Intermission 005: Analisis Peristiwa

11 1 0
                                    


Mereka dibebaskan dari pemeriksaan dan interogasi setelah cukup larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka dibebaskan dari pemeriksaan dan interogasi setelah cukup larut. Ini mengingatkan Blair saat mereka sampai di Kaldera malam tadi, tapi berbeda dengan rasa-rasa kaku otot, ini mereka merasa kaku otak.

Waktu telah menunjukkan pukul 2200, mereka diantar hingga warehouse di Sektor 2 oleh satuan pengaman yang menginterogasi mereka. Lokasi ruangan interogasi mereka berbeda dengan L.A.S.T 0027, dan mereka tidak melihat empat orang itu lagi setelah dipisahkan. Karena mereka pun berkaitan dengan Perusahaan Lysander, skuadron Ignis nantinya diharapkan melapor pada perusahaan yang bersangkutan.

"Hari pertama yang sangat melelahkan," pungkas Blair, meregangkan badannya ketika Lucia membukakan pintu untuk yang lain.

Gloria segera menghempas dirinya di kursi terdekat, sementara Muriel tersenyum penuh arti pada yang lain.

"Kalian mau kopi sambil menunggu makan malam?" gadis bertubuh besar itu sudah menyingsingkan lengan. "Ada kopi di kulkas."

"Kamu siap sedia sekali Muriel~" ucap Gloria. Tangannya melambai-lambai tinggi, entah itu tanda menyerah atau ia bermaksud untuk bangun dari kursi.

Blair menarik Gloria agar duduk dengan benar, menepuk pundaknya sekali. "Gloria sekali-sekali bantu Muriel di dapur gih."

"Ehh~"

"Jadi kepala skuadron jangan malas ah, aku sama Lucia kan sering bantu-bantu Muriel. Sekarang giliranmu! Lumayan juga untuk mendinginkan kepala!" titahnya. "Toh sekalian aku mulai memeriksa bahan yang tadi kita temukan di Net Cafe, biar kita semua sama-sama rileks."

Gloria mengerjap, "Oh, benar juga."

Lucia mengambil empat gelas dan menuangkan kopi di masing-masing gelas dengan takaran yang kurang lebih sama, "Minum dulu, Blair."

"Oke oke, bisa tolong berikan gelas itu kemari, Lucia?"

Blair sudah bersiap di meja kerjanya. Ia sengaja menaruh pecahan yang sudah diduplikatkan jauh di dalam bajunya agar tidak terdeteksi saat body check. Alat pemindai juga tidak dapat mendeteksi pecahan alat itu karena Blair sudah membungkus alat itu dengan permen karet.

"Itu permen karet hasil kunyahan?" tanya Lucia yang bersandar di dekat meja kerja, memerhatikan kerja Blair saksama. Blair sibuk dengan tangan kanannya minum dan tangan kirinya melepas serpihan itu dari permen karet dan menyentil sisanya ke tempat sampah terdekat.

"Ya bukan lah! Aku nggak sejorok itu." balasnya ketus. "Aku cuma kebetulan punya permen karet, biasanya aku bungkus dengan kertas khusus."

"Hebat lho tapi, mesin pemindai canggih Kaldera bisa kamu kelabui dengan permen karet," imbuh Muriel yang sudah mulai asyik dengan panci dan kompor. Ia meminta Gloria memotong-motong sayur dan mencuci buah-buahan. Gloria tampak mendengarkan dari dapur.

"Yah, aku juga dari tadi bingung sih misalkan mereka berhasil memindai serpihan itu. Jawab apa nanti kalau ternyata mereka curiga kita menyelundupkan barang!" seru si alkemis. "Eh, tapi kita benar-benar menyelundupkan barang sih ya, jadi harusnya kita dihukum?"

Risk TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang