6. Sebuah Rahasia?

222 21 12
                                    

Votmen plis!!

Bukan di vote doang:/

No silet Readers

Happy Reading and ecmoci😭😹☝

Maaf pendek.

*********

Di rumah Kalan

"Habis darimana kamu?!" ujar Lisya saat melihat Kalan baru saja masuk ke dalam rumah.

Kalan terdiam.

"Kalan! Jawab dong! Punya mulut gak sih?!" kata Lisya.

"Bun, Kalan capek. Pengen istirahat," ujar Kalan yang ingin melangkah pergi menuju ke kamarnya.

Namun.

Brak!

Kalan sontak memejamkan kedua matanya saat tubuhnya mengenai meja ruang Televisi. Kalan meringis kesakitan dibagian pinggangnya.

"Bun ...."

"Bunda kan pernah bilang. Jangan pacaran! Kenapa masih aja pacaran sama perempuan gak jelas itu?!" kata Lisya.

Kalan meringis. Lalu terbatuk-batuk. "Ma-maaf, Bun."

"Alah, alasan aja!"

"Otak kamu dipake buat belajar bukan buat pacaran! Ngerti gak sih!" Dengan tega. Lisya kembali mendorong tubuh Kalan kasar.

"Ma-maaf, Bun."

"Maaf-maaf. Tapi tetap aja PACARAN!"

"Ayo ikut, Bunda!" Dengan kasar.

Lisya menyeret Kalan ke kamarnya. Lalu mendorongnya ke lantai. "Kamu tetap disini dulu! Jangan keluar sebelum disuruh Bunda!"

Setelah mengatakan itu.

Lisya keluar dari kamar Kalan sembari menutup pintunya dengan keras. Sedangkan Kalan, terbaring tak berdaya di lantai.

Keadaannya sekarang begitu buruk. Rambutnya berantakan, pakaiannya juga berantakan. Dadanya kembali sesak dan nyeri.

Kalan memejamkan kedua matanya sebentar menahan rasa sakitnya. "Gue ingin mati aja rasanya."

"Gue udah gak kuat."

*******

Plak!

"Sa-sakit ...." Flora meringis kesakitan saat terkena tamparan dari Sang Ayah.

"Ini balasannya kamu gak nurut sama Papa!"

"Mas! Kamu apa-apaan!" gertak Dea saat melihat Flora menangis.

"Ma ...."

"Mas! Udah cukup! Dia anak kamu sendiri!" kata Dea sembari menahan tangan Irvan saat ingin menampar Flora lagi.

"Flora, Sayang. Kamu ke kamar, ya? Istirahat." Dea tersenyum ke Flora.

Samar-samar Flora tersenyum juga. "Iya, Ma."

Dengan segera. Flora pun pergi ke kamarnya. Tanpa memperdulikan teriakan Ayahnya yang memanggilnya. "Flora! Kamu mau kemana, hah!"

"Cukup, Mas! Cukup!"

Dea juga menarik tangan Irvan ke kamarnya untuk meredakan emosinya. Sedangkan Flora, ia menangis di atas kasur tempat tidur.

"Sa-sakit ...." Flora kembali mengusap pipinya akibat tamparan dari Sang Ayah tadi.

Flora meraih ponselnya di atas nakas lalu membuka chat roomnya dengan Kalan. Dengan tangan gemetaran, Flora mengetikkan sesuatu untuk dikirim ke Kalan.

Anda
Lan?

Bang Sam Myboy♡
Hm? A-apa?

Anda
Lo gak papa?

Bang Sam Myboy♡
Gu-gue gak papa kok, e-emangnya ke-kenapa?

Anda
Serius gak papa? Dari ketikan kamu?

Bang Sam Myboy♡
Gue gak papa kok, Ra. Tenang aja. Lo sendiri?

Anda
Sama

[Read]

Tidak ada balasan dari Kalan.

Flora menghela napasnya lalu menyimpan kembali ponselnya lagi. Perlahan dengan pasti, dirinya mulai tertidur.

Di sisi lain.

Kalan masih merasakan nyeri di dadanya. Ia juga kembali merasakan sesak napas. Kalan mendongak dan terkejut melihat Lisya datang.

"Kamu sakit?" tanyanya.

Kalan diam tanpa menatap ke arah Ibunya.

"Kalan! Jawab dong!" paksanya.

Kalan menghela napasnya. Lalu ia menatap ke arah Lisya lagi. "Iya, Bunda."

"Sakit apa?! Atau kamu punya sakit jantung?!" ujar Lisya yang membuat Kalan terkejut.

"Kok Bunda ta-tau?" tanyanya.

Lisya tersenyum penuh arti. Ia memegang tangan Kalan lembut. "Rahasia."

"Bahkan Bunda tau dari kamu kecil kalau kamu punya penyakit," lanjutnya.

Kalan masih diam saja.

"Nak, Bunda itu sayang sama kamu. Bunda melarang kamu pacaran ya karena Bunda ingin kamu fokus sama kesehatan kamu. Tapi kamu malah ngeyel pacaran."

"Terus? Bunda kenapa bunuh Ayah? Disaat Kalan masih membutuhkannya."

Kali ini Lisya terdiam.

Kedua matanya mulai berkaca-kaca. "Ka-kamu gak perlu tau alasannya."

"Gak sekarang aja Bunda kasih tau?" tanya Kalan.

"Kamu serius ingin tau?" tanya Lisya.

Kalan hanya mengangguk.

"Se-sebenarnya pria yang kau sebut Ayah itu bukan Ayah kandung ka-kamu," kata Lisya menahan tangis.

Kalan jadi diam.

"Ma-maksudnya gimana Bunda? Kalan belum ngerti."

Lisya berdiri dan memalingkan wajahnya ke arah lain. "Bu-bunda gak sanggup cerita. Bunda pergi dulu."

Setelah itu. Lisya pun keluar dari kamar Kalan. Tanpa peduli mendengar teriakan Kalan yang memanggilnya.

"Maksud Bunda apa, ya?" gumam Kalan.

**********

"Putraku ...." Seorang pria paruh baya menahan tangis saat melihat sebuah bingkai foto yang dipegangnya.

Foto itu adalah foto Anaknya.

Dan foto dirinya dengan Istrinya.

Bayi itu adalah bayi Laki-laki.

*********

Bersambung!!

Gimana part ini?

Penasaran sebuah rahasia apakah itu?

Dan sebenarnya apa yang terjadi di masa lalunya Lisya?

Maaf pendek.

Habisnya kalau panjang-panjang. Percuma, kalau tidak ada yang Vote dan komen mah.

Next tidak nih?

Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang