Intermission 010: Emosi

11 1 1
                                    

"Anak Spriggan dan Rook akan baik-baik saja, kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak Spriggan dan Rook akan baik-baik saja, kok."

"Tapi Madam-" Muriel terperangah.

"Aku sudah menghubungi pihak ketiga saat 0027 dikabarkan masih ada di Level 4, ternyata berguna juga," pungkasnya. "Percayalah padaku, sekarang kita harus berfokus menyelamatkan mereka yang terluka."

Di antara mereka semua, hanya Madam Rook yang berkepala dingin. Natalia masih menggeram, tidak berbeda dengan Rosen yang matanya nyalang menahan kemarahan yang meletup-letup.

Mereka berdua merasa tidak berguna tidak dapat menghentikan Rook, Mei juga sama karena tidak bisa berbuat apa-apa saat Lianna menjadi tameng untuknya. Lagi Mei tidak bisa mengatakan kalau apa yang ia rasakan ini adalah 'empati' atau ia merasakan emosi lain.

Sementara Muriel dan Blair terkesiap mendengar apa yang dijelaskan Lucia tentang duelnya bersama Rook. Gloria datang dan mendorong Rook hingga mereka berdua terjatuh dari Pulau Melayang, perbuatan yang sangat sembrono dan entah apa motivasi Gloria melakukan hal itu, tapi Mei tidak bisa bilang Gloria adalah seorang bodoh untuk melakukan hal seperti itu. Dari ekspresi Muriel dan Blair, juga Lucia yang menunduk, mereka pastinya punya sejarah sendiri dengan agen bertudung putih itu yang tidak mereka sebutkan pada 0027.

Mei tercenung, tidak bisa mencerna segala emosi yang ada di sekitarnya. Ia juga tidak dapat mendeskripsikan apa yang dirasakannya sekarang. Apakah ia marah karena Lianna sudah diserang? Apakah ia merasa tidak berguna karena ia tidak dapat membantu Lianna? Apakah ia merasa bodoh bukan menjadi sasaran ujung pisau itu, toh dia adalah manusia buatan yang seharusnya lebih mudah diperbaiki atau malah dengan mudah dibuang?

Waktu tidak dapat diulang. Apa yang sudah terjadi tidak akan bisa direkayasa. Ia bahkan tidak berdaya untuk menolong Lianna, walau ia memiliki banyak pengetahuan dari sekedar melihat, meraba, mendengar, atau mencium. Mei merasa tidak tahu apa-apa sekarang - emosinya sendiri, bahkan apa yang bisa dilakukannya untuk menyelamatkan Lianna.

Panggilan darurat pada Pasukan Pengaman terdekat sudah diinformasikan, mereka akan datang ke lokasi untuk mengevakuasi mereka dari sana dan menyegel area Level 3, mereka harus menunggu sedikit lagi. Mei masih terduduk di samping Lianna, Rosen dan Natalia tengah menenangkan diri apalagi setelah Rosen tahu bagaimana kondisi Lianna sekarang - stabil, tapi ia kehilangan cukup banyak darah. Madam Rook sudah melakukan pertolongan pertama, namun luka Lianna sukar menutup. Blair tidak bisa menggunakan salep yang ia gunakan untuk menyembuhkan Lianna karena goresan itu termasuk luka terbuka yang rawan.

Lucia berlutut di dekat Lianna, ia menatap luka Lianna dengan wajah muram. "Blair, boleh saya minta Cincin Peri saya?"

Blair menatap Muriel. Muriel sepertinya menjadi pemimpin mereka sekarang saat Gloria absen. Muriel mengiyakan permintaan Lucia dan Blair pun mengambil sebuah kotak kecil dari dalam perkakasnya dan mengeluarkan sebuah cincin. Lucia mengenakan cincin itu kemudian mengarahkan tangannya ke arah luka Lianna. Sinar lemah kehijauan berpendar dari tangannya, dan beberapa memar mulai hilang, disusul kemudian bunyi peringatan menggema di Level 3 tersebut.

Risk TravelerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang