Tanpa basa-basi, ia bergegas menuju rumah sang mantan kekasih. Tangannya menggenggam kotak bekal milik gadis tersebut. Sadam berjalan kaki menuju rumah Sera. Pasalnya rumah Sadam dan rumah Sera hanya menempuh tujuh menit saja. Itung-itung olahraga.
Ntah ada hal apa hingga mampu menggerakkan hatinya untuk mengunjungi rumah Sera. Padahal sedari dulu Sadam enggan untuk menginjakkan kaki nya di rumah Sera, jika bukan karena hal yang sangat mendesak. Seperti Sera yang tiba-tiba menghubungi Sadam untuk meminta bantuannya. Ia akan selalu ada untuk Sera dan menyingkirkan sejenak rasa sakit hatinya pada gadis itu.
"Ser" sembari menunggu jawaban dari gadis itu, ia menatap sekeliling teras rumah milik Sera.
Ada rasa belas kasihan pada Sera. Mengingat dia hanya tinggal bersama seorang kakak, yang bahkan jarang sekali ada di rumah. Sadam kagum melihat kerapian dan kebersihan rumah Sera. Lantaran mantan kekasihnya itu pandai membagi waktu, dimana mereka saat ini tengah digempur banyaknya tugas kuliah. Jika harus menjadi Sera, Sadam tidak akan sanggup.
Pikirannya kembali pada gadis yang tidak menjawab panggilan Sadam. Bahkan ketukan pintu sudah hampir untuk yang ketiga kalinya. Namun sama sekali tidak ada jawaban dari Sera.
"Paling tidur" ia menghentikan aktivitas dan mulai berpikir. Bagaimana caranya ia bisa mengembalikan kotak bekal milik Sera. Ia mencoba meletakkan kotak bekal itu didepan pintu rumahnya.
"Ntar keinjek. Sera kalo jalan gak liat-liat"
Rasanya Sadam ingin meneriaki nama gadis tersebut agar terbangun dan membukakan pintu untuknya. Otak Sadam terus berpikir, dan tangannya yang memainkan knop pintu.
"Lah gak dikunci?"
Sadam memutar knop pintunya perlahan, dan berjalan masuk ke dalam rumah Sera. Matanya menelusuri setiap sudut rumah Sera. Berharap ia menemukan keberadaan Sera. Ia meletakkan kotak bekal tersebut di atas meja makan. Dan berjalan ke arah menuju pintu utama.
"Maling! Heh kamu maling apa di rumah saya?!"
Sadam segera membalikkan tubuhnya, mendapati Sera dengan rambut yang berantakan dan wajah paniknya.
"Siapa yang maling?"
"Sadam?" katanya sambil mengelus dadanya. Merasa lega karna bukan maling betulan.
"Ngapain kamu di rumah aku?" lanjutnya.
Sadam tertawa terbahak-bahak di dalam hatinya. Sera saat ini sangat lah berpenampilan berantakan.
"I miss this.""Balikin kotak bekal. Gua panggilin lo dari tadi gak nyaut-nyaut, terus pintunya gak ke kunci yaudah gua masuk daripada kelamaan" jelas Sadam.
Wajahnya menandakan bahwa ia mengerti.
"Iya maaf aku tidur tadi. Tapi lain kali jangan gitu ya, Dam. Kalo mau kesini bilang dulu. Kan jadinya aku sangka kamu maling, jangan ngambek ya"
Sangat gemas. Sadam melihat Sera bertingkah seperti itu beritikad ingin menelannya. Padahal dirinya sudah memberi tahu lewat chat akan datang ke rumahnya.
"Iya. Padahal gua udah chat lo kemarin, yang katanya ada kelas sampe sore"
Sera berjalan mendekati Sadam dan meraih tangannya. Menarik ia untuk kembali masuk ke rumahnya, dan segera menutup pintunya.
Ia berjalan sambil menggenggam tangan Sadam, dan menuntunnya ke meja makan. Ia meninggalkan Sadam untuk merapikan dirinya sangat berantakan itu, dan kembali duduk di samping Sadam.
"Soal kelas sampe sore, aku boong Dam. Hehe"
Sadam sangat terpesona melihat kecantikan Sera yang memancar. Padahal ia hanya menggulung rambutnya asal, sudah bisa mengguncang hati Sadam. Begitu pula sebaliknya, Sera terpesona melihat Sadam yang berbalut kaos oblong hitam, dan celana hitam se lututnya.