Bab 20

850 39 10
                                    

"Aku tahu.. kau pernah merasakan sakit dibenci anakmu sendiri tapi gimana jika anakmu tak mengakuimu sebagai orang tuanya, bahkan menginginkan kematian dirimu, karena telah melahirkannya!"

Kekecewaan Kushina telah jadi amarah terhadap Hiruzen atas keputusan bodoh yang diambilnya.

"Itu lebih menyakitkan bagiku.. dan kau harus ingat dengan sosok diriku yang di sini...yang sudah mengorbankan nyawa untuk melindungi desa... pasti dia akan merasakannya lebih dariku!" ungkapan Kushina membuat Hiruzen hanya dapat tertunduk, sangat menyesalinya.. meski meminta maaf beribu kali pun.. itu jelas takkan merubah kesalahannya.

Mereka yang dengar ungkapan Kushina hanya merenung memaklumi itu karena mereka sempat kecewa, bahkan amarah setelah melihat langsung betapa.. begitu beratnya derita hidup Naruto yang tidak hanya satu nyatanya dengan kehidupan yang sama di dunia berbeda.

Nampak Naruto berada di lantai atas rumah Tazuna, saat ini sedang dalam posisi bersila dengan bebagai macam gulungan kertas berserakan disana.

"Mamah kenapa marahin kakek, apakah kakek habis mengintip wanita lagi lewat bola kristalnya?!" suara kekanakan dari Naruko yang polos dapat gelengan sosok Kushina yang kembali duduk ditenangin Minato yang mengingatkan..

..Bahwa Hiruzen di dunia mereka punya peran dalam kehidupan mereka, sampai membuat Naruko tidak sendirian seperti Naruto lainnya.

Termasuk juga tinta hitam. Namun di sampingnya juga.. terdapat beberapa gulir dan kertas kecil disusun rapi itu merupakan hasil kerjanya.

"Ne Ne, Ruko-chan! Apa Ruko-chan mau tahu... rahasia kakek lainnya?" Tsunade menatap pirang kecil itu ada di lahunan Minato. "Benarkah Bibi tahu, rahasianya kakek!"

Tsunade mengangguk lalu mengulurkan tangannya ingin memangku Naruko "Ya, tapi Ruko-chan nya sini dulu... nanti Bibi kasih tahu!" senyuman di bibir Tsunade langsung terukir melihat pirang kecil itu mau dipangkunya.

"Pintarnya...anak manis!!"

"Curang!" sahut Shizune yang tahu, jika rahasia itu bohongan dan hanya sebuah pancingan agar Tsunade bisa mangku si pirang kecil.

Kurenai dan yang lain juga ngamatin itu jadi cemberut iri lalu berpikir harus cari momentum untuk dapat narik perhatian Naruko agar mau dipangku mereka juga

Lingkaran hitam itu terlihat di bawah kelopak matanya. Dan kedua matanya terlihat memerah akibat terlalu lama terbuka. Dengan kata lain, dia habis begadang.

"Ah, Naruto-san...apa kau masih ingin kopinya?" Suara lembut itu membuat Naruto menoleh.. dan menatap wajah Tsunami saat ini masih ada di tangga memegang secangkir kopi sepertinya baru dibuat.

Naruto tak memiliki alasan menolak, meskipun merasa tidak nyaman akan kebaikan yang diberikannya, namun menolaknya pun sama saja bertindak keterlaluan karena dia sudah sengaja menyajikannya terlebih dahulu.

"Terimakasih. Maaf telah merepotkan Tsunami-san" Naruto tersenyum, tapi ekspresi wajahnya tak terlihat bagus, karena gambaran orang begadang.

"Tidak apa-apa hanya inilah yang bisa kulakukan tuk membantu kalian para shinobi yang telah membantu Ayahku menyelesaikan pekerjaannya..." ucap Wanita itu tersenyum lembut.

NobarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang