d'voice - 23

51 6 1
                                    

Aku adalah rumah, yang sunyi tanpa kamu, aku adalah rumah yang selalu menunggu kepulanganmu.

🎼
Byun Baekhyun - U

🍂

Hari ini, aku terbangun dengan guling yang menyangga sisi kiri dan kananku. Kusingkiran yang ada di kanan, meraba untuk mencari Ibrahim. Aku masih dalam balutan mukenah setelah tadi tidur kembali usia sholat subuh, tapi yang kutemukan hanya sisi tempat tidur yang kosong.

Satu notifikasi dari ponselku berbunyi, aku langsung menggunakan mode pintar untuk membacakan pesan itu dari siapa dan apa isi pesannya.

"Selamat pagi sayang, saya berangkat kerja lebih awal, gak tega bangunin kamu. Jangan lupa sarapan sebelum ke toko, dan baik-baik ya hari ini. I love you."

Aku tersenyum, menyentak bangun dalam semangat setelah mendapat pesan singkat yang sudah berhasil membuatku merasa bahagia.

Setelah menyelesaikan acara bersiap singkatku, aku turun menemui Nabila yang sudah menunggu sambil mengemil di ruang tamu.

"Udah. Gak ada yang kelupaan?"

"InshaAllah aman, yuk."

Kami langsung berangkat, selama di perjalanan ini lah Nabila menyerangku dengan berbagai pertanyaan.

"Mas Ibram ngajak ketemuan bertiga, atau kalau bisa kumpul bareng teman-teman Desta yang lain buat ngobrol. Kalau kata Mas Ibram sih satu, cocok aja belum tentu jodoh, tapi kalau jodoh udah pasti cocok."

"Yaudah yuk, malam ini aja, bertiga aja, di rumah lo, sekalian makan malam gue ngikut."

"Modus lo, minta makan."

"Hahahah."

"Eh tapi gimana, udah sholat kan?"

"Udah."

"Perasaan lo gimana."

"Masih belum yakin sih, tapi kata orangtua suruh aja dulu ke rumah."

"Ya bener sih."

"Tapi bukannya kalo udah ketemu orangtua, berarti udah diseriusin?"

"Ya tapi belum tentu jadi juga, tetap, semuanya tergantung sama lo, Desta, dan kehendak Allah."

"Habis ngobrol deh sama Ibrahim, baru gue mutusin lagi."

"Yaudah."

Sesampainya di toko aku dan Nabila langsung sibuk, diserbu pembeli, selama itu di dalam hatiku masih sempat terlintas menghubungi Ibrahim untuk memberitahu tentang rencana Nabila tetapi sampai kami tiba di rumah aku lupa tentang itu dan baru menyadari bahwa seharian ini Ibrahim juga tidak menghubungiku.

Selagi Nabila dan Bibi berkutat di dapur menyiapkan makan malam, aku sibuk berkecamuk menghubungi nomor Ibrahim. Dan sampai tiga kali panggilan itu berakhir tidak terjawab

"Masih di kantor kali, Ji. Lo gak lupa kan suami lo itu CEO?"

"Tapi gak biasanya gak ngangkat telpon gue, Bil."

"Tapi udah biasanya kan sibuk. Udahlah, di tunggu aja emang mau pulang kemana kalau bukan ke rumah ini."

Benar, hanya saja seharian tidak mendapat kabar dari Ibrahim rasanya aneh saja, mungkin aku mulai terbiasa dengan dia yang selalu lebih aktif mengabariku.

Sampai makan malam selesai disaji, Ibrahim tak kujung pulang atau menghubungiku. Aku semakin tidak tenang, karena sudah janji akan mengajak Nabila mengobrol dan karena khawatir mulai hinggap di benakku.

d'voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang