Sunday, 21 November 2022
Sera membaca kembali pesan Whatsapp yang Sadam kirim di hari terakhir mereka berpacaran. Mengingat betapa manisnya sikap Sadam jika sedang membujuk Sera yang sedang kesal.
Leja, sebutan dari Sadam untuk Sera. Sebutan Leja di ambil dari kepanjangan nama Sera. Ia sering kali memanggil Sera dengan sebutan Leja. Karena Sera tidak jauh dari sifat marah dan kesal.
Tepat lima bulan yang lalu mereka mengakhiri hubungan. Sadam memilih untuk pergi lantaran tidak terima Sera memiliki hubungan khusus dengan Bara.
Sebenarnya Sera lebih memilih Bara karena Sadam yang terlalu berlebihan melarang Sera dalam melakukan aktivitasnya. Dengan berlatar belakang trauma, Sadam nekat melarangnya dengan alasan tidak ingin terjadi lagi.
"I am wrong, Dam."
Tidak di sadari, air matanya telah turun membasahi pipinya. Ada suatu hal yang di sesali Sera.
Mendengar bunyi pintu yang terbuka, dengan cepat Sera menghapus air matanya dan berbalik menatap seorang laki-laki yang baru saja terbangun.
"Morning. How did you sleep, honey?"
Bara yang masih setengah sadar hanya menganggukkan kepalanya dan menghampiri Sera. Ia memeluk tubuh sang kekasih dan memberinya morning kiss.
"Udah dari tadi bangunnya?" Tanya Bara sembari mengucek matanya yang silau akibat cahaya yang masuk melalu jendela.
"Gak juga kok, baru aja. Sarapan dulu ya"
Kini akhirnya mereka sarapan bersama, sembari mengobrol kecil. Bercanda gurau, seperti itu juga lah mereka berdua saat berada di kampus.
..
Seperti biasanya, Sadam akan menuju tempat sepi untuk mengisi waktu luangnya dengan menggambar. Hal itu yang membuatnya sedikit demi sedikit melupakan masa lalunya. Tetapi satu hal juga membuatnya akan mengingatnya kembali. Hujan, hujan lah hal yang mengingatkan Sadam pada masa lalunya.
Masa lalunya berkaitan dengan hujan. Memang benar hujan itu identik dengan kenangan. Hujan selalu di kaitkan dengan kenangan. Sejumlah orang menyambut hujan dengan gembira, namun tidak dengan Sadam. Ia mendadak teringat kenangan saat hujan membasahi tanah.
Dengan begitu Sadam tidak akan membenci hujan. Ia bersyukur masih bisa di beri kesempatan untuk melihat hujan yang membasahi tanah dan makhluk hidup yang ada di bumi.
Matanya melihat sekitar taman yang sepi. Mengamati setiap tumbuhan yang ada disana, hingga di lihatnya gadis dengan hoodie putih tengah berdiri menatap ke arahnya. Ia diam, memperjelas siapa yang di lihatnya. Sosok yang selama ini menunggu hujan bersamanya.
Gadis itu berjalan ke arahnya, dengan cepat Sadam membereskan segala peralatan menggambarnya.
"Sadam" Suara yang telah lama tidak Sadam dengar.
Sadam berdiri menghadap Sera, menatap matanya. "Ngapain disini?" tanya Sadam.
"Em, kebetulan aja lagi lewat sini. Kamu sendiri ngapain disini?"
Sadam mengangkat dan menunjukkan tas yang berisikan alat gambarnya pada Sera. Hanya di beri anggukan kepala oleh Sera. Kemudian Sadam melangkahkan kakinya meninggalkan Sera.
"Kamu ngehindar terus dari aku Dam"
Langkahnya terhenti, "Bukannya bagus? Harusnya senang gak ada lagi yang ganggu hidup kamu"
"Aku gak pernah bilang kamu pengganggu hidup aku Dam. Aku cuma-" Belum selesai berbicara, Sadam berbalik memotong pembicaraan Sera.
"Memang gak bilang, tapi siapa yang gak ngerasa kayak gitu Ser? Cuma aku hal yang paling mudah kamu buang seenaknya pas kamu udah gak butuh"
Sadam kini benar-benar melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Sera. Gadis itu hanya terdiam menunduk dan meneteskan air matanya. Ntah sudah berapa kali ia menangisi Sadam.
Apa Sera merindukan Sadam? Apa yang sebenarnya di rasakan oleh Sera, apa dia tidak merasakan kebahagiaan bersama Bara?
..
Sesampai dirumah ia ingin sekali mengacak-acak isi kamarnya. Tapi Sadam berpikir, membereskannya butuh waktu lebih dari dua jam. Ia urungkan niatnya itu, di bantingnya ponsel ke ranjang dan menghempaskan tubuhnya. Memukulkan kepalanya dengan bantal, menyalahi dirinya menenangkan pikiran tidak di tempat yang jauh.
Memikirkan dirinya yang selalu di pertemukan dengan Sera. Ada apa ini, Sadam tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Apa ada kemungkinan mereka akan bersama lagi?
"Gak usah mikir yang aneh-aneh Dam. Gak usah berekspetasi, itu semua gak bakal terjadi."
Jika di tanya Sadam lelah atau tidak, jawabannya lelah. Lelah menemui Sera terus menerus. Sadam ingin hidup dengan tenang, ingin pikirannya itu tenang.
Pada awalnya Sadam memang tidak bisa menerima Sera berpaling ke lain hati. Dengan seiring berjalannya waktu, Sadam menyadari bahwa semua orang yang hadir di dalam hidupnya memiliki masa bertahannya sendiri. Cepat atau lambat, sesuatu yang hadir pasti akan berlalu.
"Berbahagialah dengan orang yang memenangkan hatimu, aku disini mencoba menerima, memang berpisah adalah jalan terbaik kita"
..