11. DAWAI GAMAKA

505 68 8
                                    

Jangan lupa ramein ya sayang 💚
Happy Reading luv

=====


     "Abang ada paket."

     "Widih, makin banyak aja, nih yang kirim gift ke rumah," celetuk Nanda

     Seketika Hanendra tertawa malu. Gamaka yang sekarang sudah debut resmi dengan lagu milik mereka sendiri semakin di kenal banyak orang. Yang tadi di pegang oleh Caraka adalah sebuah paket yang lagi-lagi datang dari fansnya.

     Meski belum begitu terkenal seperti band papan atas. Gamaka sudah berhasil menarik minat publik. Terlebih anak-anak remaja. Walaupun perjalanannya tak begitu mulus. Karena masih ada atau bahkan sangat banyak yang tidak menyukai mereka. Tentu saja, ini hidup. Semuanya akan selalu beriringan. Kemudahan tidak akan di biarkan bergerak tanpa kesulitan.

     Hanendra menatap beberapa paket, surat bahkan bunga yang tersimpan di atas meja ruang tamu.

     "Boleh Caraka buka, gak, Bang?"

     "Buka aja," balasnya lantas menarik semua surat yang ada di meja. Tidak mungkin ia membiarkan saudaranya yang membaca surat-surat itu.

     "Woah, coklat!" jerit Adi saat melihat paket yang di buka oleh Caraka.

     "Adi mau, Bang."

     "Ambil aja. Nanti sisanya tolong bawain ke kamar, ya."

     Adi mengangkat jempolnya dengan semangat. "Aman!"

     Hanendra lantas bergerak menuju kamarnya kembali dengan membawa 3 buket bunga berukuran sedang serta surat-surat. Meninggalkan ketiga adiknya yang tengah asik dengan coklat yang tadi mereka buka.

     Laki-laki itu terduduk di meja belajarnya. Menaruh buket itu di sana. Lantas menatap lamat-lamat surat dari penggemarnya itu. Hanendra selalu senang jika sudah mendapatkan surat seperti ini. Karena di bandingkan barang. Pesan hangat yang di sampaikan pada surat ini akan selalu menjadi salah satu kekuatannya untuk bertahan di bidang musik. Ya, meski pernah 3 kali membaca sebuah surat yang isinya umpatan semua.

     Hingga netranya tertarik pada sebuah surat yang yang berwarna hitam. Cukup mencolok karena surat yang lainnya berwarna cerah bahkan di hias dengan sangat cantik. Hanya satu surat itu yang berwarna hitam tampa ada hiasan sedikitpun.

     Dengan pasti Hanendra membuka surat itu. Ternyata bahkan bukan hanya amplopnya saja yang berwarna hitam. Bahkan sampai kertasnya pun berwarna hitam.

     Setelah membaca dengan seksama Hanendra seketika tertawa. Kalimat yang ada di dalamnya membuatnya segera menarik handphone dari balik saku celananya. Menekan beberapa fitur sampai akhirnya benda pipih itu ia tempelkan ke telinga kirinya.

     "Assalamu'alaikum."

     "Wa'alaikumussalam. Kenapa, Han?"

     Hanendra menatap surat yang ada di tangan kanannya sembari kembali terkekeh. "Gue udah baca suratnya."

     Mendengar kalimat itu. Orang yang ada di sebrang panggilan ini ikut tertawa. "Jadi gimana, nih?"

     "Buat lo mah apa, sih yang engga?"

     "Anjay."

     Laki-laki itu kembali tertawa. "Mau kapan?"

     "Gue ngikut yang sibuk aja, dah. Soalnya waktu luang gue terlalu banyak."

Dawai Gamaka || Lee Haechan [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang