Chapter 02 | Arkana Alexander?
•••
Earl manatap seorang anak laki-laki yang tak sengaja ia tabrak. Bukan sepenuhnya salah dirinya, karena anak itu juga tak menyingkir padahal ia sudah membunyikan klakson. Ellio Arkana— nama yang Earl ketahui dari kartu pelajar miliknya.
Arkana di tempatkan di ICU, sesalahan fatal karena kepalanya mengalami pendarahan. Itu kejadian 3 hari lalu, entah apa yang membawa dirinya datang lagi ke rumah sakit.
Earl berjalan ke ruang ICU dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana, berdiri tepat disamping pemuda yang sedang berada diambang kehidupan.
Mata tajamnya tersirat secercah harapan ketika melihat mole di ujung hidung Kana. Dengan lembut, ia menyibak selimut yang menutupi badan tanpa baju itu. Harapan bukan sekedar harapan ketika ia melihat dua titik hitam di lengan atas Kana.
"Is that you?"
•••
"Mom?! Where are you going?!"
Charlotte berusaha menghentikan Aleta yang mengambil mantel, dompet dan kunci mobil dengan tergesa. Wanita cantik itu bahkan mengabaikan kalau dirinya bisa saja terjatuh dari tangga karena tidak memperhatikan langkah.
"Charl, Daddy found him. He found your brother and my baby. I have to go!"
"Okay, Mom, okay. Calm down, now tell me where did he find him?"
Charlotte memegang bahu Aleta agar sang Ibu tenang, Aleta mengusap air mata yang berada di pipinya. "Kecelakaan."
Charlotte tersenyum lalu mengambil kunci mobil di tangan sang ibu. "Kita pergi bersama."
Di sinilah mereka— St Thomas Hospital. Aleta berlari menuju ruang ICU dengan Charlotte yang berusaha agar sang Ibu tak terjatuh. Dress tanpa lengan membuat udara dingin menusuk lehernya, tapi mantel berbulu membantunya.
"Earl!" Earl menangkap Aleta lalu memeluk sang istri, ia mencium pucuk kepala itu. "Aku menemukannya."
Mereka melepas pelukan, Dokter yang sedari tadi berdiri disamping Earl tersenyum lalu memperlihatkan hasil DNA.
"Ellio Arkana, anak kandung kalian." ucap sang dokter dengan nama Smirt— sahabat Earl.
Aleta mengambil berkas itu, air mata tak bisa ia bendung saat mengetahui kalau anak yang selama 17 tahun ia cari berada di dekatnya, didepan matanya. Earl kembali memeluk Aleta lalu mengusap panggung bergetar itu.
"Aku bisa melihatnya?"
Smirt tersenyum tipis. "Tentu."
•••
Aleta mengusap lembut pipi itu, pipi Kana. Pandangannya menatap haru Kana yang masih memejamkan mata. Seakan kesedihan tak mau berhenti menyapa, ia di jatuhkan kembali oleh keadaan sang anak yang seperti ini.
Lagi-lagi pemikiran itu datang— apa ia pantas di sebut Ibu?
Aleta menyeka air mata lalu bersusah payah menahan isakan. Ia tak mau mengganggu tidur sang anak yang katanya lelap. Ya, Arkana di nyatakan koma. Aleta merendahkan tubuhnya lalu mencium lamat-lamat kening terbalut perban itu dan berbisik lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan
Fanfiction"Saya Daddy kamu, Kana." "Maaf Om, Kana emang miskin. Tapi Kana masih bisa kerja, nggak butuh Ayah gula." Kana adalah pemuda yang menyukai hujan. Karena pada saat ribuan tetes air hujan membasahi tubuhnya, ia merasa kalau beban di tubuhnya ikut ter...