10. (Tidak) Peduli

167 12 18
                                    

Halo, aku update nih.

Jan lupa votmen

Happy Reading and emosi
*******

Di sekolah

Pagi hari yang indah. Hari senin sekarang, dan seluruh para siswa maupun siswi melaksanakan upacara bendera. Dan setelah beberapa menit, akhirnya selesai.

Kalan ke toilet, sedangkan para siswa maupun siswi lain ada yang ke kelas, kantin, atau ada yang duduk di pinggir lapangan untuk sekadar beristirahat.

Seperti biasa. Kalan selalu merasakan sesak napas. Namun ia berusaha untuk menahannya. Sesekali Kalan memejamkan kedua matanya. "Plis, jangan sekarang ..., gue ingin sembuh."

"Lan?" Tiba-tiba datang Jovan. "Lan, lo kenapa?"

Kalan menundukkan kepalanya. "Gue gak papa, Van."

"Jangan bohong," kata Jovan.

Kalan menghela napasnya.

"Ayo." Kalan merangkul pundak Jovan dan ke kelas.

Sesampai di kelas.

Kalan langsung melihat Flora sedang duduk berdua bersama Damar di bangku Damar. Flora belum sadar saat diperhatikan terus oleh Kalan karena Flora membelakangi Kalan.

"Lan, lo mau ngapain?" bisik Jovan saat Kalan hendak menghampiri Flora dan Damar.

"Diem."

Kalan tak kuasa menahan amarahnya saat Flora tertawa bersama Damar. Sesekali gadis itu memegang tangan Damar.

Tanpa berpikir panjang. Kalan menghampiri keduanya. Kalan juga langsung memegang kasar tangan Flora yang membuat Flora berdiri dan kaget.

Damar juga begitu.

"Lan," cicit Flora pelan.

Kalan tersenyum tipis. "Seneng deket sama Damar? Sampai-sampai lupa lo udah punya pacar?"

"Lan." Flora melepaskan cekalan Kalan. "Lo--"

"Apa?!" potong Kalan. "Jangan berlebihan dan posesif gitu?"

"Gue selama ini menahan rasa sakit hati gara-gara lo. Lo mikir gak sih? Lo juga salah, Ra. Larang gue deket sama cewek lain. Tapi lo sendiri?" tanya Kalan.

"Damar itu sahabat gue," kata Flora.

"Udah sih, Ra. Jangan bilang gitu terus. Capek gue dengernya."

"Terus lo maunya apa? Masa gue harus deket-deket terus sama lo? Ya nggak 'kan? Dan katanya lo juga gak papa kalau gue deket sama Damar."

"Berubah pikiran," kata Kalan datar.

"Oke. Gue juga berubah pikiran. Lo jangan larang gue deket sama Damar. Lo itu cuma pacar, pacar gue. Ingat itu!" kata Flora sembari menatap tajam ke Kalan.

"Serah lo, Ra."

Sedangkan Damar dan Jovan-temannya Kalan hanya diam saja memperhatikan mereka.

"Gue tanya sekali lagi," kata Kalan.

"Lo peduli gak sih sama gue? Lo cinta gak sih sama gue?" tanya Kalan menatap inci Flora.

"Gue gak pernah peduli sama lo! Gue cuma kasihan sama lo! Dan gue gak CINTA SAMA LO! SAMA SEKALI NGGAK!" teriak Flora tanpa sadar.

Tubuh Kalan menegang. Sedangkan Jovan, terkejut.

"Udahlah. Lo gak ada hak untuk melarang gue deket sama Damar! Ingat itu! Karena gue gak cinta sama lo! Kalan Samudra!"

Setelah mengatakan itu. Flora beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Kalan yang hanya mematung terdiam.

Kalan mengepalkan tangannya emosi. Kedua matanya memanas, dan rasa sakitnya semakin menjadi-jadi.

Dipikirannya. Apa benar yang dikatakan Flora tadi? Yang hanya bilang cuma kasihan dan gak cinta sama dirinya?

*******

Sekarang ini Flora berada di taman belakang sekolah. Dirinya menangis, terus menangis di bawah pohon rindang. Ia menyesal atas perkataannya ke Kalan tadi.

"Ra?" Tiba-tiba datang Kalan.

Flora tidak mendongak. Ia tau dia siapa. "Pergi. Gue gak butuh lo, gue gak peduli sama lo," tukasnya.

Kalan menghela napasnya lalu pergi. Tapi sebelum itu, Kalan berucap sesuatu. "Oke. Itu mau lo, dan gue gak akan larang lo lagi. Dan kita sementara berpisah dulu."

Flora hanya diam.

"Flora."

Tiba-tiba datang Elena, temannya. "Ra, lo gak papa?" Elena ikutan jongkok di samping Flora.

"Gak."

Elena menghela napasnya. "Lo serius gak cinta sama Kalan? Dan bukannya kalian saling mencintai?"

Flora masih diam.

"Udah deh. Gue males ngebahas ini."

Elena menghela napasnya lagi.

"Gue ingin putus dari Kalan."

Elena terkejut. "Apa?"

Flora berdecak. "Gue ingin putus dari Kalan."

"Alasannya?"

"Gue gak mau Kalan sakit hati lagi, gara-gara perkataan gue dan perilaku gue."

"Lo yakin?" tanya Elena.

Flora menjadi diam lagi.

*******

Percepat saja...

Tidak terasa. Bel pulang pun berbunyi. Seluruh siswa maupun siswi pun berhamburan keluar dari kelas untuk pulang setelah lamanya belajar.

Di lorong sekolah. Kalan dan Flora saling bertemu. Tapi mereka hanya acuh dan tidak saling bertegur sapa satu sama lain.

"El, anterin gue pulang," kata Flora ke Elena.

Elena hanya mengangguk.

Lalu masuk ke dalam mobil Elena. Elena pun menyalakan mesin mobilnya sehingga meninggalkan area sekolah.

Kalan juga menaiki motornya.

Di tengah perjalanan. Kalan dan Flora bertemu lagi. Di persimpangan lampu lalu lintas. Kalan menoleh ke Flora dari balik helmnya.

Sedangkan Flora, gadis itu hanya menatap lurus ke depan. Sampai tidak sadar, lampu lalu lintasnyw berubah menjadi hijau.

Elena pun menggerakan mobilnya lagi. Kalan juga begitu. Di perjalanannya. Kalan terus memikirkan perkataan Flora tadi.

*******

Bersambung

Gimana dengan part ini?

Tiga kata untuk Kalan?

Tiga kata untuk Flora?

Tiga kata untuk Damar?

Dan buat saya?(Author)

See you next part~

Votmen!

Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang