14. Kalan, kamu kenapa?

200 10 4
                                    

Hai, aku update nih.

Vote dan Komen yaa😗

*********

Setelah Flora pergi. Kalan kembali terbaring di bangsal. Ia mentidurkan diri, menutupi matanya sejenak. Kedua matanya mulai berair.

Ia sangat tidak suka jika melihat Flora menangis. Hatinya ikut menangis. Ia ingin putus juga agar Flora tidak semakin sedih jika ia tiada...

Ceklek!

Kalan membuka matanya lagi saat mendengar suara pintu terbuka. Dan, yang datang adalah Jovan dan Jimmy.

"Lan, tadi Flora kesini?" tanya Jovan.

Kalan hanya mengangguk.

"Ohh." Jovan mengangguk juga.

"Dan, tadi kita liat dia habis nangis. Lo apain dia?" tanya Jimmy.

"Gak di apa-apain," jawab Kalan.

Jimmy menghela napasnya lagi.

Lalu duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Begitupun dengan Jovan. Kalan kembali menidurkan diri, dia sangat lelah.

"Gue besok ingin sekolah," kata Kalan.

Jovan dan Jimmy serentak menoleh ke Kalan. "Hah?" tanya mereka barengan.

Kalan berdecak. "Gue ingin sekolah besok."

"Hah? Eh, maksudnya. Bukannya lo dilarang? Soalnya lo sakit tar drop lagi," ujar Jovan.

"Gue baik-baik aja elah, jangan khawatir."

"Bohong," kata Jimmy.

Kalan tersenyum hangat. "Gue gak papa."

"Serah deh."

Dan akhirnya Kalan izinkan juga sekolah. Ia ingin sekolah juga agar bisa memantau Flora yang selalu dekat-dekat dengan Damar!

Walau nanti, setelah pulang sekolah. Kalan harus pulang ke rumah sakit. Dan, ini juga permintaan dari Dokter Adrian itu sendiri.

********

Besoknya, di Sekolah.

Sesuai permintaan kemarin. Kalan bersekolah, ia tetap ingin sekolah. Walau dilarang oleh Ibunya. Bahkan, Jovan dan Jimmy pun melarang Kalan.

Tapi, Kalan tetap bersikeras.

Hari ini free class. Jadi tidak belajar. Di bangku Kalan, ia menelupkan wajahnya di tumpuan di atas meja. Ia akui, ia lelah.

Di bangku Flora. Gadis itu terbengong memikirkan perkataan Kalan kemarin, yang bilang detak jantungnya Kalan itu berdetak sangat lambat.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Kalan, kamu kenapa?

Itulah kata-kata yang ada di otak Flora.

Menghela napas panjang. Flora membuka buku yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah walau dirinya menahan amarah saat keadaan kelas itu terlampau berisik.

Brak!

Flora tersentak kaget begitupun Kalan yang terbangun dari tidurnya saat mendengar seseorang memukul meja.

Dilihatnya ada Jimmy yang kini sedang memegang sebuah sapu yang ia anggap itu gitar. Dan, salah satu kakinya berada di atas kursi.

"Gays! Ayo, kita konser!"

Ajakan Jimmy membuat seisi kelas itu semakin heboh. Dan, sebenarnya sih Jimmy sengaja seperti ini agar bisa membuat Kalan tertawa.

Jreng!

Jimmy mulai memainkan sapu itu. Dan, ada pula siswa yang bersiaga untuk memukul-mukul meja layaknya gendang, begitupun dengan Jovan.

"Hobahhh!"

"Di geboy geboy mujaer. Nang ning nong, nang ning nong. Pat gulipat, bangdung ding ser! Mustofa jadi nggak kuat mustofa tergila gila. Mustofa jatuh cinta sama seorang biduan ...." nyanyi Jimmy.

"Pat gulipat, bang dung ding ser!" nyanyi Jimmy.

"Asikkkk! Ayo, lagi mas!" Jimmy tertawa ngakak.

"Bila kupandang kerlip bintang nan jauh disana ..., asyikk!" Jimmy masih bernyanyi diikuti Jovan dan beberapa siswa lainnya.

"Sayup kudengar melodi cinta yang menggema .... terasa kembali gelora jiwa mudaku ...."

"Kala tersentuh, alunan lagu, semanis kopi ...," sambung Jovan.

"Ayo kita nyanyi lagi!" kata Jimmy sembari melirik sekilas ke Kalan yang sedari tadi terdiam.

Begitupun dengan Flora. Gadis itu hanya diam fokus membaca buku, walaupun seisi kelas itu berisik akan nyanyian.

"Van, rencana kita gagal. Liat si Kalan," bisik Jimmy ke Jovan.

Jovan pun mengikuti arah pandang Jimmy. Lalu mengangguk. "Hooh, terus gimana dong?"

Jimmy tampak memikirkan sesuatu. Namun, tiba-tiba. Dirinya nyanyi lagi. "Eh, apa salah dan dosaku, sayang? Cinta suciku kau buang-buang ...."

Kali ini dirinya menaiki meja. Dengan sapu yang masih dipegangnya. "Apa salah dan dos---"

Brak!

"Aduh!" ringis Jimmy saat dirinya tiba-tiba terjatuh dari atas meja ke lantai.

Dan, suasana di kelas itu pun hening saat kedatangan seorang Guru yang terkenal galak. Dan, Kalan hanya diam saja memperhatikan mereka.

"INI SEKOLAH BUKAN TEMPAT KONSER! BERISIK AMAT YA AMPUN!" teriak Bu Melina sembari menjewer telinga Jimmy.

"Eh ..., Bu. Maaf, Bu!" Jimmy meringis pelan.

"Mau Ibu hukum?!" tanya Bu Melina.

"Gak mau ah, Bu. Mending Jimmy masuk ke hati Ibu aja boleh?" tanya Jimmy dengan tampang polosnya.

"Aaaa! Sa-sakit, Bu! A-ampun!" ringis Jimmy saat Bu Melina menjewer telinganya lebih kuat.

"Pfftt." Jovan menahan ketawa.

Bahkan ada juga beberapa siswa maupun siswi lain juga mentertawakan Jimmy yang dijewer oleh Bu Melina.

"Kalan. Kamu kenapa?" tanya Bu Melina saat tak sengaja melihat Kalan yang tertidur.

Tapi, Kalan tidak menjawab Bu Melina. Panik. Jovan merasa panik lalu mendekati Kalan di bangkunya.

"Lan!" kata Jovan sembari menggoyangkan tubuh Kalan.

"Bu! Bu! Kalan sepertinya pingsan!" panik Jovan.

Bu Melina juga panik. "Ya-ya udah bawa ke UKS! Jimmy, kamu bantu Jovan!"

"I-iya, Bu!"

Dengan segera kedua J itu pun membawa Kalan ke UKS. Flora hanya diam sembari menatap Kalan yang sudah dibawa pergi oleh Jovan dan Jimmy ke UKS.

Dan, Flora pun akhirnya mengikuti mereka ke UKS. Di ruangan UKS, Kalan dibaringkan di sebuah bangsal. Kulitnya memucat.

"Tuhkan, gue juga bilang apa," gumam Jovan.

"Van, Kalan ..., Van!" panik Jimmy.

"Iya, tau gue juga." Jovan mendelik sinis ke Jimmy.

"Kalan pingsan kenapa?" tanya salah satu Petugas UKS.

"Saya juga gak tau, Kak," jawab Jovan.

"Em, ya sudah. Sebaiknya teman kalian istirahat dulu disini."

"Iya, Kak." Jovan dan Jimmy mengangguk bersamaan.

Di luar UKS.

Flora masih disana.

"Kalan, kamu kenapa?" gumam Flora yang dimana kedua matanya mulai berair.

*********

Bersambung!

Gimana dengan part ini?

See you next part....

Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang