01

378 57 0
                                    

"Dam, bagi powerpoint yang kemarin dong. Soalnya ke hapus, hp gua ke riset." Ucap seorang gadis pada Sadam.

Tidak langsung menjawab, melainkan Sadam menatap mata sang gadis yang bisa membuat gadis itu meleleh. Ia menghela napasnya seraya meletakkan pensilnya. Ya, Sadam akhir-akhir ini lebih sering menggambar.

"Pulang nanti gua kirim, sekarang gua gak bawa hp." Itulah yang diucapkan Sadam, ia mengambil kembali pensilnya dan melanjutkan aktivitasnya.

Gadis itu menganggukkan kepalanya dan pergi dari hadapan Sadam.

..

"Tuhan, kenapa pikiran gua selalu Sera."

Itu yang sedari tadi ada di dalam kepala Sadam. Ia juga tidak tahu kenapa bisa pikirannya di penuhi oleh Sera. Apa karena sering melihatnya menerobos hujan? Jika memang itu penyebabnya, Sadam tidak akan lagi mau menunggu hujan di tempat yang sama.

Kini, Sadam berada di dapur. Meletakkan kepalanya pada pundak milik sang ibunda yang sedang memasak. Wanita paruh baya itu sudah tidak asing lagi dengan gerakan itu, sudah pasti kerjaan si bungsu dan manja ini.

"Ma, Sadam kangen papa." Lirihnya.

Mendengarnya membuat raut wajah Mama Sadam berubah. Walaupun ia sudah mengikhlaskannya, tetapi masih ada rasa ingin sang Papa kembali berkumpul bersama. Ia sangat tidak tega melihat anak bungsunya merindukan sosok laki-laki hebat yang merawatnya sejak kecil.

"Iya, nanti kita ke makamnya ya." Sembari mengelus kepala milik anak bungsunya. Ia tidak ingin membahasnya lagi, ia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan Sadam. Walau ia harus menangis setiap malam.

"Sekarang kita makan dulu ya, Dam."

..

"Pa, Sadam kangen Papa. Sadam kangen banget, Pa. Maafin Sadam yang masih belum bisa bahagian Papa semasa Papa masih hidup. Sadam janji, Sadam bakal bikin Papa bahagia disana."

Sadam mengelus-elus batu nisan milik almarhum sang Papa. Mamanya yang melihat itu meneteskan air matanya. Ia pun mengelus punggung anaknya, menenangkan si bungsu. Selesai makan tadi, mereka berdua langsung menuju ke pemakaman.

..

Kini Sadam berada di minimarket bersama Mamanya. Ingin membuat cake kesukaan Sadam sedari kecil. Ia berjalan di belakang Mamanya, sembari mendorong troli berisi barang belanjaan mereka berdua.

"Apalagi, Dam? Mama udah gak tau lagi mau beli apa. Bahan-bahan untuk buat cake juga udah cukup semua." Tanya Mamanya.

"Udah segini aja Ma, biar Sadam yang belanja lagi kalau ada yang kurang."

Kembali mereka berdua berjalan menuju kasir. Sembari di lihatnya rak-rak berisi bahan-bahan memasak, tidak tahu ada yang terlupa.

Sesampainya di kasir, Sadam menurunkan semua barang belanjaan dari troli satu persatu.

"Loh, Sera ya?" Ucap Mama Sadam.

Mendengar nama itu, membuat Sadam menghentikan aktivitasnya. Muncul kembali pikiran-pikiran tentang Sera di kepalanya. Seakan kepalanya akan pecah ketika mendengar nama itu. Ia kembali fokus dan melanjutkan menaruh barang belanjaan ke meja kasir.

"Apa kabar Sera? Udah lama banget mama gak ketemu kamu, Ser" matanya melihat ke arah pria yang sedang berdiri di samping gadis tersebut. "Ini siapa nak Sera?".

Gadis itu menampilkan senyumnya yang manis, yang biasanya ia tunjukkan pada Sadam. "Ini pacar Sera, tante." Terlihat wajah terkejut wanita paruh baya itu.

"Loh, gak sama Sadam lagi?" Pandangannya kembali tertuju pada Sadam yang sedang sibuk pada barang belanjaannya. "Dam, kamu kok gak bilang sama Mama?"

Sadam membalikkan tubuhnya menatap tiga orang yang sedang menatap ke arahnya. Tidak dengan Sera yang hanya menundukkan kepalanya.

"Gak." Itu saja yang keluar dari mulut Sadam. Di susul dengan suara petugas kasir yang menyebutkan total belanjaan. Dengan cepat Sadam kembali menghadap ke petugas kasir dan segera membayarnya.

Tangan kiri membawa kantong belanja, dan tangan kanan menggandeng tangan milik Mamanya. Dan bergegas menuju pintu keluar minimarket.

..

"Tuhan, aku capek harus ketemu dia terus-menerus"

"Muak, muak banget liat mukanya. Kalau bisa ambil aja nyawa aku biar gak ketemu dia lagi"

..

Rain ; YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang