungkinkah itu pintu keluar?

Kana kembali bangun, saat sampai di depan pintu itu ia lalu memutar knop nya. Lagi-lagi isi di baliknya membuat ia kecewa, semua funitur di dalam berwarna putih membuat kamar mandi tersebut terlihat mewah. Ya, kamar mandi.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang