27. Pertanyaan Flora

120 9 3
                                    

"Aku senang masih diberi kesempatan untuk hidup. Ya, walaupun awalnya ingin mati juga.~Flora Amalthea.

*********

Pagi menggantikan malam yang dingin. Flora masih belum sadarkan diri. Sedangkan Kalan, sudah sadar. Dirinya semakin lemas.

Kalan menghela napasnya. "Flora. Kenapa lo tega nabrakin diri? Kan jadi sakit."

Kalan mengusap rambutnya sendiri. "Gue ingin ketemu Flora. "

"Lo masih sakit!" kata Jimmy.

Kalan berdecak kesal. "Gue gak papa. Gue ingin ketemu kesayangan gue."

"Bukannya lo sama Flora udah putus?" tanya Jovan.

Kalan terdiam.

"Ya walaupun udah putus. Gue masih cinta sama dia," sela Kalan.

"Ya udah. Dari awal jangan putus goblok!" kata Jimmy.

"Gue niatnya juga minta putus sama dia. Agar dia gak terlalu sedih gue gak ada," ujar Kalan dengan dingin.

"Putus. Tapi masih saling cinta? Nah loh. Gimana tuh?" tanya Jovan.

"Gak tau."

"Ya udah. Tar sekalian lo ketemu Flora pas kasih kejutan ulang tahun aja," kata Jovan.

"Nah bener juga tuh!" ujar Jimmy.

"Iya deh gembul."

"Persiapan udah?" tanya Kalan.

"Udah," jawab kedua J barengan.

"Sip." Kalan mengacungkan jari jempolnya.

*********

Flora mengerjamkan kedua matanya perlahan. Dan dengan pasti dirinya melihat isi ruangan serba putih.

"Ma, Pa? Kalan?" gumamnya.

"Sayang? Kamu sudah bangun?" tanya Dea yang tiba-tiba datang.

Flora hanya tersenyum saja.

"Selamat ulang tahun." Dea tersenyum.

Lalu mendekat ke arah Flora. Kemudian mencium lembut Flora. "Semoga sehat selalu dan bahagia, ya."

"Nggak, Ma. Flora gak bahagia," kata Flora.

Dea mengerutkan dahinya bingung. "Loh? Kenapa?"

"Gak ada Kalan disini," kata Flora pelan.

Dea terdiam sesaat dan tersenyum. "Iya. Nanti Kalan akan beri kamu kejutan ulang tahun," batin Wanita itu.

"Papah mana?" tanya Flora.

"Disini!" kata Irvan yang tiba-tiba masuk juga.

Lalu memeluk Flora hangat. "Mama Papa mencintaimu hari ini dan selalu, selamat ulang tahun untuk putri kami yang luar biasa!" bisiknya.

Flora tersenyum hangat. "Iya, Pah."

"Oh iya. Papa ada sesuatu buat kamu," kata Irvan setelah melepaskan pelukannya.

"Apa itu?" tanya Flora.

"Tadaaa!" kata Irvan sembari mengeluarkan sebuah kotak ke Flora.

Flora pun menerimanya dan membukanya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca saat tau hadiah apa yang diberi Irvan.

Sebuah bingkai foto dirinya, Dea dan Irvan. "Makasih."

"Iya, sama-sama." Irvan tersenyum begitupun dengan Dea.

"Dijaga dan disimpan, ya. Buat kenang-kenangan nanti," ujar Dea.

Flora hanya mengangguk. "Iya, Ma."

"Eum, Ma, Pa," kata Flora.

"Iya?"

"Kenapa ya Tuhan gak ambil Flora juga? Flora ingin mati."

"Hush! Kamu itu ngomong apa sih?" kesal Dea.

"Flo--"

"Sayang. Harusnya bersyukur masih diberi kesempatan untuk hidup. Kenapa malah ngomong yang nggak-nggak?" potong Dea.

Flora terdiam.

Kedua matanya mulai berair. "Kalau Kalan bisa. Kenapa Flora nggak?"

Dea menghela napasnya. Lalu memegang tangan Flora. "Flora. Takdir Tuhan gak ada yang tau. Kematian seseorang gak ada yang tau. Jika Tuhan mau mengambil Kalan. Terus kalau kamu mau juga. Tar Kalan tau, nanti dia sedih."

"Dan nanti kalau Kalan bener-bener pergi. Ikhlasin," lanjut Dea.

Sedangkan Irvan. Pria itu masih terdiam.

"Kalau Flora gak bisa?" tanya Flora.

"Itu artinya kamu belum rela Kalan pergi," kata Dea.

"Iya." Flora tersenyum tipis.

Dea menghela napasnya lagi. Wanita itu kembali menggenggam tangan Flora erat. "Ikhlas, ya."

"Gak bisa, Ma. Kan Flora udah bilang. Flora juga gak mau kehilangan Kalan!" kata Flora.

"Flora pasti bisa," ujar Dea.

"Nggak." Flora menggeleng kepalanya.

"Dan lagian kamu sama Kalan udah putus?" tanya Dea yang membuat Flora terdiam.

"Masih sayang," sela Flora.

Dea terkekeh. "Kalau masih sayang. Ngapain putus?"

"Kalan yang minta. Dan dia juga sebenarnya gak ingin Flora sedih jika Kalan gak ada," kata Flora.

Dea terdiam.

*********

"Greget! Cepet malem dong! Gue ingin ketemu Flora!" gumam Kalan senyum-senyum sendiri di ruangannya.

"Gak sabaran amat lo! Masih disiapin nih!" kata Jovan yang tak sengaja mendengar perkataan Kalan barusan.

"Diem deh."

"Woi. Gembul!" panggil Kalan ke Jimmy.

Jimmy yang sedang asyik memainkan ponselnya seketika menoleh ke arah Kalan. "Ape?"

"Lo serius suka sama Elena? Temennya Flora?" tanya Kalan.

"Hehe. Iya dong!" Jimmy tersenyum bangga.

"Tapi gue belum berani nembak dia," lanjutnya.

"Nembak dia? Tar lo yang ada dipenjara dodol!" kata Jovan.

Jimmy tampak mendelik sinis ke Jovan. "Bukan gitu konsepnya, goblok!"

"Udah-udah. Jangan berantem."

"Ya terus?" tanya Jovan.

"Kepo lo kek Dora!"

"Dih."

"Eh. Jimmy. Gue yakin si Elena bakal nolak lo! Secarakan ya. Masih gantengan gue daripada lo!" kata Jovan sembari menyisir rambutnya ke belakang.

"Pret!"

Kalan yang melihat kelakuan teman-temannya hanya menggeleng kepalanya saja.

********

Bersambung!!

Gimana dengan part ini?


Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang