d'voice - 24

49 8 2
                                    

Aku terjebak di kamu yang sudah menjadi segalanya.

🎼

Ariana grande - My Everything

🍂





Aku terjebak diantara lingkaran tangan Ibrahim yang memelukku, wajahnya masih terbenam dalam dadaku dengan deru napas yang teratur. Akhirnya setelah berhasil menenangkannya, aku bisa membawa Ibrahim menaiki tempat tidur dan membantunya tidur dengan dia yang tidak mau barang aku bergeser sedikit saja.

Aku berhasil menidurkannya, tapi aku bahkan tidak bisa menutup mataku. Apa yang terjadi benar-benar tidak pernah kubayangkan. Setelah diterpa khawatir Ibrahim menghilang hampir dua hari, lalu dia pulang dalam keadaan kacau tanpa baju dengan tubuh gemetar hebat bahkan menangis dan ketakutan.

Hanya satu yang bisa kutebak untuk saat ini, mungkin ini lah yang membuatnya harus kontrol dengan psikiater. Tapi seperti apa, separah apa, dan kenapa sebenarnya kondisi Ibrahim benar-benar masih jadi tanda tanya.

Tapi aku tidak memiliki keberanian untuk bertanya, tidak memiliki kesempatan dari diriku sendiri untuk mengatahui itu semua. Aku terlalu takut entah untuk bertanya atau karena fakta yang sesungguhnya.

Dengan gerakan hati-hati aku bergeser perlahan, melepaskan tangan Ibrahim yang melingkari perutku, dengan sangat perlahan aku keluar dari kungkungan tubuhnya dan menggantinya dengan guling, syukur lah Ibrahim tidak terbangun.

Aku perlahan turun dari tempat tidur, berjalan menuju sofa dan duduk gusar disana. Entahlah, aku butuh menenangkan diriku juga.

Kalut dan penuh rasanya kepalaku sekarang, seperti tengah berusaha memecah teka-teki rumit yang sulit sekali, aku buntu dan tidak tahu harus apa.

Meski sudah kuputuskan bahwa aku tidak akan memaksa Ibrahim untuk menjelaskan tapi rasanya tetap saja menyiksa batin ku, seperti aku ingin memohon sedikit saja petunjuk.

Aku mengumpulkan rambutku dalam satu genggaman, menariknyanya kecil untuk meredakan pening di dalam kepala, lalu melepasnya kembali sambil merebahkan diri di sofa.

Aku bergerak memiringkan tubuh, melipat lutut untuk bisa ku peluk, berharap bisa tidur tapi sampai adzan subuh berkumandang aku masih belum bisa tidur. Dengan keadaan lesu aku bangkit dari sofa, menuju tempat tidur dan duduk di tepian dengan tangan menyentuh Ibrahim, menunduk untuk berbisik rendah di wajahnya,

"Mas, udah adzan, bangun yuk sholat subuh."

Pria itu menggeliat dan mengerang ketika terbangun.

"Hm?"

"Sholat dulu yuk, aku siapin sarung sama sajadahnya buat ke masjid yah."

"Hari ini sholat di rumah yah, bareng kamu."

Aku tidak mengatakan apa-apa hanya mengangguk, lalu mempersiapkan diri untuk sholat subuh dengan Ibrahim mengimamiku.

Suara merdu dari bacaan surah Ibrahim memenuhi ruang kamar kami yang sunyi, dan entah kenapa tiba-tiba saja perasaan berkecamuk di kepala dan dada ku menguar begitu saja. Rasanya seperti Allah mengangkat semuanya dengan mendengar bacaan dan hal itu baru saja menampar ku bahwa ternyata aku telah melupakan Allah selagi kalut. Kenapa tidak mengingat dan berserah diri saat aku sedang gusar-gusarnya.

Setelah sholat subuh kami usai, Ibrahim berbalik untuk bisa melihatku yang sudah sesegukan.

"Hei," dia mendekat "Kenapa?"

"Mas,"

Kali ini aku yang bergeser untuk bisa meraih Ibrahim dan memeluknya.

"Kamu kenapa?"

d'voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang