1. DAWAI GAMAKA

1.9K 130 21
                                    

     Jika orang bertanya tentang cinta. Maka, orang-orang akan menjawabnya dengan versi mereka masing-masing. Seseorang akan berkata bahwa cinta itu sebuah rasa saling mengasihi. Seseorang lagi akan berkata bahwa cinta itu bagian dari sebuah rasa sayang. Tatkala seseorang menyayangi seseorang yang lain. Maka, seseorang itu pasti memiliki cinta. Dan ada sebagian yang berkata bahwa cinta itu seni sederhana untuk menggores sebuah luka.

     Cinta rumit.

     Kepala itu menggeleng pelan. "Ngapain juga, nih bahas cinta-cintaan. Kaya udah gede aja," ujar si pemeran utama.

     Fathur memukul Hanendra dengan kesal. "Elu yang mancing, anjir!" Dan si pemeran utama? Dia hanya terkekeh tanpa rasa bersalah.

     "Lagian tumben banget, sih bahas beginian. Kenapa? Lo lagi kasmaran, Han?" Gadis satu-satunya di sana angkat bicara.

     "Gak tau anjir, itu tiba-tiba bahas ke sana."

     "Enggak, nih. Ini pasti si Han lagi suka sama seseorang," celetuk Ihsan ikut angkat suara.

     Si pemeran utama yang semakin terpojok itu jadi kelimpungan sendiri. Ia melambaikan tangannya di udara. "Enggak... enggak, udah cut. Malah panjang gini."

     "Han, gue tau kalau si Fathur emang gak berguna, tapi—

     "Ngapa gua anjir!" sentak Fathur kesal karena Ihsan dengan tiba-tiba menyebut namanya di tambah dengan kalimat setelahnya.

     "Enggak, diem dulu. Gue belum selesai ngomong. Walaupun, nih si Fathur gak berguna. Tapi lo bisa curhat ke gue atau ke si gigisugigi. Jangan mendem semuanya sendiri."

     "Anak anjing!!" teriak Fathur dan Gisel secara bersamaan memukuli Ihsan yang sudah merusak nama baik mereka. Halah.

     Sementara si pemeran utama hanya tertawa tampan sembari bersandar di bangkunya. Sesekali memetik senar gitarnya asal. Menikmati teman karibnya kena double attack.

     Di antara keriuhan yang terjadi saat itu datang seorang—ah, tidak maksudnya dua orang gadis yang berjalan ke arah mereka. Karena saat itu hanya Hanendra yang tidak ikut kedalam penyerangan, sehingga hanya Hanendra yang menyadari kedatangan kedua gadis itu.

     "Assalamu'alaikum Kak, maaf ganggu waktunya." Kalimat salam itu berhasil memberhentikan pertarungan kedua laki-laki bersama satu wanita yang terjadi tadi.

     "Wa'alaikumussalam santai... santai, kenapa?" tanya Hanendra.

     "Sebelumnya kenalin saya Dila anak Fisip se—

     Hanendra mengangkat tangannya cepat. "Gak usah formal begitu. Gue bukan dosen," kata Hanendra memotong ucapan salah satu dari kedua gadis itu yang terdengar terlalu formal untuknya.

     "Kenapa? Lanjutin, neng." Fathur membantu agar kedua gadis itu tidak terlalu gugup.

     "Saya Dila, ini Wulan. Kita dari hima devisi humas. Mau ngasih undangan resmi buat jadi guest star di acara kami," kata gadis bernama Dila ini memberikan 1 amplop warna putih kepada Hanendra.

     "Kira-kira bisa gak, ya, Kak?" tanya Wulan kemudian sesaat setelah Hanendra menerima amplop tersebut.

     Dengan kekehan kecilnya Hanendra berucap, "bentar, ya? Belom di buka soalnya."

     Hanya kalimat itu berhasil membuat mereka berdua saling dorong karena malu. Salting kata zaman sekarang, mah.

     "Kapan, Han?" tanya Gisel saat Hanendra membaca isi undangan.

     "Minggu depan hari sabtu malem," balas Hanendra menginfokan pada yang lain.

     "Bentar, ada jadwal manggung gak pas hari itu?" Ihsan menoel Gisel yang memang memiliki jadwal mereka.

Dawai Gamaka || Lee Haechan [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang