Page nine

20 7 1
                                    


°°°

Rurcardius membelalakkan matanya karena apa yang Theodore ucapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rurcardius membelalakkan matanya karena apa yang Theodore ucapkan.
Melindungiku? Batin Rucardius dalam relung hati tanpa berani ia ucapkan secara gamblang di hadapan Theo, ia sedikit mendongak dan menatap ke arah Theo dengan sisa keberanian yang ia punya. Takut-takut Rucardius merasa dirinya salah mendengar atau terllau tidak fokus hingga salah mengartikan ucapan Theodore barusan. Theodore terkekeh karena reaksi yang Rucardius berikan padanya, pemuda yang usianya lebih tua dari Rucardius itu kini membenarkan posisi duduknya dan menatap Rucardius dengan layak.

Kini, ia menatap Rucardius layaknya seorang Kakak laki-laki ketika menatap adik laki-lakinya, tersirat rasa peduli yang tinggi dan rasa ingin tahu yang tidak ada habisnya. "Tidak percaya? Kau tidak memercayai ucapan saudaramu sendiri? Benar adanya apa yang aku katakan, benar adanya jika aku seperti orang lingkung atau orang yang terlalu banyak menenggak minuman keras, dan benar adanya jika aku terlihat begitu menyedihkan saat ini. Namun, kenapa kau seperti ini Rucardius? Kenapa kau memutuskan untuk hidup seperti ini? Sekeras apa pun perjuanganmu, sebesar apa pun pengorbananmu, Ayah tidak akan menoleh padamu secuil pun. Ibu apa lagi, hah! Yang wanita itu pikirkan hanya kalangan sosialnya dan juga permata-permata yang ia kumpulkan dan gunakan sebagai bayaran untuk para pemuda bayaran!" Theodore terkekeh lagi, meski kali ini terasa perih dan pahit.

Rucardius tidak dapat mengikuti alur pembicaraan Theodore, Rucardius tidak paham ke mana akhir dari ucapan Theo saat ini. Dan satu-satunya yang Rucardius paham adalah; Theodore juga begitu menderita, Theodore juga menjalani kehidupannya dengan begitu berat dan penuh dengan kerikil. Bahkan mungkin selama ini lebih dari pada kerikil, Rucardius hanya tidak tahu saja apa-apa yang Theo alami. Namun, Rucardius seperti ini bukan tidak memiliki tujuan, ia berharap pada kehidupan, ia berharap pada cahaya sedikit lagi, agar Sang ayah dapat menyayangi dan menatapnya dengan begitu bangga. "Aku, ingin membuat Ayah bangga. Aku adalah anak yang tidak diinginkan, tidak sebagaimana ketika Theodore lahir dan dibesarkan, aku tidak dibesarkan seperti itu. Aku tidak ingin terus menerus dianggap seperti sampah dan tidak memiliki arti di rumah ini, Theodore, apa yang aku lakukan hanyalah berusaha agar dapat bersinar di Gregorio. Apakah yang aku lakukan salah?"

Rucardius menatap Theo dengan pandangan lurus, tidak teralih sedikit juga, seolah saat ini Theodore adalah jarak fokus yang harus ia tuju. Rucardius dapat melihat senyuman tipis Theodore dari sini, Rucardius dapat melihat bagaimana reaksi Theodore dengan jelas dan bagaimana bentuk raut wajah yang Theo tunjukkan secara nyata padanya ketika Rucardius berkata ingin bersinar di keluarga Gregorio.

"Haha. Tidak, apa yang kau pikirkan, apa yang kau lakukan sungguh tidak memiliki kesalahan sedikit pun Rucardius. Ah, Adik laki-lakiku yang malang, malang sekali seperti nasib Rosabellaku yang baik hati. Apa kau mengingat Rosabella, Rucardius? Wanita pengasuh yang menjagamu dan menjagaku saat kita masih sangat kecil. Ah! Ketika kau masih menjadi balita! Haha. Ya, ya, kau tidak akan mengingatnya, kau tidak akan tahu siapa itu Rosabella dan bagaimana berartinya dia untukku. Rucardius, percayalah jika aku, jika aku hidup dengan ujung pedang di tenggorokanku. Ujung pedang yang siap menembus kulit, dan mengambil nyawa dalam sekejap. Di sini," menunjuk ke arah tenggorokannya lalu tersenyum kecil. Tangan kirinya kini mengulur pada Rucardius dan mengusap rambut pemuda yang sejak dulu tidak pernah ia perhatikan.

Hex [ Book One ] [ COMPLETED - SUDAH TERBIT By Anika Publisher ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang