🍂
"HAH?? Dijodohin maksud lo?"
"Bapaknya dia pake kata 'menyatukan' Bil. Itu sama aja dijodohin apa beda yah?"
"Sama aja Ji. Intinya lo bakal nikah sama orang yang gak lo kenal."
Aku tertawa sumbang mendengar ucapan Nabila. Kucabut lagi satu kelopak bunga hydrangea di tanganku. "Jangankan kenal, Bil. Lihat mukanya aja gak pernah. Dan gak akan pernah."
Nabila menghelah napas. "Hei!"
Aku menggeleng, tidak ingin mendengarkan Nabila kali ini. Jangankan dia, d'florist yang penuh dengan aroma bunga ini saja, yang biasanya ketika aku banyak pikiran langsung lenyap ketika datang kesini juga sudah tidak mempan. Padahal aku sudah sengaja menutup toko hari ini dan meminta Nabila mendengarkan curhatanku tentang apa yang semalam menimpaku diruang keluarga rumahku.
"Bil, lo bisa bayangin gak orang kayak gue dipinang jadi istri? Gue bisa apa Bil? mata gue aja buta, mau jadi istri kayak apa?" aku tertawa. Menertawakan diriku.
"Jia.."
"Kalau soal gak kenalnya gue gak masalah, gue dari dulu udah siap kalau suatu hari orangtua gue tiba-tiba ngejodohin gue kayak sekarang. Secara gue anak tunggal, mana cewek kan, mereka gak akan percaya gue nyari suami sendiri. Tapi gak dengan keadaan gue ini, Bil. Gue gak siap, gue gak percaya diri, gue - gue gak pantes-"
"Husshh! Diem gak lo!" Nabila memotong kalimatku, meletakkan jari telunjuknya di bibirku.
Dia menangkup wajahku dengan kedua tangannya "Ini bukan Jia yang gue kenal! Yang barusan itu sama sekali bukan Jia gue. Rejia yang gue kenal gak pernah bilang gak bisa."
Kedua tangan Nabila berpindah menggenggam kedua tanganku.
"lo ingat kata-kata andalan lo kan. Lo Cuma gak bisa ngeliat, bukan tuli dan gak lupa ingatan! Jadi sekarang dengarin gue baik-baik karena gue mau ngingetin lo lagi seberapa hebatnya lo, Ji." Nabila menarik napas dalam-dalam dan genggamannya semakin erat sampai terasa meremas kedua tanganku. "Gue gak pernah dengar lo ngeluh Ji, lo berhasil jadi orang terbaik menurut gue dengan kondisi ini. Liat! Lo punya d'florist, toko bunga yang sukses, pembeli lo bahkan dateng dari luar kota. Lo sendiri yang ngelayanin, pernah lo salah bunga? Pernah lo salah ngitung? Buket di etalase 1 itu buatan lo, Ji!"
"Ini beda kasus, Bil."
"Apanya yang beda?"
"Gue masak gak? Gue bisa bikin kopi gak? Itu mau nikah? Yang kayak gitu?"
"Sekarang gue tanya, calon suami lo ini tau gak soal keadaan lo?"
"Tau."
"Waktu pertama kali kita rencanain bikin d'florist gue tau gak?"
"Tau."
"Apa gue nolak?"
"Gak"
"Calon suami lo juga pasti kayak gitu! Dia juga pasti akan percaya sama lo. Dia akan ngeliat apa yang gue dan orang lain liat di diri lo, Ji. You're worth it. You deserve all the happiness you deserve. Jadi jangan sampai lo bilang lagi kalau lo gak pantes."
KAMU SEDANG MEMBACA
d'voice
Romance"Rasa kasihan." "Karena saya kasihan dengan kamu, karena itu saya akan menikah dengan kamu." Aku tersenyum getir mendengar pengakuan dan alasan yang baru saja diutarakan itu. Seperti tombak tajam yang menancap ke dadaku, fakta itu luar biasa menyak...