17. DAWAI GAMAKA

569 71 21
                                    

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa
bagi yang menjalankan 💚



=====


     Jaket denim dengan tulisan Gamaka di punggungnya itu hanya ia pegang sesaat, setelah netranya dengan cepat menangkap sebuah amplop kertas berwarna hitam. Seperti amplop yang dulu sempat Ressa berikan kepadanya.

     "Taman Candela setelah lo manggung di UGM jam 8 malem. Ada sesuatu di sana. Gue harap lo gak ngasih tau ini sama siapapun dan lo mau datang ke sana. Oh, satu lagi jangan lupa pake jas formal." Hanendra membaca surat itu.

     Alisnya mengernyit bingung. "Taman Candela? Ngapain anjir? Bukannya Eca pergi sore ini?" Pertanyaan ritorik penuh dengan kebingungan itu tanpa bisa di tahan meluncur bebas dari bibirnya.

     "Apa jangan-jangan Eca ngibulin gue?"

     "HAN BURUAN!!" Hanendra berjengkit kaget. Itu teriakan Gisel yang berada di rumahnya.

     Mereka baru saja pulang dari angkringan. Dan karena mereka berempat datang menggunakan satu kendaraan. Terpaksa mereka bergerak ke rumah bergiliran. Sekalian membawa barang untuk berangkat menuju Jogja. Karena sesuai permintaan manager, bahwa mereka harus datang dulu ke kantor. Entah, lah mungkin ada sesuatu yang perlu di bahas sebelum pergi.

     Dengan cepat Hanendra membereskan barang-barang yang sudah ia persiapkan dari semalam. Tak lupa jaket denim pemberian Ressa. Hanendra bisa langsung menebaknya bahwa semua anak Gamaka mendapatkan kado yang sama; jaket. Yang tidak Hanendra ketahui adalah apakah semua anak Gamaka mendapatkan surat yang sama juga sepertinya atau tidak? Hanendra tidak bisa memastikan itu. Karena isi surat memintanya untuk tidak bilang pada siapapun.

     Sebuah tas hitam sudah tersampir pada pundak kanannya. Ia lantas bergegas keluar dari kamarnya. Di ruang tamu ketiga teman bandnya sedang asik berbincang dengan adik bungsunya.

     "Ayo."

     "Eh, gimana? Kado dari Ressa apaan?" tanya Ihsan heboh selepas mendapati Hanendra berada di dekatnya.

     "Cek sendiri di rumah, lah anjir."

     "Kalau lo di kasih apaan emang?" Fathur ikut angkat suara.

     "Ada, lah. Nanti lo bakal tau kenapa gue gak mau ngasih tau."

     Gisel mendesis. "Ribet banget, tinggal kasih tau doang."

     Si vokalis itu hanya tertawa kecil. "Ayo buruan. Entar Bang J ribut lagi."

     Ah, betul juga. Bang J—manager mereka—yang satu itu akan sangat mengomel jika mereka tidak kunjung berada di kantor pada waktu yang sudah di sepakati.

     Akhirnya keempat anak muda itu mulai berhamburan keluar rumah. Tapi sebelum benar-benar keluar. Hanendra mendatangi si bungsu yang kembali anteng dengan televisi di depannya.

     "Di."

     "Hm?" Adi mendongak dengan kripik yang baru saja sampai di mulutnya.

     "Hari ini bakal sendiri lagi. Kalau ada apa-apa langsung ke rumahnya bang Marka, ya."

     Adi terkekeh. Padahal dia sudah terbiasa berada di rumah sendirian. Tapi tak ayal, kalimat itu membuatnya senang. Karena itu menandakan bahwa abangnya masih menyayangi dan mengkhawatirkannya.

     Si bungsu mengangguk. "Aman, gak usah khawatirin Adi. Adi bisa jaga diri."

     "Nanti abang bawa oleh-oleh buat Adi."

Dawai Gamaka || Lee Haechan [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang