Warning!
Part ini mengandung banyak sekali typo!
Happy Reading!
******Hari mulai sore, jarum jam menujukkan pukul empat sore. Revan keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, rambutnya pun basah terlihat dari tetesan air yang mengenai baju yang dikenakan nya.
Kerutan di dahi lelaki jangkung itu terlihat begitu tak mendapati keberadaan Kenzie di kamar, bukan nya sebelum masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri Kenzie sedang berada di atas kasur menonton film kartun.
"Kemana dia?" Gumam Revan bertanya pada dirinya sendiri.
Ia memutuskan untuk mengeringkan rambut nya terlebih dulu menggunakan hair dryer, Revan yakin Kenzie ada ruang tengah kalau tidak ya ada di dapur, anak itu tidak mungkin keluar apartemen tanpa memberitahu nya.
Beberapa menit kemudian, rambut yang semula masih meneteskan air kini sudah terlihat setengah kering. Revan menyimpan kembali hair dryer iti di tempat semula dan merapihkan rambutnya lalu keluar kamar.
"Ken." Panggil Revan.
Tidak ada sahutan sama sekali dari si pemilik nama, kedua alis remaja laki-laki itu mengerut saat tidak mendapati suami kecil nya di ruang tengah. Apa anak itu berada di dapur? Ya pasti disana, Revan melangkahkan kedua kaki nya menuju dapur.
"Ken." Panggil Revan lagi saat posisi nya sudah dekat dengan dapur.
Dan hasil nya tetap sama, tidak jawaban sama sekali. Kini Revan sudah benar-benar berada di dapur, kedua manik tajam nya tidak melihat keberadaan sosok kecil yang tengah berbadan dua itu.
"Haishh, pergi kemana dia?" Monolog Revan.
Lelaki jangkung itu memilih ketempat lain yang masih berada di dalam apartemen, ya siapa tahu Kenzie masih berada di dalam apart. Beberapa menit kemudian, Revan sudah mencari keseluruh apartemen namun tetap saja kedua manik nya tidak mendapati keberadaan Kenzie.
Apa Revan harus mencari nya keluar? Ya, seperti nya memang harus.
Revan khawatir takut terjadi sesuatu dengan mereka berdua, ia memakai sandal nya lalu keluar dari apartemen. Ia akan mencari di bawah namun masih di sekitar gedung apartemen.
Sedangkan orang yang di cari nya sekarang sedang berdiam diri di depan pohon yang berada di taman. Taman ini masih di sekitaran gedung apartemen, sudah ada lima belas menit Kenzie berada di sana.
Kedua tangan nya memeluk sebuah ipad berlogo apel, kedua manik nya terus menatap lurus ke barang pohon yang terdapat banyak semut berjalan dengan rapih di sana.
"Seratus sembilan puluh."
"Seratus sembilan satu."
"Seratus sembilan dua."
"Seratus sembilan tiga."
"Seratus sembilan empat."
"Seratus sembilan lima."
Bagaikan tidak ada pekerjaan lain, sedari tadi pula Kenzie terus menghitung semut yang berbaris rapih mencari makanan di batang pohon menuju atas. Suasana taman juga sedikit ramai, orang-orang yang melihat tingkah random Kenzie yang terlihat serius memekik gemas.
Tiba-tiba saja pemuda manis itu menggaruk pipi berisi nya yang terasa gatal, ia menghela napas nya lelah. "Huh, cape banget. Ini kapan habis nya sih?" Ucap Kenzie mengeluh lantaran semut yang di hitung nya tidak habis-habis, seperti tidak ada ujung nya.
Kepala pemuda manis itu tertoleh kesana kemari mengamati suasana taman, wajah nya terlihat cemberut. Kenzie jongkok di depan pohon, ia menumpu dagu nya di atas lipatan tangan yang di taruh di lipatan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVZIE || Not Continued
Novela JuvenilJangan salpak, ini cerita bl/bxb ya. ***** Tentang Revan yang dijodohkan dengan salah satu teman sekelasnya yang bernama Kenzie. [ Book 4 ] ________ "Enggak mau bunda! Emangnya dia doang yang suami? Ken juga suaminya! Berarti dia harus ikut Ken." ...