Segelas teh hangat menemani Sera malam ini. Ia buka album foto yang berisikan fotonya dengan Sadam. Sera menampilkan senyum seraya menatapi foto mereka berdua.
Dulu mereka bisa se-gemas itu tanpa ada yang bisa menduga mereka akan menjadi dua orang asing. Ia rindu, rindu akan kenangan manis yang ia buat bersama Sadam. Kini ia merindukan sifat posesifnya Sadam yang tidak bisa ia dapatkan
pada Bara."Now, we are just two strangers"
Sera menghela napasnya panjang. Di tutupnya kembali album foto itu dan menyeruput segelas teh hangat.
Ia bangkit dari duduknya, mengenakan hoodie yang biasa ia pakai. Kini Sera ingin keluar hanya untuk mencari udara segar. Berjalan di sekitar rumah miliknya.
"Nyatanya, aku emang kangen kamu Dam" sembari ia tendangi krikil-krikil yang berserakan di jalan.
Lalu bagaimana dengan Bara yang selalu menemaninya? Sera mendapat itu semua tidak seperti yang ia dapatkan pada saat bersama Sadam. Ia bisa merasakan mana yang tulus mana yang tidak.
Sera merasakan ketulusan bersama Bara saat awal mereka berpacaran. Kini seperti rasa yang perlahan memudar. Juga Bara yang sering meninggalkannya dengan alasan menongkrong dengan teman-temannya.
Feeling lonely? Ya seperti itu lah yang di alami Sera sekarang. Jika Bara datang pada Sera, mungkin itu karena sudah berlebihan membuat Sera merasa sendirian. Ia datang untuk memeluk dan meminta kecupan dari sang kekasih. Jika seperti itu terus Sera bisa kelelahan akan sikapnya itu.
"Ser" panggil seorang laki-laki itu.
Sera menolehkan kepalanya dan membalikkan badan mencari tahu siapa yang telah memanggil namanya itu. Dilihatnya Jerrel yang berdiri sembari memegang buku.
Ada suatu yang membuat Sera tidak bisa fokus pada satu hal. Ia melihat Sadam berdiri tepat di sebelah Jerrel. Sontak membuat Sera kaget, ia mengalihkan pandangannya dan fokus menatap Jerrel.
"Kenapa Rel?" Sera sedikit mendekatkan dirinya.
"Vio nitip ke gua buku lo yang ketinggalan. Katanya karna rumah lo sama rumah gua deket"
Sera berpikir keras, bukannya yang dekat dengannya itu rumah Sadam?
"Ooh, makasih ya Rel"
Sera melihat ke arah Sadam yang sedari tadi sama sekali tidak melihat ke arahnya. Ia berpura-pura melihati pepohonan yang ada di sekitar.
"Rel, gua boleh minta waktu sebentar gak buat ngobrol sama Sadam?"
Dengan wajah yang terkejut, Sadam menoleh dan melihat gadis tersebut. "Gak, gak, gua sibuk ada tugas dadakan dari dosen. Ayo Rel"
"Lo ngibul mulu, udah sana sebentar doang juga katanya" Jerrel mendorong tubuh Sadam pelan, dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Awas lo Rel, gua tikam lo"
Dengan rasa terpaksa ia menanyakan pada Sera. Tetap dengan ia yang berpura-pura melihat ke sekitarnya. "Ngapain?"
Sera tidak ingin apa yang ia rasakan selama ini terpendam. Ia memberanikan diri untuk mengungkapkannya pada Sadam. Dengan perasaan takutnya pada Sadam. Belum saja apa-apa, rasanya Sera ingin sekali mengeluarkan bulir-bulir air matanya.
"I miss you, Dam" Sera menundukkan pandangannya, meneteskan bulir-bulir air matanya.
Sadam tidak menjawab, hanya menatapi gadis yang sedang menunduk sambil menangis itu. Sadam bingung, apa yang harus ia lakukan. Ia tidak ingin jika nanti apa yang ia lakukan menjadi penyesalan baginya di suatu saat.
Semakin terdengar isakan dari gadis tersebut. Dengan berbalut rasa kasihan ia tarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Satu tangan yang masuk ke dalam kantong hoodienya, dan satu tangannya lagi memeluk tubuh mantan kekasihnya itu.
Ia biarkan Sera menangis di dalam dekapannya. Sadam berpikir apa yang ia lakukan saat ini.
"What the heck, what am i doing?""Lo kenapa nangis?" tanya Sadam pada Sera.
Sera menjauhi dirinya dari tubuh Sadam. Ia tatap mata milik sang mantan kekasihnya itu. Oh, ini lah yang ia rindukan selama ini. Menatap mata cantik milik Sadam.
Sekarang Sera bingung, apa tuhan tahu jika ia sedang merindukan Sadam? Seperti biasanya ketika ia merasakan kerinduan pada Sadam, ntah ada saja yang mengharuskan mereka berdua bertemu.
"Aku cuma kangen sama kamu. Aku nyesal, Dam"
Lalu apa yang harus Sadam lakukan? Apa ia harus memeluknya kembali sambil mengatakan bahwa ia merindukannya juga? Oh tidak, Sadam bersikeras untuk tidak menyatakan apapun jika bertemu Sera.
Cukup ia dekap tubuh gadis itu saja tadi. Selebihnya Sadam tidak akan melakukan apapun.
"Nyesal gak anggap gua ada? Bara gimana? Sama gak rasanya waktu gua yang jadi cowok lo? Apa sama tapi gak lama, haha. Lo bisa cari pengganti gua Ser, tapi lo gak bisa cari yang kayak gua"
"Gua perlakukan lo selayaknya ratu, tapi masih bisanya lo cari pengganti gua. Kurang apalagi sih gua Ser? Gua selalu bisa turutin apa yang lo mau, tapi kenapa masih aja? Emang lo nya yang gak bener-bener cinta sama gua"
Sadam melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Sera yang masih terdiam. Ia tidak ingin memakan waktu yang berharga untuk ia menghirup udara segar.
..
"Kenapa gak kasih sendiri, manjanya gak hilang-hilang"
Ada dua hal yang Sera rasakan saat ini, perasaan bahagia karena kerinduannya sudah terpenuhi walaupun tidak semua. Dan memikirkan apa yang Sadam alami selama mereka berpacaran.
"Aku jahat ya Dam. Aku gak pantes buat kamu. Kamu baik, kamu malaikatnya aku. Tetap jadi orang baik meski gak semua orang bisa nerima kebaikan kamu" sembari ia pandangi foto Sadam yang belum lama ia ambil sebelum mereka mengakhiri hubungan.
Ia dekap foto itu, dan memejamkan matanya hingga akhirnya ia tertidur.
..
..