Pagi terakhir mereka di villa. Rasanya tidak rela harus kehilangan waktu nyaman mereka. Oleh karena itu, terlihat setiap orang sibuk dengan dunianya mereka. Melakukan me time sebagai rancangan terakhir mereka sebelum pulang. Kalau kata Ressa ini waktu yang bagus buat mereka melakukan apa yang mereka suka. Seorang diri tanpa di ganggu orang lain.
Di ruang tamu ada Ihsan yang terlihat asik bermain video game. Lalu ada Fathur yang menyibukkan diri di taman belakang yang sangat asri dengan memangku gitar serta buku dan pensil. Fathur bilang ia mendapat pencerahan yang sangat banyak untuk membuat lagu di tempat itu. Lain halnya dengan Ihsan dan Fathur. Ada Ressa yang memilih untuk bersantai di private pool yang memang tersedia di vila tersebut. Tidak berenang. Hanya merasakan kesejukan udara pagi itu. Karena area private pool yang memang di rancang se-nature mungkin.
"Sana, ih!" seru Gisel kesal karena Hanendra terus merecoki waktu me timenya.
"Jawab dulu."
"Gue bilang gara-gara drakor, kenapa nanya mulu!"
Ya, ini yang terjadi. Gisel yang semula asik menonton acara kesukaannya harus terganggu dengan Hanendra yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya lalu menanyainya perihal matanya yang sembab.
"Bohong."
"Bodo amat kalau gak percaya."
"Jawab atau gue ambil laptopnya."
Ini sudah ultimatum terakhir dari Hanendra yang tak bisa ia elak lagi. Ia menatap kesal pada laki-laki yang berada tepat di sampingnya ini. "Lo tuh sebenernya pengen denger jawaban kaya giman, sih?"
"Gue tau lo gak nangis gara-gara drakor."
Kalimat itu berhasil membuat Gisel seketika terdiam. Ia salah bermain-main dengan laki-laki yang bahkan sangat hafal sekali dengan gestur tubuhnya.
"Gue gak mau bahas."
Senyum miring Hanendra terbit. "Udah gue duga bukan gara-gara drakor."
"Udah, kan? Jadi, sana pergi!"
"Jelasin."
"Males."
"Reza, kan?"
Sumpah demi apapun Gisel ingin sekali memukul Hanendra saat ini.
"Dia abis ngelakuin apa sampai mata lo sesembab itu?"
Hanendra sepertinya tidak akan berhenti sampai ia benar-benar menceritakan seluruh kronologisnya. Jika tidak, ia tidak akan mendapatkan waktu me timenya.
"Intinya dia ngajak putus."
"Hah?"
"Udah, lah, Han. Gue beneran lagi gak mau bahas hal ini. Sekarang bahkan denger namanya aja gue udah benci banget. Jadi tolong kerja sama lo untuk gak bahas apapun terkait hal ini."
Tapi bukannya segera pergi dari sana, Hanendra malah menatap lekat ke arah Gisel. Gadis itu bahkan sampai menghembuskan nafasnya jengah melihat tatapan itu. "Apa, lagi?"
"Lo okay?"
Gisel benci ini. Ia tidak suka pertanyaan seperti itu di saat keadaannya memang tidak baik-baik saja. Kalimat tanya itu seolah menjadi bom waktu yang akan meledakkan bendungan air matanya kapan saja.
"Gue okay, udah sana!" Gisel mendorong Hanendra dengan cepat. Bukan apa, karena matanya terasa sangat panas sekarang.
Setelah berhasil mengeluarkan Hanendra, ia langsung mengunci pintunya. Bahkan tanpa sempat berjalan kembali menuju kasur, Gisel terduduk di depan pintu. Rasa sakit itu kembali menjalar dalam benaknya. Gadis itu menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Kembali menangis dengan batin yang terus melontarkan kalimat kasar pada pacar yang kini sudah berstatus mantan untuknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dawai Gamaka || Lee Haechan [DONE]
FanficSpin off Dear Mahanta Gimana rasanya kena Friendzone? Gak tau, tanya aja Hanendra Book ini aku buat singkat. Gak akan sepanjang yang Dear Mahanta Maybe? Wkwk Btw, yang belum baca Dear Mahanta, boleh mampir dulu kesana:) Ada kisahnya Rafa juga di Ba...