Page twenty : The Fearful Man

7 3 0
                                    


°°°

"Selamat malam, saya Rucardius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat malam, saya Rucardius. Saya datang untuk memastikan jika benar Anda yang mengirimkan permintaan ini pada Hex. Apa benar Anda mengirimkan permintaan, Tuanku?" Rucardius berdiri dengan pakaian rapinya, ia memakai setelan kemeja berwarna burgundy gelap senada dengan long coat berwarna hitam. Topi berwarna sama yang ia kenakan, ia angkat sebagai bentuk penghormatan pada klien.

Rucardius tersenyum manis, ditatapnya seorang pria berbadan lebih besar darinya dan memiliki wajah yang teramat tegas. Pria yang tingginya lebih dari tinggi Rucardius, berambut pendek dan gelap, memandangi Rucardius dengan tatapan yang sangat tidak ramah. Saat ini pukul sebelas malam, saat di mana tamu tidak lagi boleh datang karena akan dianggap sangat tidak sopan bertamu ketika jam istirahat. Namun, kembali lagi sesuai dengan persyaratan yang Rucardius terapkan: jika ia akan datang pada waktu yang tidak menentu, entah itu pada siang hari, tengah malam, pagi buta atau pada jam-jam yang sangat tidak diduga seorang tamu akan berkunjung.

Itu adalah salah satu ketentuan dari Hex, mengirim permintaan pada Hex tandanya sudah mengetahui secara pasti syarat dan ketentuan yang mereka ajukan. Karenanya Rucardius tidak akan ragu untuk mendatangi kliennya kapan saja.

Pria berbadan besar itu masih diam, masih menatap Rucardius tanpa menjawabnya dengan cepat. Sehingga Rucardius kembali memastikan alamat yang tertulis di atas amplop tersebut lalu menatap Si pria kembali.
"Apa saya salah alamat? Saya biasanya memeriksa alamatnya dengan sangat baik, kecil sekali kemungkinan saya untuk mendatangi alamat yang salah. Namun, semua hal dapat terjadi, haha. Sekali lagi, saya akan konfirmasi, apa Anda benar Tuan Rakesh? Apa benar Anda yang mengirimkan permintaan pada Hex?"

"Iya, benar. Saya mengirimkan permintaan pada Hex beberapa pekan lalu, saya hanya tidak menyangka jika Anda akan datang pada jam seperti ini. Saya sempat mengira permintaan saya ditolak, dan akhir-akhir ini ada banyak penipu yang mengatas-namakan Hex mendatangi rumah saya untuk meminta uang imbalan, karenanya saya tidak dapat percaya. Apa Anda bisa memperlihatkan pada saya isi surat yang saya kirimkan?" Pria itu menadahkan tangannya pada Rucardius, wajahnya tampak serius dan terkesan tidak bermain-main. Seperti ucapannya, ada banyak sekali orang-orang iseng dan tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan kesempatan. Mereka yang mengetahui tentang Hex memanfaatkan hal itu untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka sendiri dan mulai mencari korban di jalanan. Mereka akan mengetuk pintu satu per satu rumah, yang kemungkinan akan mengirimkan permintaan pada Hex. Meski mereka tidak tahu rumah yang mana yang mengirimkan permintaan, dan mereka tidak tahu apa yang orang-orang itu minta.

Namun, jika seseorang yang benar-benar frustrasi menunggu kedatangan Hex akan sangat mudah untuk percaya pada mereka dan dengan bodohnya mengikuti permainan mereka. Secara tidak langsung  dengan sendirinya mereka akan mengatakan apa permintaan mereka dan memberikan sejumlah uang sebelum para penipu itu menyelesaikan masalah. Setelahnya barulah mereka akan sadar jika mereka tengah tertipu. Rumor tentang Hex palsu dan gerombolan penipu ini tidak kalah terkenal dengan rumor Hex yang sesungguhnya. Dan Rucardius sama sekali tidak ambil pusing, ia sungguh tidak peduli dengan kliennya yang tertipu atau dengan para penipu yang merugikan kliennya. Lalu, Rucardius berpikir, jika yang dilakukan mereka hanya meminta materi tanpa menyokong tujuan Hex sama sekali, itu juga akan menyulitkannya.

Ia tentu tidak ingin jika hal tersebut membuat orang-orang tidak lagi percaya pada Hex dan memutuskan untuk tidak lagi meminta bantuan padanya. Rucardius masih sangat menikmati permainan ini.

"Ah, para penipu? Astaga, saya sungguh tidak menyangka jika ada segerombolan penipu yang mengatas-namakan Hex untuk keuntungan mereka sendiri. Haha, wajar saja jika Tuanku merasa curiga dan tidak dapat menaruh kepercayaan pada saya. Suratnya? Silakan, Tuanku dapat melihat dan memastikan sendiri, apa benar ini adalah surat yang Tuanku berikan atau bukan. Jika bukan, maka saya akan ambil langkah pergi dan saya akan benar-benar meminta maaf karena sudah mengganggu waktu istirahat Anda." Rucardius tersenyum, perlahan ia menyerahkan amplop putih yang berisi surat dan dua buah permen yang harus ada di sana. Pria bernama Rakesh itu segera menyambar amplop yang diserahkan padanya, membuka isi amplop tersebut dan membacanya perlahan. Rakesh jelas dapat mengenali tulisannya, jelas dapat mengingat apa yang ia tulis dan apa yang ia pinta pada Hex sebelumnya. Segera Rakesh melipat kembali surat tersebut dan membuka pintu lebar-lebar mempersilakan Rucardius untuk masuk ke dalam kediamannya.


"Masuklah, Rucardius. Benar saya adalah Rakesh dan adalah saya yang menuliskan permintaan ini juga mengirimkannya pada Hex. Saya benar-benar lega pada akhirnya Hex menjawab permintaan saya. Silakan masuk, saya meminta maaf jika sebelumnya saya bertindak tidak sopan. Saya harap Anda memakluminya." Rakesh menatap Rucardius dengan tatapan menyesalnya, Rakesh takut jika Rucardius akan berubah pikiran karena apa yang ia lakukan barusan. Beruntung Rucardius bukan tipikal orang yang akan mudah sakit hati lalu bersikap tidak profesional pada pekerjaannya. Rucardius terkikik kecil, ia melepaskan Long coat yang ia pakai dan melangkah masuk sesuai permintaan Rakesh.
"Tidak masalah Tuanku, jika saya jadi Anda. Saya juga akan lakukan hal yang sama, sungguh tidak mengejutkan sama sekali. Nah, saya permisi." Rucardius meletakkan coat dan topinya di kaitan yang tersedia sebelum ia duduk dan membuat dirinya nyaman. Perlahan dan samar, Rucardius menatap sekitarnya. Sebuah ruangan luas yang didominasi warna monokrom, sofa-sofa besar berwarna gelap dan lampu hias menggantung dengan ukuran raksasa pada plafon yang dibuat begitu tinggi. Lampu gantung itu bahkan terlihat sangat kecil karena jarak yang jauh. Ada juga tangga yang mengarah ke lantai dua, tangga berwarna emas dengan lukisan-lukisan mitologi terpajang menghias dindingnya. Juga ada banyak pajangan seperti guci-guci antik yang ukurannya setengah dari badan Rucardius, senapan laras panjang dan beberapa jenis pedang.

Rucardius tidak dapat membedakan apa itu hanya pajangan atau benar-benar digunakan jika tidak menyentuhnya secara langsung. Rucardius sempat merasa penasaran, tetapi kembali lagi, ia sadar apa tujuannya datang dan dibiarkan masuk ke dalam rumah. Rucardius tidak dapat bertindak sembarangan dan tidak dapat membuat kliennya merasa jika ia bukan seorang yang mumpuni dan dapat dipercaya. Rucardius tersenyum, ia menyimpulkan jika kediaman ini adalah sebuah kediaman yang mendekati kesan mewah dan klasik. Perlahan, ia menyandarkan punggungnya setelah Rakesh ikut duduk.
"Mari kita ulangi kembali, saya Rucardius, saya datang untuk memastikan jika benar Anda yang mengirim permintaan pada Hex. Apa benar Anda mengirimkannya Tuanku?"

"Ya, benar. Saya mengirimkan permintaan pada Hex dan saya harap kalian dapat menyelesaikan masalah saya dengan sangat segera. Dan saya siap untuk mendengar bagaimana saya harus membayarnya." Rakesh menatap Rucardius dengan tatapannya yang sangat serius. Rucardius tersenyum, dalam benaknya ia berkata; mari kita mulai pertukarannya.

°°°

Hex [ Book One ] [ COMPLETED - SUDAH TERBIT By Anika Publisher ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang