"Jadi lo kesana liat mereka berdua lagi pelukan? Bener-bener si Sera" Kata Diva yang membulatkan bola matanya terkejut mendengar cerita dari Sadam.
Sadam hanya mengangguk. Ia tidak menyangka betapa bodohnya ia hari ini. Sadam memiliki hati yang tulus, mau membantu Sera saat dalam kesulitan.
Kini Sadam mengerti apa yang harus ia lakukan setelah ini. Tidak akan gampang mempercayai orang, walau sedekat apapun orang itu.
Diva, sahabat sekaligus Sadam menganggap sebagai adiknya sendiri merasa tidak terima akan apa yang di alami Sadam tadi. Ia juga bingung, kenapa seringkali Sadam di bodohi oleh orang-orang di sekitarnya. Kini, ia ingin mengawasi dan melindungi Sadam.
"Dam, i think lo harus move on dan buang jauh-jauh pikiran lo tentang Sera"
Sadam berdecak kala mendengar apa yang dibicarakan Diva. Bukannya Sadam tidak melakukan itu, melainkan Sera yang terus datang pada kehidupan Sadam, saat ia mulai membuang pikirannya.
"Percuma Div"
"Enggak, setelah ini gua yakin lo pasti bisa. Ayo, orang kayak lo gak mungkin gak bisa" Kata Diva meyakinkan.
Sadam menghela napasnya, "Kalau di dunia ini gak ada musim hujan, gua bisa lupain Sera"
Saat ini masalahnya bukan lagi pada Sera, melainkan pada hujan. Jika melihat hujan saja Sadam sudah pasti mengingat Sera.
"I have to help him"
..
"Jajan sama Diva tu seru"
Malam ini Diva membawa Sadam pada sebuah dagangan makanan yang berada di pinggir jalan. Berniat untuk menghiburnya akibat kejadian siang tadi.
Sadam senang, kini ia merasa tidak punya beban apapun. Yang ia rasakan saat ini hanya kesenangan menjelajahi pasar malam bersama Diva.
"Lo biasa ke sini Div?" Tanya Sadam pada Diva yang tengah sibuk menggigit satu tusuk sosis bakar.
"Sering malahan. Lo kalau mau kesini calling gua aja, biar gua temenin, hahaha"
Sadam hanya mengangguk mengiyakan apa yang Diva katakan. Tanpa di sadari mereka sudah lumayan lama berdiri di depan meja pedagang sosis bakar. Akhirnya Diva mengajaknya berkeliling lagi.
..
Apa yang ia lakukan dapat membuat hati Sadam sakit? Ia mempertanyakan itu pada dirinya sendiri sejak tadi. Oh pikiran apa ini? Mengapa ia berpikir seperti itu?
"Sera lo tolol banget please"
Sera berpikir, apa ia harus menghubungi Sadam untuk meminta maaf padanya? Suasana hatinya saat ini sangat tidak tenang.
Kenapa ia malah lebih sering menghubungi Sadam di banding kekasihnya sendiri. Sera merasa bahwa ia terlihat seperti mengejar Sadam kembali. Padahal itu semua tidak.
Sama seperti Bara, yang menghubungi Sera jika membutuhkannya saja. Tapi kenapa Sera masih mempertahankan hubungan yang sudah hilang kejelasannya ini? Apa yang membuatnya seperti itu? Apa karena Bara di juluki manusia tertampan di kampusnya?
Di pandanginya wajah Bara yang tertidur pulas di atas pangkuannya. Mengelus-elus rahang milik Bara.
"God, is he really human? Untung lo ganteng, jadi sifat jelek lo ke tutup sama muka ganteng lo"
Di kecupnya kening kekasihnya itu sembari membisikkan di telinga milik Bara.
"I love you"
Tubuh Bara menggeliat kala merasakan kecupan berada di keningnya. Ia membalas dengan mengecup bibir milik Sera.
"I love you more"
Sera tertawa kecil melihat tingkah laku kekasihnya itu. Kemudian ia kembali mengelus rahang Bara.
Aktivitasnya terhenti, mengingat suatu apa yang telah ia alami. Melihat Bara berjalan bersama wanita lain di mall kemarin. Membuatnya semakin merasa di hianati oleh Bara. Ia berharap hanya salah melihat, bahwa itu bukan Bara, melainkan orang lain.
"But, kalau itu benar gua bisa apa? Gua juga tanpa Bara gak bakal makan, so ya udah terima-terima aja"
..