12. DAWAI GAMAKA

497 79 17
                                    

     Keluar kamar dalam keadaan mata bengkak tentu membuat semua orang heboh seketika. Terkecuali Ressa yang menjadi orang pertama yang mengetahui tragedi semalam. Bahkan menjadi satu-satunya orang yang mendengarkan tangis yang bersatu dengan umpatan-umpatan dari gadis itu semalam.

     "Lo kenapa anjir mata lo udah kaya di sengat lebah."

     Celetukan Ihsan itu membuat Gisel mendelik kesal. "Abis nonton drakor."

     "Dih, cewek. Baperan," tambah Fathur yang langsung mendapat bogem mentah di tangannya.

     Fathur seketika mengaduh sembari mengusap lengan atasnya. Membuat Ihsan tertawa. "Bego anjing, udah tau macan betina lagi bm malah di ledekin."

     "Beneran gara-gara drakor?" tanya Hanendra yang menatap lamat pada Gisel.

     Bukan apa, Hanendra khatam betul bagaimana kondisi Gisel jika ia menangis karena drakor. Dan nangis karena problem lain.

     "Iya!" sentak Gisel kesal.

     Senyum miring Hanendra seketika terbit. Respon Gisel sudah menjawabnya. Tapi, karena ini masih dalam acara liburan mereka. Sehingga Hanendra memilih bungkam kembali. Mungkin nanti setelah pulang dari sini baru ia akan bertanya.

     "Hari ini enaknya ngapain, nih bu hajat?" tanya Fathur pada Ressa.

     "Gak jauh dari sini ada air terjun. Mau gak?"

     "GASS!!" teriak Ihsan dan Fathur bersamaan.

     Alam memang tempat terbaik untuk melepas penat. Meninggalkan segala energi negatif yang menguasai tubuh. Begitupula Gisel. Meski semalaman ia menangis, tapi setelah berada di tempat air terjun itu ia benar-benar melupakan segala hal yang terjadi semalam. Mengisi lagi tubuhnya dengan energi positif yang di hasilkan oleh alam. Ia tidak mau berlarut dengan hal buruk yang terjadi malam tadi. Ia juga tidak mau membuat liburan yang sudah mereka rancang ini berakhir sia-sia hanya karena moodnya yang berantakan.

     Terlihat Hanendra bergerak ke arahnya. "Masuk gak?"

     Gisel sebagai satu-satunya orang yang tidak masuk ke dalam air, menggeleng pelan. "Ogah, gak bisa berenang."

     "Gue pegangin."

     Gisel bukan orang yang takut air apalagi yang sampai punya phobia. Hanya benar-benar tidak bisa berenang. Dan ia tidak mau tenggelam. Minimal kakinya bisa menapak dasar air, baru ia berani.

     Tapi melihat teman-temannya begitu menikmati kegiatan berenang mereka membuat ia sedikit tergiur. Gisel menatap ragu pada Hanendra yang menatap kearahnya sembari mengulurkan tangan.

     "Dalem banget gak, sih?"

     "Gak tau. Gak gue ukur soalnya."

     Gisel mendelik kesal.

     "Gimana? Mau gak?" tawar Hanendra lagi.

     Netranya kembali menatap Ihsan, Fathur dan Ressa yang asik bermain air bertiga. Kemudian menatap pada Hanendra kembali.

     "Tapi jangan di lepas."

     "Gak akan."

     Dengan segenap sisa keberaniannya. Ia mulai berjalan mendekat ke arah air. "Ini gue turunnya gimana?"

     "Loncat."

     "Gila!"

     "Gak bakal gue biarin lo tenggelam."

     Gisel memejamkan matanya. Setelah tekadnya kuat ia benar-benar melompat ke arah air. Awalnya ia langsung panik karena kakinya tidak menapak pada dasar air. Perasaanya tiba-tiba kalut. Tidak sampai di mana sepasang tangan melingkar di tubuhnya. Membawa tubuhnya agar ia tidak tenggelam.

Dawai Gamaka || Lee Haechan [DONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang