Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
*****"Kak, bangun. Lo gak laper? Udah jam istirahat kedua."
Kenzie yang tertidur pulas itu merasa terganggu saat merasakan seseorang menepuk-nepuk pipinya, ia membuka matanya perlahan dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina penglihatan nya.
Lelaki manis itu menoleh ke asal suara, matanya menatap adik kelasnya. Dia menganggukan kepalanya, Kenzie bangun dari tidurrnya setelah nyawanya terkumpul full.
"Ke kantin bareng mau?" Tawar Ivan.
Kenzie cuman ngangguk doang, males ngomong dia tuh. Akhirnya, mereka berdua keluar kelas dengan beriringan menuju kantin. Walaupun nyawanya sudah terkumpul tetapi kedua mata Kenzie tidak bisa berbohong bahwa ia masihlah mengantuk.
Tadinya dia pengen tidur lagi aja pas Ivan bangunin dia, tapi Kenzie juga perutnya ngerasa laper jadi ya mau tidak mau ia harus ke kantin untuk memberi makan pada cacing di perutnya yang sudah meronta-ronta minta makan.
Tidak lama kemudian mereka sampai di kantin, tidak terlalu ramai mungkin karena hari ini full jam kos jadi bebas mau ke kantin kapan aja.
"Lo mau pesen apa kak? Biar gue yang beli, lo cari bangku aja." Sahut Ivan.
"Aku mau soto, bakso, batagor, kentang goreng plus sosis, sama roti bakar kornet telor terus minumnya es jeruk." Balas Kenzie, ia meronggoh sakunya untuk mengambil uang.
Ivan menganga mendengar pesanan yang di sebutkan Kenzie, sebanyak itu? "S-serius kak lo mau makan sebanyak itu?" Tanya Ivan yang masih tidak percaya.
Kenzie menganggukkan kepalanya, ia memberikan satu lembar uang kertas berwarna merah kepada Ivan. Untung ada, kalau gak Kenzie males kalau harus ketemu Revan buat minta uang.
Ah, ngomong-ngomong soal Revan. Ia masih kesal dengan lelaki itu, bahkan ia masih belum puas dengan aksi balas dendam nya yang tidak seberapa itu. "Udah sana pesen, ngapain masih berdiri disini?" Ucap Kenzie pada Ivan yang masih berdiri, ia juga mendorong lelaki itu untuk segera pergi memesan sedangkan ia mencari bangku.
Sementara Revan, lelaki itu sudah sangat prustasi mencari Ezar ke sana kemari tak kunjung ketemu juga. Sekarang Revan ada di kelasnya, siapa tahu nanti Kenzie balik lagi ke kelas namun sudah ada satu jam lebih dia disana namun sosok yang di tak kunjung menampakan batang hidung nya.
Revan menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan yang ia taruh di atas meja, sedangkan Daffin yang memang belum beranjak dari tempatnya sejak datang ke sekolah menatap Revan iba.
"Van? Lo mau ikut ke kantin gak?" Tanya Daffin mengajak.
Memang ia akan pergi ke kantin sama Haedar, Revan menggelengkan kepalanya menolak ajakan dari Daffin. Setelah mendapat jawaban, Daffin beranjak pergi keluar kelas.
Langkah kaki lelaki itu berhenti di depan pintu kelas sebelah nya, ia menyembulkan kepalanya menatap suasana kelas tetangga. "Hae ayo." Panggil Daffin.
Karena bangku Haedar itu paling depan yang terletak dekat pintu kelas membuat lelaki manis itu langsung mengalihkan pandangannya dari buku novel yang sedang dia baca, Haedar mengangguk.
Haedar berjalan keluar kelas setelah menyimpan novelnya di kolong meja. "Kenzie udah ketemu?" Tanya Haedar.
Daffin menggeleng. "Belum."
Kenapa Haedar bisa tahu soal ini? Ya, karena Daffin yang ngasih tahu, sedari tadi mereka itu saling bertukar pesan. "Gak tahu juga itu anak pergi ke mana, mana ponselnya gak di bawa, di tinggalin gitu aja di kelas." Sambung Daffin menyerocos.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVZIE || Not Continued
Teen FictionJangan salpak, ini cerita bl/bxb ya. ***** Tentang Revan yang dijodohkan dengan salah satu teman sekelasnya yang bernama Kenzie. [ Book 4 ] ________ "Enggak mau bunda! Emangnya dia doang yang suami? Ken juga suaminya! Berarti dia harus ikut Ken." ...