17. Pertemuan Mereka

125 10 11
                                    

Vote dan Komen~
Beberapa Part lagi TAMAT, YEAY!!

********

Malam pun tiba

Lisya pulang dulu ke rumahnya. Dan...

Kalan seorang diri di ruangan itu. Rasa Sakitnya kembali menjalar. Sesekali Kalan memejamkan kedua matanya untuk menahannya.

"Kalau jantung gue udah rusak gini? Apa gunanya gue hidup? Bahkan, dari kecil gue punya penyakit ini." Kalan tersenyum miris.

"Ra, gue gak bisa jauh-jauh dari lo."

"Flora ...."

Ceklek!

Kalan menoleh ke arah pintu yang baru saja dibuka. Dilihatnya ada Jovan dan Jimmy yang baru saja masuk. Lalu duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

"Maaf lama," kata Jovan.

"Iya, gak papa." Kalan hanya mengangguk.

"Emang lama kenapa?" lanjut Kalan bertanya.

Jovan mendelik sinis ke Jimmy. "Ini gara-gara dia! Mau kesini Boker dulu!"

Sedangkan Jimmy hanya nyengir.

Kalan tertawa kecil. "Haha, pantesan lama."

"Eh, Flora kesini gak?" tanya Jovan.

"Iya, kesini."

"Ohh." Jovan pun mengangguk saja.

"Eh, gue naksir sama Elena. Temannya Flora tuh," kata Jimmy sembari senyum-senyum sendiri.

"Dih. Menurut gue ya, lo gak pantes sama Elena. Lonya burik, lah si Elena cantik," ujar Jovan.

"Sembarangan lo ngomong! Gue ganteng gini dibilang burik! Dan gue tuh mirip sama salah satu artis Kpop si si member Boy grup apa tuh? Ih, si gembul tuh! Ish, siapa sih namanya?" tanya Jimmy.

"Ciri-cirinya gimana?" tanya Kalan.

"Member Boy grup itu loh! Yang agensinya Starship!" jawab Jimmy.

Jovan terlihat mengingat-ngingatnya. Lalu menjentikkan jarinya. "Boy grup Cravity?"

"Nah, hooh itu!" balas Jimmy.

"Siapa?" tanya Kalan lagi.

"Seo Woobin namanya!" kata Jimmy.

Jovan menghela napasnya gusar. "Gak.Usah.Halu.Deh.Lo!"

"Eh, tapi emang bener kok!" kata Jimmy tak terima.

Kalan hanya menggelengkan kepalanya saja sembari tersenyum tipis. "Ada-ada aja."

*********

Flora masih menangis di kamarnya. Bahkan saat makan malam saja Flora menolak. Dia hanya malas saja bertemu dengan Irvan.

Krett!

Flora menoleh ke arah pintu. Disana ada Dea-Ibunya, yang kini membawa sebuah nampan berisi makanan. Mungkin itu buatnya.

Flora bersandar. "Ma."

Dea tersenyum tipis. Lalu berjalan mendekat ke arah Flora. Kemudian duduk di pinggir kasur dan menyimpan nampan itu di atas nakas.

"Mama paham sama perasaan kamu." Dea memegang tangan Flora.

"Iya, Ma. Flora capek sama Papa. Apa-apa Flora yang terus nurut ke Papa. Dan, ya. Flora tau karena seorang anak harus nurut sama orang tuanya. Tapi, cara Papa salah!"

"Iya, Mama paham. Dan Mama akan membujuk Papa buat restui hubungan kamu sama Kalan."

"Makasih, Ma." Flora bergerak memeluk Dea.

Dan Dea pun membalasnya. Flora jadi menangis lagi. "Makasih, Ma. Flora sayang sama Mama."

"Iya, Nak." Dea mengusap-usap punggung dan rambut Flora.

Di sisi lain, Lisya sedang mempersiapkan barang-barang milik Kalan. Dan untuk membawanya ke rumah sakit.

"Permisi, Bu."

Tiba-tiba datang Bi Lastri-pembantunya. Lisya menoleh. "Iya, Bi? Kenapa?"

"Itu ada yang ingin bertemu Ibu."

Dahi Lisya mengkerut. "Siapa?"

Bi Lastri hanya diam.

Lisya menghela napasnya lalu keluar dari kamar Kalan menuju ke depan. Di ruang tamu, ada seseorang yang duduk di sofa.

Seketika tubuhnya mematung. "Ka-kamu?"

"Lisya." Pria itu tersenyum tipis.

Lalu berdiri. "Ini aku. Suamimu."

Lisya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Ini beneran kamu, Mas?"

Arwan. Atau Karwana Samudra. Suami Sah-Nya Alisya Demora. Pria itu masih tersenyum. "Iya, aku masih hidup."

Tanpa berpikir panjang. Lisya bergerak memeluk Arwan. "Mas ..., a-aku gak nyangka kamu masih hidup."

"Alisya ...."

"Dan aku tau kamu juga telah membunuh dia. Alias Juan, yang ngaku-ngaku jadi Ayahnya Kalan."

Lisya tidak membalas. Ia terus menangis di pelukan Arwan. "Mas ...."

"Oh iya. Kalan dimana?"

Sontak membuat Lisya melepaskan pelukannya. "Di-dia ada di rumah sakit."

Arwan mengerutkan dahinya. "Loh sakit apa?"

"Punya penyakit jantung."

Arwan terkejut. "Apa?"

"I-iya, Mas."

Arwan menghela napasnya. "Tapi belum saatnya aku bertemu dengannya."

"Loh? Kenapa, Mas?"

"Ya, nanti saja. Tunggu waktu yang tepat."

Lisya menghapus air matanya. "Yasudah."

********

Sementara itu.

Kalan menghela napasnya. "Bunda mana? Kok belum dateng, ya?"

"Paling terkena macet di jalan," jawab Jovan.

"Iya, kali."

Kalan menghela napasnya lagi. Lalu, dengan perlahan dirinya pun tertidur. Jimmy sudah sudah ketiduran, sedangkan Jovan masih main ponsel.

******
Bersambung!!

Gimana dengan part ini?

657 kata

Dikit? Bodo amat. Percuma juga ngetik panjang kalau gak ada yang vote komen mah🙏

Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang