Kita sedang membohongi siapa? kita sedang berusaha apa? kita meracuni diri sendiri dan aku sangat takut pada akhirnya kita akan saling melukai
🍂
Begitu keluar dari toilet Ibrahim setengah berlari menuju aula acara dan langsung menuju meja dimana Mama berada. Rasa khawatir jelas terpatri di wajahnya, sialnya meja mereka ada diujung atas, dengan keramaian tamu undangan Ibrahim tidak bisa berjalan lebih cepat.
Setelah melewati banyak orang dan meja-meja lainnya, dia berhasil sampai di meja mereka tapi tidak ada siapun disana. Ibrahim lantas celingukan, menebar tatapan ke setiap arah mencari Mama atau Papa.
"Sshhtt" Desisnya tidak bisa menemukan dimana mereka.
"Bram?"
Ibrahim berbalik, Bang Danu dan istrinya rupanya.
"Eh Bang, liat mertua gue gak?"
"Mertua?"
"Iya istri gue lagi sakit, gue- eh itu dia tuh. Bentar ya Bang, gue kesana dulu."
Danu hanya mengangguk, membiarkan Ibrahim pergi menerobos kerumunan setelah melihat Mama tengah mengobrol dengan seorang wanita sebayanya.
"Mah!"
"Kenapa Bram? Jia mana?"
"Di toilet muntah-muntah. Mama coba kesana, Ibram bingung harus apa."
"Kok bisa muntah-muntah?"
"Kita kesana aja dulu yah Mah."
Ibrahim langsung manggaet tangan Mama mertuanya, berjalan menyusuri kerumunan orang sambil terus berucap "Permisi"
"Kok bisa istrimu muntah-muntah?" tanya Mama selagi berusaha mengimbangi langkah lebar Ibrahim.
"Gak tahu, salah makan mungkin Mah."
"Jarang deh Jia tuh salah makan, tapi memang ada maag."
"Mungkin itu Mah."
Setelah akhirnya keluar dari aula, masih sambil menggandeng tangan Mama Ibrahim berbelok menuju area toilet berada. Tapi apa yang dilihatnya membuat langkah kakinya berhenti seketika.
Ibrahim mematung sedang jantungnya bak lari maraton, genggamannya di tangan Mama terlepas begitu saja dan berakhir dikepal kuat sampai urat-uratnya timbul.
"Sudah pernah mencoba cari tahu pelaku yang menabrak-"
Dengan dua langkah lebarnya Ibrahim membungkam seorang pria yang berhadapan dengan istrinya, mencengkeram batang lehernya dengan tangan kanan. Satu langkah lagi Ibrahim ambil untuk memojokkan Rio ke tembok.
"BRAM!" Teriak Mama
Ibrahim seolah tuli, kehilangan kendali pada dirinya sendiri, matanya memerah dan cekikannya semakin kuat, dan itu benar-benar menyakiti Rio "Aakhh."
Mama yang panik Ibrahim akan membunuh pria yang dijeratnya segera bergerak menarik bahu Ibrahim, berusaha menyadarkan Ibrahim dan menariknya menjauh dari lawannya.
"UDAH BRAM. Udah nak."
Ibrahim masih sempat mencekik Rio dengan kedua tangannya sebelum akhirnya Mama menyela diantara mereka lalu mendorong Ibrahim menjauh sambil memeluknya.
"Sadar Bram!! Sadar!" Dengan kedua tangannya Mama mengapit wajah Ibrahim, berusaha menenangkan menantunya.
Sedang Ibrahim sesak napas Rio sibuk menarik napas sebanyak-banyaknya, terbatuk-batuk memegangi lehernya yang memerah bahkan meninggalkan bekas kuku Ibrahim.
KAMU SEDANG MEMBACA
d'voice
Romance"Rasa kasihan." "Karena saya kasihan dengan kamu, karena itu saya akan menikah dengan kamu." Aku tersenyum getir mendengar pengakuan dan alasan yang baru saja diutarakan itu. Seperti tombak tajam yang menancap ke dadaku, fakta itu luar biasa menyak...