22. Berdua Bersama

95 7 12
                                    

Setelah baca part ini. Kasih keluh kesahnya, ya?
Bagaimana perasaan kalian saat baca...

"Hidupku sangat gelap. Entah dimana titik terangnya."~Kalan Samudra.

********

Flora langsung membuka pintu ruangan Kalan. Ia datang setelah diminta oleh Alisya. Dan Flora mau-mau aja. Kebetulan ia juga ingin bertemu dengan Kalan lagi.

Kalan tersenyum melihat kedatangan Flora. Flora pun langsung duduk di kursi pinggir bangsal. Flora juga ikutan tersenyum.

"Hai."

"Hai juga, Ra," balas Kalan.

Lalu memegang tangan Flora. Flora juga merasakan tangan Kalan begitu dingin. "Udah makan?" tanya Flora.

"Belum."

Flora menghela napasnya. Lalu melirik ke sebuah mengkok di atas nakas pinggir bangsal. "Gue suapin."

Mendengar perkataan Flora. Kalan semakin senang. "Boleh."

Dan Flora pun langsung mengambil mangkok itu lalu mulai menyuapi Kalan. "Makan sampai habis, ya."

"Iya."

"Eum, Ra," kata Kalan.

Flora yang hendak menyuapi Kalan lagi terhenti. "Iya?"

Kalan terkekeh sinis. "Kita udah putus, ya."

Flora terdiam.

Dia lupa sebenarnya dirinya dan Kalan sudah putus hubungan. Kalan mengerutkan dahinya bingung melihat Flora yang diam saja.

"Ra?"

Seketika Flora tersadar. "Iya?"

Kalan tersenyum hangat. "Nunduk."

"Hah? Buat apa?"

"Nunduk aja."

Flora pun langsung menundukkan kepalanya. Dan selang beberapa menit, ia merasakan rambutnya dikecup Kalan.

Flora tersenyum malu.

"Aish, Kala ...."

"Apa?"

Flora menggeleng kepalanya. "Nggak jadi."

Kalan tertawa kecil.

"Walaupun udah putus. Tapi, kita akan selalu bersama, ya."

"Iya, Rara."

Flora tersenyum kikuk.

Kalan menatap sendu ke Flora. Tangan kanannya bergerak mengusap rambutnya Flora lembut. "Cantik."

Sekali lagi Flora tersenyum malu.

"Kala juga ganteng."

Kalan tersenyum. "Iya."

"Ra, kalau gue udah gak ada. Lo jangan sedih terus, ya? Bahagia selalu."

"Lan, jangan ngomong yang aneh-aneh!" kata Flora yang kini kedua matanya mulai memanas lagi.

Kalan terdiam sesaat.

Flora kembali menangis lagi. "Gue gak mau kehilangan lo."

"Tapi, Ra. Kalau Tuhan udah mau ambil gue duluan juga gak bisa dicegah. Udah takdir."

"Udah, Ra. Jangan nangis terus. Gue gak suka lo nangis."

"Dan, gu--"

Ucapan Kalan terhenti saat tak sengaja melihat tangan kanannya Flora dibaluti perban. Aish, kenapa baru sadar sekarang sih.

Kalan dan Lukanya[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang